Hai guys!
Udah lama banget gak update. Maaf, ya... Soalnya aku kan udah kelas 12 lagi sibuk banget ngurusin pendidikan aku ke depannya.
Semoga aja ini bisa melepaskan rasa rindu kalian sama cerita ini.
👇
Chapter 17— Berisiko, jangan lakuin itu.
**
Mata Naya perlahan terbuka. Badannya masih terasa tidak enak sekali dan hawa di sekitar rasanya panas. Pusing menyerang membuat Naya tidak kuat untuk bangun dari tempat tidurnya. Diliriknya jam dinding yang ada di hadapannya,
Pukul 02:16.
Kali ini matanya tertuju pada Keano yang sedang menatap keluar jendela.
"Keano," panggil Naya lemah.
Mendengar namanya dipanggil, Keano berbalik lantas menghampiri Naya. "Gimana keadaan lo?" Keano duduk di pinggir ranjang lalu menyentuh kening Naya. "Masih panas."
Naya menyingkirkan tangan Keano dari keningnya, "Ngapain di sini?"
"Nungguin lo sekalian nungguin keluarga lo pulang, tapi kok gak ada yang pulang?"
Naya memijat pelipisnya, "Mama sama Malik kayaknya nginep di rumah sakit." jawab Naya.
"Bokap lo sakit apa emangnya?"
"Jantung."
"Mau ke mana?" tanya Keano dengan sigap menopang tubuh Naya yang hendak terjatuh.
"Ambil obat, terus mau tidur lagi."
Naya bangkit dari kasurnya menuju dapur. Meskipun masih sangat lemas dan pusing, Naya memaksakan. Karena jika tidak segera meminum obat, maka Naya tidak akan kunjung sembuh.
Satu butir obat akhirnya masuk ke dalam tubuh Naya. Dengan langkah lemah, Naya berjalan menuju kamarnya lagi, diikuti Keano yang berdiri di sampingnya.
"Lo gak telepon keluarga lo? Bilang gitu kalau lo sakit di rumah sendirian."
Naya memasang selimutnya lagi hingga ke leher, lalu menggeleng. "Gue gak sendirian, ada lo, kan." jawab Naya lemah.
Keano tertegun. Dia menatap Naya yang terbaring lemah begini. Rasanya, Keano merasa menjadi seseorang yang tidak berguna. Keano memang ada di sini, tapi dia tidak melakukan apa-apa untuk Naya.
"Tapi gue gak bisa lakuin apa-apa buat lo," kata Keano dingin.
Gadis itu memejamkan matanya, berusaha untuk tidur kembali. "Iya, lo emang gak lakuin apa-apa. Tapi dengan adanya lo di sini sekarang, gue jadi gak sendirian."
Keano diam menatap Naya. Merasa dihargai dengan keberadaannya di sini.
"Gue takut sendirian." sambung Naya kemudian benar-benar terlelap tidur.
***
Tok.. Tok.. Tok...
Mendengar pintu rumahnya diketuk, Naya lantas membuka matanya yang berat sekali untuk dibuka. Dengan langkah gontai Naya berjalan keluar membuka pintu. Matanya melotot kaget.
"Kakek? Ke sini sama siapa? Naik apa?" tanya Naya bertubi-tubi saat melihat kakeknya yang dari kampung datang ke sini jauh-jauh. Seorang diri pula.
"Kakek sendiri ke sini, naik bus."
"Ya, ampun kek!" Naya menuntun kakeknya masuk ke dalam rumah lalu duduk di ruang tamu. "Naya ambilin minum, ya."
Baru saja mau berdiri, kakek Naya menahan lengan cucunya cepat, menyuruhnya untuk kembali duduk. "Kamu, kan, sedang sakit."
"Kakek kok tahu?" tanya Naya bingung. "Jangan-jangan kakek datang ke sini gara-gara tahu aku sakit? Tahu dari siapa?"
Kakek Tama menyentil kening Naya gemas, "Kebiasaan kalau sakit suka gak bilang!"
"Aw! Sakit kek!"
"Mau nolong siapa lagi kamu?" tanya kakek Tama berhasil membuat Naya melotot. Naya baru ingat dengan keberadaan Keano. Ke mana perginya cowok itu?
"Mau nolong dia?" tunjuk kakek Tama ke arah pintu kamar Naya. Naya menoleh cepat, tepat di sana Keano berdiri dengan mata melotot kaget.
Aduh, kenapa Naya bisa lupa kalau kakeknya ini bisa melihat makhluk halus juga!
"Iya, kek..." Naya melirik Keano lagi. "Keano sini!"
Dengan langkah ragu Keano menghampiri mereka, berdiri dengan canggung di samping Naya. "Saya Keano, Kek." ujar Keano.
Kakek Tama mengenggam tangan Naya erat, matanya tertutup seperti sedang merapalkan doa. Tak lama, matanya kembali terbuka.
"Kakek bisa bantu Keano gak?" tanya Naya lemah, membalas genggaman tangan kakeknya yang menurutnya menenangkan. "Dia koma. Di samping tubuhnya di rumah sakit ada-"
"Kakek tahu, Naya." potong kakek Tama, lalu menatap cucunya khawatir. "Ini bukan lawan yang sepadan buat kamu." sambungnya.
Kakek Tama menatap Keano, "Kamu kenal sama yang namanya Januar?" tanyanya pada Keano.
Keano menangguk. "Dia manager Band saya."
"Dia yang buat kamu gak bisa bangun kayak sekarang. Dia yang pasang makhluk itu di tempat kamu, dan dia yang buat Naya sakit begini." ujar Kakek Tama.
Naya melirik Keano yang kini sedang mantap Naya juga. Naya bisa melihat kalau Keano merasa bersalah telah membuatnya sakit begini.
"Kakek bilang sekali lagi sama kamu Naya, ini di luar kemampuan kamu. Kamu gak bisa bantu dia." ujar Kakek Tama mengingatkan. Beliau tidak mau cucunya kenapa-napa.
"Tapi kek-"
Kakek Tama berdiri dari duduknya yang berhasil memotong omongan Naya. "Kakek mau ke kamar mandi dulu sebentar."
Naya menahan tangan kakeknya cepat, "Kalau aku tetap bantu Keano gimana kek?" tanya Naya terdengar memohon. Keano yang melihat itu tertegun.
"Berisiko, jangan lakuin itu."
***
Jangan lupa vote dan comment ya!
Deasm
Sukabumi, 6 Januari 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL GHOST [SELESAI]
Fiksi Remaja(Ghost series #2) Keano adalah seorang bintang besar yang tergabung dalam satu grup bernama SKY. Nasibnya yang malang, harus membuat Keano terlibat dalam suatu kecelakaan yang membuatnya terbaring koma di rumah sakit. Roh-nya berkeliaran. Mencari se...