Chapter 10

37.4K 5.8K 212
                                    

Chapter 10 – Bagaimana rasanya kehilangan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 10 – Bagaimana rasanya kehilangan?

–––

Kalian tahu, alasan Naya bersikap seperti itu pada Keano?

Apa ada yang bisa menjelaskan? Naya sendiri bingung dengan sikapnya. Entah alasan apa yang membuatnya bersikap seperti itu.

Apa karena Keano menghilang tiba-tiba lalu datang juga tiba-tiba seperti jailangkung?

Apa Naya belum melupakan kejahatan yang dilakukan Keano saat SMP dulu?

Atau.... Ah, tidak! Naya tidak mau menjelaskan lebih detail. Kepalanya nyut-nyutan dari tadi.

"Kiri, Bang!" ujar Naya turun dari angkot lalu memberikan sejumlah uang pada tukang angkot itu. "Makasih, Bang."

Naya merapatkan jaketnya. Udara pagi ini dingin, ditambah dengan keadaan tubuhnya yang sedang tidak enak badan. Gadis itu memaksakan diri untuk sekolah karena hari ini ada ulangan harian fisika. Jelas saja Naya tidak mau ketinggalan. Susulan itu gak enak cuy!

"Ih, nyebelin banget! Dia pikir gue gak tahu apa ya kalau dia ngikutin gue dari tadi?" gerutu Naya.

Sebenarnya Naya sudah tahu kalau Keano sejak dari rumahnya, cowok itu sudah mengikutinya hingga kini ke sekolah. Walaupun tidak melihatnya, Naya masih bisa merasakan kehadiran Keano di dekat Naya.

Dari arah berlawan, terlihat Yoga berjalan sambil membawa setumpuk buku, dia hendak masuk ke dalam perpustakaan. Cepat-cepat Naya berjalan ke arah Yoga untuk menghindari Keano.

"Yoga!" panggil Naya, gadis itu tersenyum lebar. "Sini gue bantuin," ujarnya sambil mengambil beberapa buku yang dibawa Yoga.

Yoga tersenyum lebar juga. Harinya dibuka dengan sangat baik. "Thanks."

Mereka masuk ke dalam perpustakaan, lalu menyusun buku-buku itu di rak. Yoga menyelesaikan pekerjaannya, lalu mendekati Naya yang berada di rak satu lagi.

"Ini pasti disuruh sama Bu Rini, kan?" tanya Naya sambil menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit. Naya menoleh pada Yoga yang sedang memperhatikannya dengan tatapan yang sulit Naya diartikan.

Yoga mengangguk sambil mengulum senyum.

"Gue juga sering disuruh buat rapihin buku gini. Setiap lewat ruang guru pasti disuruh bawa buku-buku ini ke perpus, makanya gue males lewat sana hahaha..." Naya tertawa pelan.

IDOL GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang