Seorang namja berusia 20 tahun terlihat tengah menata beberapa jajangmyun kedalam box besar belakang motornya. Ia bersiap mengirim pesanan dari pelanggan hari ini. Meski jam istirahat hampir datang, namja itu tidak akan menyia-nyiakan waktu sedikitpun untuk mengerjakan pekerjaannya.
Sementara di dapur, Ahjumma Park terlihat mengendap-endap menuju sebuah etalase. Tangannya memegang piring serta tangan kanannya ia gunakan untuk menyomot beberapa makanan. Sekiranya sudah cukup, wanita paruh baya itu kembali berjalan dengan pelan menuju ruang karyawan.
Ia meletakkan sebuah piring yang telah penuh didalam loker miliknya. Lalu ia mulai mengambil satu piring nasi lagi dengan lauk yang cukup sederhana. Hanya ada satu ekor ikan asin dan sayur bening. Ia lalu berjalan keluar menghampiri seseorang yang tengah sibuk mengemas pesanan.
"Jungkook-ah, mari makan. Antar pesanannya nanti saja. Kau tidak akan punya waktu makan setelah istirahat selesai." Seru ahjumma Park sembari tangannya mengisyaratkan agar namja yang masih memasukkan box jajangmyun itu masuk. Jungkook menoleh lantas tersenyum, melihat ahjumma yang sudah seperti ibunya sendiri itu selalu mengingatkan tentang waktu makan padanya.
"Ne, ahjumma..." Jungkook berlari kecil setelah menutup box motor. Ahjumma Park masuk ke ruang karyawan diikuti Jungkook.
Ahjumma Park duduk dilantai, berhubung kursi plastik disana hanya ada beberapa dan sudah ditempati karyawan lain.
Jungkook segera mengambil piring khusus karyawan, namun ahjumma Park mencegah.
"Aku sudah mengambilkanmu nasi. Buka saja lokerku." Ujarnya. Jungkook membungkuk dan berterimakasih. Langkah kakinya melaju ke depan loker-loker karyawan yang menggunung. Membuka satu loker yang tertempel kuncinya lalu membuka pelan pintunya.
Jungkook langsung melihat makan siangnya yang telah ahjumma Park siapkan. Lagi-lagi Jungkook menemukan keganjilan di piring makannya.
"Ahjumma tidak perlu selalu mengambilkanku lauk seperti ini. Kalau bos melihatnya, kau bisa kena marah." Ucapnya lirih sembari menatap piringnya. Ahjumma Park yang duduk di lantai mendengar suara pelannya. Namun ia tak pernah menggubris ucapan bocah dua puluh tahun itu.
Jungkook berbalik dan mengambil posisi di samping Park. Duduk dengan tenang dan mulai menyendok nasinya. Sejenak ia menatap ke isi piringnya hari ini. Banyak lauk yang berbeda dari lauk karyawan biasanya. Ada ikan, telur, dan sayur bening. Rasanya Jungkook tidak mau memakannya. Ini bukanlah keinginannya.
Beberapa karyawan yang lain melihat isi piring Jungkook. Ada yang berdecak sebal, ada juga yang terkesan cuek. Mereka yang cuek biasanya juga akan mencuri-curi kesempatan untuk mengambil lauk yang lebih enak. Sedangkan yang berdecak sebal adalah karyawan senior yang juga selalu mengambil lauk namun mereka tak menyukai sikap ahjumma Park yang berlebihan pada Jungkook.
Jungkook nampaknya risih, mendengar umpatan kecil dan bisikan dari mulut mereka. Ia hanya diam dan menahan diri untuk tetap tenang.
Jungkook lantas menatap wanita yang tengah menyantap makanan disamping kirinya. Wanita itu nampak menikmati makan siangnya yang bahkan hanya ada ikan asin dengan sambal saja. Jungkook melihat tangan keriputnya mengais sisa-sisa nasi yang masih berceceran di pinggir-pinggir piring. Memasukkannya ke mulut dan beberapa ada yang menempel di sisi bibir.
"Wae? Makanlah cepat. Kau harus mengantar pesanan setelah ini."
Jungkook tersentak saat tatapannya tiba-tiba bertemu dengan ahjumma disampingnya. Maniknya mulai berair, melihat betapa sayangnya ahjumma ini pada dirinya. Setiap saat, disaat bosnya tak ada di kedai seperti hari ini, ahjumma Park selalu menyempatkan untuk mengambilkan lauk pauk yang sekiranya bergizi untuk Jungkook. Dia selalu mengambilkan lauk yang ada di etalase kedai, bukan lauk yang dikhususkan untuk para karyawan yang hanya ada ikan asin kecil dan sayur bening, ditambah sambal jika ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes is Yours 2
FanfictionDua bola mata ini semula menjadi impian terbesarku, demi menatap hyung tersayangku. Namun saat impian ini tercapai, hyungku tega meninggalkanku. Dia pergi jauh untuk selamanya tanpa memberiku izin untuk menatap wajahnya walau hanya sekali. Dari sin...