Chapter 24

30.9K 5.2K 82
                                    

Chapter 24——Don't leave me.

____

"Dari mana, Sam?"

Samuel yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat inap Keano, menoleh pada Luisa yang tengah duduk di sofa. Gadis itu melipat kedua tangannya di dada, mata cokelatnya menatap Samuel penuh tanya.

"Cleo mana?" Samuel balik bertanya, kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan Cleo.

"Lagi jalan sama pacarnya," jawab Luisa cepat. Dia penasaran dengan jawaban Samuel tentang pertanyaannya tadi, karena akhir-akhir ini Samuel memang jarang di tempat ini. "Jadi lo dari mana?" tanya Luisa tak sabar.

Samuel berjalan mendekat, lalu duduk di samping gadis itu. "Abis nemuin Naya, temen SMP yang pernah kita bully itu."

Luisa tersenyum sinis, "Temen lo aja kali."

"Lo segitu bencinya ya sama Naya? Why?" tanya Samuel penasaran.

Memang sejak SMP, Luisa orang kedua yang paling sering membully Naya, setelah Keano. Tetapi semenjak kejadian Naya jatuh di kantin sampai dibawa ke rumah sakit itu, perlakukan buruk Keano pada Naya mengurang. Hal itu membuat Luisa berspekulasi bahwa Keano mulai menyukai gadis itu, padahal nyatanya tidak. Luisa saja yang terlalu cemburuan dan posesif.

Luisa mengangkat kedua bahunya acuh, "Enggak juga. Lagian lo mau ngapain juga sih ketemu sama si dukun itu?" tanya Luisa sinis.

Keano yang baru saja datang, mendengar kata 'dukun' yang diucapkan Luisa barusan, refleks membuat tangannya mengepal kuat. Dia merasa Naya tidak pantas dikata-katai seperti itu.

Namun jika diputar kembali memori saat masa SMP dulu, dirinya sama saja dengan Luisa sekarang.

"Gue mau minta bantuan sama dia," ujar Samuel.

"Bantuan apa sih? Emang dia bisa apa?" tanya Luisa jengah.

"Ya, apapun itu, kita coba aja dengan kemampuan dia."

Luisa mendelik tajam, "Emangnya lo gak malu, dulu pernah bully dia tapi sekarang lo mau minta bantuan sama dia? Rasa malu lo di mana?" tanya Luisa.

"Gue bakal lakuin apapun supaya Keano balik lagi sama kita. Lo mau kan Keano balik lagi sama kita?" Samuel menatap Luisa dalam. Gadis itu menghela nafasnya berat. Mungkin cara ini bisa dicoba, meski harus menurunkan sedikit ego.

"Terserah lo deh!"

"Cara apa yang kamu maksud Luisa?" tanya seseorang dari arah pintu yang terbuka.

Menampakkan sosok kedua orang tua Keano yang tengah berdiri di sana. Terlihat Mahen Argani—papa Keano, berdiri di samping istrinya, Lolita, yang nampak sembab matanya seperti habis menangis.

"Tante, om?" Luisa berdiri, menghampiri Lolita lalu memeluknya erat. "Tante kenapa nangis?" tanya Luisa.

Lolita menangis tersedu-sedu sambil menatap putranya yang kini tengah terbaring lemah. "Tante dan om barusan baru saja menemui dokter, katanya kondisi Keano semakin menurun, Sa...." Lolita semakin mengeratkan pelukannya.

"Om bisa bicara sebentar di luar?" tanya Samuel, lalu diangguki oleh Mahen. Mereka berdua keluar meninggalkan ruangan itu.

Keano menatap sedih mamanya yang sepertinya terpukul sekali. Ingin sekali rasanya memeluk mamanya. Matanya beralih menatap dirinya yang terbaring lemah.

"Apa gue bisa kembali?" tanya Keano pada dirinya sendiri.

Suara tawa yang sangat memekikkan telinga Keano menggema begitu keras. Makhluk menyeramkan yang berdiri di samping Keano, menatap Keano tajam. Lidahnya menjulur begitu panjangnya hingga mengikat leher Keano.

Suara monitor itu tiba-tiba berubah ritmenya. Yang semula berbunyi normal berubah menjadi sangat cepat. Luisa lantas menekan tombol di samping ranjang Keano agar dokter cepat datang.

"Luisa Keano kenapa?" tanya Lolita kembali menangis.

"Tante tenang dulu, dokter sebentar lagi datang." ujar Luisa.

Di sisi lain, Keano yang sedang dicekik oleh makhluk itu terus berusaha melepaskan cekikikan itu dengan susah payah. Kondisi Keano yang terbaring lemah pun semakin menurun walaupun dokter sudah menanganinya.

Suasana ruangan itu menengang. Lolita terus menangis dipelukan Luisa. Samuel, Mahen, dan Cleo yang baru saja datang hanya bisa berdoa untuk Keano.

"Ibu tolong ya keluar dulu ya..." ujar suster sambil membawa Lolita keluar. Namun baru saja melangkah, suara monitor berbunyi nyaring. Garisnya lurus, tak bergelombang lagi.

Tutttttttttttt

"Le...pas..." pekik Keano kesakitan. Tubuhnya semakin menghilang.

"Lepas!!" teriak seorang gadis di ambang pintu. Makhluk itu semakin cekikikan meremehkan Naya.

Naya tanpa permisi masuk ke dalam ruangan itu dan langsung memegang tangan Keano yang terbaring lemah. Matanya tertutup rapat sambil terus membaca doa yang diajarkan kakeknya dulu.

"Argh!!"

Makhluk itu melepas cekikikannya, dan menghilang begitu saja. Tapi Naya yakin, jika makhluk itu akan kembali lagi nanti.

Tut...tut...tut..

Dokter menghela nafasnya lega saat garis itu bergelombang lagi. Akhirnya Keano kembali lagi.

"Lo apa-apaan sih!" Luisa menepis tangan Naya yang memegang tangan Keano. "Gak sopan banget! Dipikir lo siapa?!"

Naya membuka matanya lalu menatap Luisa dan yang lainnya. Gadis itu sedikit menunduk meminta maaf, "Maafkan saya yang lancang om tante. Saya permisi dulu." pamit Naya kemudian berjalan keluar.

"Tunggu lo mau ke-"

"Sa, Sa, udah!" cegah Cleo.

"Gak bisa gitu dong dia udah lancang banget sama Keano!" sahut Luisa tak terima.

Naya tak memperdulikan Luisa ataupun yang lainnya, dia terus berjalan menjauh dari sana. Tenaganya sedikit terkuras.

"Nay! Nay!" panggil Keano. Tak lama matanya melotot kaget saat melihat hidung Naya yang mimisan.

"Kenapa?" tanya Naya lemah.

"Lo mimisan, Nay." Keano berusaha menyentuh Naya namun ditepisnya cepat.

"Jangan pegang-pegang, " kata Naya sambil mengelap darahnya yang keluar dari hidung.

Keano menatap Naya cemas. Ini semua karena Naya yang menyelamatkannya tadi. "Maafin gue ya, Nay." ujar Keano.

"Gakpa-"

"Naya!"

Keano dan Naya lantas menoleh, terlihat Mahen dan Samuel yang kini sedang berjalan ke arah Naya.

"Nama kamu Naya kan?" tanya Mahen.

Naya mengangguk. "Iya, Om."

"Ada yang mau saya bicarakan sama kamu, bisa?"

**

a.n;  Aduh cape! Kasih aku semangat dungsss 😚







Deasm

Sukabumi, 28 Januari 2021.

IDOL GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang