Move

54 8 0
                                    

"Manusia selalu mengharapkan hidupnya akan bahagia selalu. Tapi nyatanya ia terlalu senang bermain dengan kepedihan dunia."

Sohee tidak bisa melupakan kejadian itu. Selama ini ponselnya tidak pernah menerima panggilan atas nama Jungkook, dan sekarang panggilan itu sangat mengganggu. Untuk apa pria itu menelfon Sohee lagi? Kenapa baru sekarang pria itu menelfon wanita yang sudah ia tinggalkan?

Sohee sudah tahu. Beberapa malam lalu Jungkook memberikan pesan dan menjelaskan semua yang terjadi. Namun bagi Sohee Jungkook terlalu pengecut. Kenapa pria itu tidak memberitahu masalah itu dan menyelesaikan bersama? Hanya satu yang Sohee pikirkan. Jungkook tidak sepenuhnya percaya akan dirinya.

"Biadap!" umpat Sohee saat melihat panggilan di ponselnya tertera nama Jungkook.

"Ada apa? Dia menelfonmu lagi?" tanya Taehyung sambil menggendong Miyu. Untung saja gadis kecilnya tidak mendengar kata mutiara paling cantik itu karena Taehyung menutup telinga Miyu.

Sohee hanya diam.

"Berikan ponselmu padaku," pinta Taehyung.

"Mau kau apakan?"

"Berikan saja."

Sedikit ragu Sohee memberikan ponselnya pada Taehyung. Saat mendapatkan ponsel Sohee, Taehyung berjalan menuju kolam renang. Dan pria itu melempar ponsel itu kedalam kolam.

"Ya! Apa yang kau lakukan?!" teriak Sohee.

"Sepertinya kau senang ya diganggu oleh Jungkook?"

"Mana mungkin aku seperti itu!"

"Ponselmu satu-satunya barang yang mengaitkanmu dengan Jungkook. Dan sekarang sudah aku musnahkan. Lalu kenapa kau protes? Bukannya itu baik?"

Sohee menghela napas. Mungkin benar. Dia masih memikirkan Jungkook sampai saat ini, terlebih setelah kejadian itu. Sekarang Sohee benar-benar menjadi wanita. Sejauh ini ia selalu tampil kuat di mata orang banyak, dan kepercayaan dirinya yang tinggi membuat Sohee selalu disanjung. Dan itu semua terjadi hanya karena ada Jungkook yang menguatkannya. Sekarang ia kembali menjadi sosok wanita lemah hanya karena cinta. Sekarang ia tak heran seberapa menderitanya Mirae saat Taehyung menyakitinya dan egoisnya wanita itu masih menempatkan Taehyung dalam hatinya. Mungkin saat ini Sohee berada pada titik itu.

"Ya. Kau benar. Aku masih memikirkan Jungkook. Cinta itu kejam, itulah yang aku dan Mirae rasakan. Kami sulit mengeluarkan orang yang sudah menyakiti kami. Bahkan saat aku sudah merangkai rencana balas dendam pun saat melihat wajahnya semuanya hilang." Satu tetes air mata meluncur begitu saja di tengah senyumnya yang indah.

"Andai saja ada Mirae disini. Mungkin aku bisa menangis bersamanya, menceritakan semuanya, bahkan saling menasehati."

Sohee tertunduk. Merasakan jika ia tidak kuat menahan tangisnya lagi. Tiba-tiba saja kepalanya membentur dada bidang. Satu tangan memegang kepalanya agar tetap menempel pada dada itu dan tenggelam di dada itu dengan tangis yang akan sangat menyakitkan.

"Miyu-ya tenangkan bibimu ini." Itu suara Taehyung. Lagi-lagi Taehyung memiliki banyak cara untuk menghibur dan menenangkannya.

Satu tangan kecil mengusap surai Sohee dengan polos. "Bibi tidak boleh menangis. Disini ada Appa, Miyu, dan juga Junsoo."

Kata-kata yang keluar begitu polosnya membuat tangis Sohee semakin menjadi-jadi. "Itu baru anak Appa," puji Taehyung. Sekarang, pria itu yang mengelus lembut surai Sohee yang sudah menenggelamkan wajahnya di dadanya. Taehyung tersenyum tipis hampir tak kentara.

"Sohee. Keluarkan semua tangismu. Biarkan aku menjadi Mirae untukmu, biarkan aku juga menebus semua kebaikanmu pada Mirae-ku."

Miyu hanya diam saat mendengar nama yang tidak ia kenal siapa. tapi sebentar lagi waktunya Miyu tahu segalanya begitu pun dengan Junsoo.

Decedent |✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang