11. NO

329 50 6
                                    

Setelah sampai di rumah nenek nya tadi, kini Hana sedang makan bersama, tentunya dengan Kakek dan Nenek dari Ibunya.

Hanya saja ia kini merasa tidak tenang, bayang-bayang masa lalu kembali menyerangnya, tetapi ia dapat menyembunyikan semuanya dengan baik. Pekikan rasa sakit dan teriakan menggema ditelinganya.

Hana kemudian memasuki ruangan Nenek Kim dengan langkah kaki gemetar, ia melihat dua orang kakak tirinya bersiap keluar dari ruangan dengan keadaan yang tak begitu baik.

Apa yang ia sampaikan kepada Neneknya diterima dengan baik dan berkata akan diurus untuk kedepannya. Walau sebelumnya mereka berdebat cukup lama.

.

.

.

.

Hana yang sudah sampai dirumahnya langsung masuk ke kamar miliknya dan mulai mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai ia membaringkan tubuhnya kekasur miliknya, dengan pandangan yang mengarah keatas ia kembali mengingat apa yang ia lakukan seharian ini. Telinganya masih terasa sakit saat mendengar teriakan tangisan Eunha dan Yuju saat dihukum sang Nenek.

Tapi Nenek Kim berbicara dengan halus seakan tak terjadi apapun tadi. Ia paham apa yang membuat Eunha dan Yuju harus mendapatkan cambukan pada punggungnya. Butik yang mereka kelola harus menanggung rugi untuk membeli beberapa mesin jahit dan perlengkapannya.

Nenek Kim tentunya marah karena apa yang seharusnya menjadi keuntungan malah berbanding terbalik menjadi kerugian. Hana kemudian membantu dengan ikut Neneknya pergi ke Butik dengan Masker yang menutupi Identitasnya.

Flashback ON

Nenek Kim melangkahkan kakinya Tegas menuju ruang Administrasi di Butik tersebut lalu pergi ke belakang Butik, tepatnya pada Pabrik pembuatan Busana. Hana yang merasa bingung setelah membaca beberapa laporan keuangan, akhirnya paham apa permasalahannya.

"Halmoni, disini Mesin jahit dan sejenisnya tertulis memiliki pengeluaran yang cukup besar. Berarti Pabrik ini selalu membeli Mesin dengan jumlah yang cukup banyak." jelas Hana sembari melihat beberapa kali laporan keuangan yang menyebabkan banyaknya kerugian.

"Kau benar cucuku, aku menyesal tak mengeceknya sejak lama. Apa kau bisa membantu Halmoni lagi ?" tanya Nenek Kim yang juga cukup bingung dengan laporan keuangan yang cukup berbeda dari saat dirinya mengelola Butik dan Pabrik tersebut.

"Biaya tenaga kerja terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan pengeluaran dari dana awal. Banyak pegawai yang sepertinya semena-mena dalam mengurus. Hana harus melihat semua sisi ruangan di Pabrik secara langsung." ujar Hana yang merasa bahwa banyak hal yang janggal dari Pabrik milik Neneknya itu.

Setelah ia berkeliling dengan teliti dan pemikirannya yang cukup cerdas, kini ia mengerti. Tak hanya peralatan yang perlu untuk diteliti, tapi pegawai juga harus demikian.

Nenek Kim tersenyum senang atas kepandaian Hana dalam meneliti Bisnis, sekalipun diusianya yang masih muda. Akhirnya semuanya mulai didiskusikan secara perlahan dengan pantauan CCTV. Hana juga memberi tahu kalau banyak mesin Jahit yang harus diperbaiki dan bukannya ditumpuk digudang lalu membeli yang baru.

FLASBACK OFF

Tak terasa air mata Hana meluruh tanpa ijinnya. Ia mengingat benar bagaimana saat dirinya berumur 8 tahun, dimana Ayah yang mengurusnya dulu sangat membenci dirinya.

Hana mengingat bagaimana pedihnya saat-saat itu. Dengan kayu Bambu Ayahnya memukul dirinya membabi buta hingga seluruh tubuhnya memerah dan tak bisa berjalan, belum lagi saat dirinya dipaksa untuk berdiri, tetapi sakit dari tubuhnya masih terasa, tubuh Hana harus merasakan tendangan kaki sang Ayah yang begitu ganas mengenai dirinya.

"Hidup ini misteri. Misteri yang cukup rumit untuk diselesaikan. Aku melupakan sesuatu tentang diriku saat aku harus mementingkan orang lain untuk kepentingan mereka." monolog Hana pada dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

.

Hana merenungi kembali kehidupannya yang tak pernah ia harapkan. Kehidupannya yang membuat hatinya terluka.

Silent Girl/ HALLSTATT  [SEGERA TERBIT CETAK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang