|| 11 ||

178 22 1
                                    

Taehyung berdiam diri di rumahnya. Selama tidak ada Mirae beberapa bulan ini, ia seperti kesepian. Tidak ada lagi orang yang menyambutnya dengan senyuman hangat saat pulang bekerja. Saat keluar dari rumah sakit, Mirae memutuskan untuk tinggal bersama ibunya. Taehyung tidak bisa memaksa Mirae untuk tetap tinggal bersamanya.

"Ya tuhan kenapa Yerin tiba-tiba menghilang?" gumamnya. Hari ini adalah hari libur bekerja, waktu Taehyung habis hanya untuk memikirkan dua wanita yang membuatnya gila.

Pertama Mirae, wanita itu sudah pergi meninggalkan kota Seoul. Taehyung sangat takut jika Mirae tidak akan kembali lagi.

Yang kedua adalah Yerin. Setelah kejadian Taehyung memergokinya di rumah sakit, wanita itu menghilang entah kemana. Benar, Yerin benar-benar hamil. Tapi sayangnya pertanyaan Taehyung tidak ia jawab. Taehyung takut itu adalah kesalahannya, dan ia masih merahasiakan semua ini dari orang terdekat termasuk Mirae. Taehyung butuh kepastian, baru mengambil tindakan.

Biasanya pagi-pagi seperti ini Taehyung sangat bersemangat, tapi semangata itu luntur begitu saja. Hari ini adalah hari dimana pertemuan kedua Jieun dengan Jimin. Mereka akan bertemu di acara makan siang bersama di rumah Jimin. Sungguh, Taehyung sangat jijik mendengar namanya saja. Lalu sekarang ia harus ke rumah pria itu? Entah apa yang akan terjadi nanti.

Tiba-tiba ponselnya bordering, menandakan ada seseorang yang menghubunginya.

"Ya ada apa?" tanya Taehyung pada seseorang yang ada di seberang dengan nada malas.

"OPPA!"

Taehyung terkejut saat mendengar jeritan Jiuen disana.

"Tidak bisa ya kalau kau tidak menjerit sehari saja."

"Aku tidak setiap hari menjerit di telinga Oppa, jadi jangan mengada-ada."

"Jadi, kenapa kau menelfonku pagi-pagi begini?"

"Oppa udah mandi?"

"Ya! Apa kau demam? Kenapa kau menanyakan tentang itu?"

"Jawab saja." Jieun terdengar santai dan tidak peduli dengan bentakan kakaknya.

"Belum." Taehyung pun tidak kalah santainya. Wah mereka memang keluarga yang terkesan santai. Kecuali jika ada sesuatu hal penting untuk Jieun.

"Ya! Apa-apaan ini! Oppa lupa hari ini ada acara apa?"

Taehyung memutar bola matanya. Jieun sudah seperti putri yang harus di dengar titahnya, padahal Taehyung ingin santai sebentar. Jieun benar-benar perusak.

"Apa sepagi ini aku harus berisap? Apa sepenting itu Jimin untukku? Kau saja yang bersiap sepagi ini, Jimin paling penting bukan?"

"Simpan semua kekesalan Oppa pada Jimin Oppa yang tidak aku ketahui. Simpan semuanya dan jangan libatkan hubungan kami ke dalamnya. Aku hanya ingin Oppa menghargai Jimin Oppa sebagai calon suamiku, hanya itu yang aku mau. Lewat dari itu, aku tidak peduli. Aku menghungi Oppa karena Appa memanggil Oppa." Jieun mengatakannya tanpa jeda. Tapi Taehyung sudah tahu jika Jieun itu kesal padanya. Mungkin, kejadian pertemuan kala itu membuat Jieun sangat kesal pada Taehyung terlebih sekarang Mirae sudah pergi. Jieun pasti sangat kesal. Kakak macam apa Taehyung ini!

Sejenak Taehyung memutar lagi segala kesalahannya pada sang adik hingga tak sadar saat detik dimana Jieun berhenti bicara, disitulah panggilan telfon terputus. Taehyung menghempaskan ponselnya saat tersadar dari lamunannya. Ia mengusap wajah frustasi dengan semua yang terjadi. Tidak pernah ia sangka sebelumnya Jimin-lah yang menjadi calon suami adiknya, ternyata dunia sekecil itu.

Decedent |✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang