17. Fact

309 47 10
                                    

Malam ini didalam satu kamar tepatnya kamar Yuju, kini terdengarlah pembicaraan yang sangat jarang mereka bahas, bahkan mereka juga jarang memiliki waktu bersama, contohnya seperti malam ini. Yuju dan Sinb berbaring bersama, dengan beberapa kalimat yang turut meramaikan malam ini. Sinb juga cukup senang, karena panas Yuju mulai menurun dan keadaannya sudah mulai membaik.

"Eonnie, aku rasa sepertinya Eonnie memiliki pemikiran yang sama sepertiku."

"Aku pikir juga begitu, hmm...aku bahkan tak habis fikir dengan mereka." jawab Yuju mengingat bagaimana sebelumnya saat Hana diperlakukan oleh saudara-saudaranya.

.

.

.

.

.

Pagi ini Hana cukup terburu-buru, dikarenakan ia bangun lewat dari waktu yang ia tergetkan semalam. Ia bergegas memakai Jaket dan Tas miliknya. Bahkan penghuni Rumah dikediaman keluarga Kim menjadi terkejut akan kejadian tersebut.

Dengan cepat Hana bergegas menuruni tangga, namun sayang dia kurang teliti dan terlalu bersemangat sehingga ia jatuh saat menginjakkan kakinya ditangga terakhir.

"HANA !!! " teriak Yuju dan Sinb khawatir, bahkan mereka langsung menghampiri Hana, membuat Sowon dan Yerin menganggkat sudut bibir kiri mereka dengan tak suka. Sowon dan Yerin tak menyukai apa yang dilakukan Yuju dan Sinb, kemudian Yerin berbicara, "Yakk, Yuju Sinb, kalian kembalilah sarapan !"

Hana yang merasa membuat masalah itu langsung bangkit berdiri dan terlihatlah luka memerah pada bagian sikunya. Yuju yang mendengar panggilan dari Yerin langsung beranjak dan kembali ke kursinya untuk melanjutkan sarapan paginya.

Berbeda dengan Yuju, Sinb seolah tulis, ia masih mengkhawatirkan Hana, "Libur saja untuk hari ini, Eonnie akan mengobatinya."

Hana merasakan perhatian itu, namun ia ingat waktunya tidak banyak, ia menurunkan dengan perlahan tangan Sinb yang tadi dibahunya, " I'm Okay." ujar Hana santai, seolah tak merasakan sakit ditubuhnya.

Kemudian Hana berlari kedepan Rumah, ia langsung mengendarai sepeda miliknya dengan kencang, membuat beberapa Maid berteriak khawatir padanya.

.

.

.

.

Pelajaran pagi ini dimulai, namun keadaan Hana semakin parah, ia terpaksa dirawat di ruang UKS sementara dengan Dokter yang sudah menanganinya tadi. Banyak Guru bingung disaat Solbin, Istri pemilik Sekolah datang kesekolah untuk melihat keadaan Hana.

Hingga akhirnya Hana sadar, ia mengingat benar mengapa ia bisa sampai tak sadarkan diri. Ia tak pernah makan tepat waktu, atau lebih tepatnya ia tak suka makan, semalam sebelum tidur ia sempat merasakan pusing yang amat hebat dan membuat dirinya kewalahan, hingga akhirnya ia harus memgistirahatkan tubuhnya yang menurutnya sudah dihuni oleh banyak penyakit. Ia tak mau berulah ataupun berobat, percuma fikirnya, semua rasa sakit miliknya sudah menyebar keseluruh tubuhnya.

"Nona, apa yang anda rasakan sekarang ?" tanya Dokter tersebut.

"Aku tak apa, biarkan aku pergi." ujar Hana pelan, perlahan memegang kepalanya dan berniat turun dari ranjang tersebut, namun sudah ditahan lebih dulu oleh Solbin.

" Imo ke-kenapa kemari ?" tanya Hana gugup, ia tak ingin seorangpun dari keluarga Kim mengetahui semua derita yang selama ini ia tutupi.

"Istirahatlah, Imo tak ingin kamu sakit lebih parah lagi." pinta Solbin hingga ia menitihkan air matanya sedih.

"I-imo, Hana tak apa. Hana hanya lelah." jelas Hana, namun disangkal oleh Dokter tersebut.

"Nona harus banyak beristirahat, penyakit Nona sudah berada di tahap serius." ucap Dokter tersebut, kemudian menjedanya saat melihat tatapan tajam dari Hana.

"Jangan katakan apapun didepan keluargaku." ujar Hana sebal, ia tak suka dikasihani.

"Dokter katakan, apa yg sebenarnya terjadi pada keponakanku ?" pinta Solbin penasaran.

"Imo aku pergi." ujar Hana hendak meninggalkan kedua orang tersebut, padahal rasa pusing masih tinggal dikepalanya.

"Tumor dalam tubuh Nona Hana sudah berkembang dan berbahaya bagi tubuh. Penanganannya sudah terlambat, sekarang sudah berkembang menjadi Kanker. Sangat berbahaya baginya apabila tak ada pengobatan apapun untuk mencegahnya." ujar Dokter tersebut, membuat Solbin menangis dan Hana menghentikan langkahnya.

"Dokter, a-apakah itu benar hiks ?" tanya Solbin khawatir.

"Benar Nyonya, kami perlu melakukan beberapa tes untuk menemukan solusinya dengan cepat, akibatnya akan sangat fatal bila ini dibiarkan begitu saja." jawab Dokter dengan berat hati.

"Sudah kubilang bukan, waktuku hanya sebentar. Penyakit ini sudah ganas." ujar Hana dalam hati dan tersenyum miris mengingat kehidupannya yang tak lama lagi. Ia kembali mengingat sahabat kecilnya di Indonesia. Mereka sering bermain bersama sejak kecil, namun saat dirinya pulang sekolah mendapatkan kabar bahwa sahabat laki-laki satu-satunya yang ia miliki sudah meninggalkannya terlebih dahulu.

Sahabatnya selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki, menempuh perjalanan panjang dari sekolah ke Rumah. Berbeda dengan Hana, dia menaiki sepeda dan sekolah mereka berbeda. Mereka menjadi sahabat karena rumah mereka berdekatan.

Hari itu adalah hari yang membuatnya sangat terpukul akan kenyataan, bahwa sahabatnya tak sadarkan diri saat perjalanan pulang kerumah. Kebetulan saat itu Ibunya dalam perjalanan menjemputmya, namun malah mendapatkan sang anak terbaring di jalan dengan beberapa orang yg coba menyelamatkan anaknya.

Saat hendak dibawa ke rumah sakit, ternyata Sahabat Hana sudah menghembuskan nafas terakhir. Dan Dokter memvonisnya sakit Leukimia yang sudah pada tahap serius.

Kini dirinya juga menunggu malaikat maut menjemputnya, ia lelah dengan dunia serta penyakit berbahaya yg bersarang di tubuhnya. Ia lelah dengan kenyataan pahit akan kehidupannya. Ia hanya berharap semoga kehidupannya dapat lebih baik setelah semua yang ia lalui akan berakhir.
.

.

.

.

Hana terpaksa ikut dengan Bibinya, untuk mengambil obat yang sudah dicatat Dokter sebelumnya. Raut wajahnya tak dapat diartikan lagi, ia hanya memandang keluar jendela mobil tanpa ada niatan untuk berbicara.





.

.

.

.

.

Maaf lama ga update dan tulisannya berantakan, aku bakal revisi kalo cerita ini dah selesai. Karna mood ku jelek bgt semingguan ini.

Kamis, 22 Oktober 2020

Silent Girl/ HALLSTATT  [SEGERA TERBIT CETAK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang