PART 6 : Gembel

171 10 3
                                    

"Nhur!" Anjir nih mak lampir kenapa sih?

"Ya i am coming."

"Loe gak lupa kan?"

"Enggak," jawabku males dengan ekspresi super gak niat.

"Bagus kalau gitu."

Tanpa banyak makan waktu lagi aku dan "Si Mak Lampir." itu berangkat menuju kesebuah mall di kota Jakarta.

Sesampai disana aku terus membuntuti tuh mak lampir entah kemana karena takut nyasar.

Biasa orang deso hehehe ....

Dia berjalan menuju ke arah sebuah kafe sambil celingak-celinguk mencari sesuatu, saat matanya tertuju pada sebuah meja yang diduduki oleh beberapa wanita senyumnya merekah dan segera menghampiri mereka.

"Hi guys!" sapa Michelle antusias pada teman-teman sosialitanya tak lupa dengan cipika cipiki.

"Michelle makin cantik aja kamu," puji salah satu teman sosialitanya.

"Jelas dong istri siapa lagi kalau bukan istri sang pengusaha terkenal James Kleinworth hahaha." Sombong amat anjir.

"Sini duduk," ajak wanita menor itu sambil menepuk tempat duduk, dengan anggun si Michelle duduk dengan perlahan sesekali menebar pesona dengan mengibas rambutnya itu.

Aku boleh muntah kagak udah mual nih ....

"Ehh itu siapa?" tanya salah satu dari mereka, mereka menatapku dari atas kebawah dengan tatapan heran dan jijik? Mungkin aku gak tahu.

"Dia ini ART aku." jawab Michelle, sedangkan mereka hanya ber "O" ria.

Beberapa saat mereka asyik bergosip-gosip sana-sini gak jelas.
Disisi lain diriku masih terus berdiri sampai pegal dibuatnya.
Setidaknya Kasih minum kek ehh malah dibiarin mematung disini dikira robot apa? Kalau capek tinggal dicolokin gitu.

Disaat aku masih berdiri di hadapan mereka aku sempat mendengar bisikan-bisikan tetangga bukan bisikan sih tapi sindiran keras dari mereka.

"Chelle."

"Apa?" balas mak lampir itu.

"Loe bisa gak usir loe punya pembantu risih aku liatnya."

"Iya aku juga, udah kayak gembel minta duit aja di sini," sahut yang lain.

Huft mentang-mentang makan gaji buta dari suami hina orang sembarang, ngajak tawuran?

"Nhur loe bisa geser kesana gak?" perintah Michelle.

"Kemana?" tanyaku bingung.

"Tuh," tunjuk Michelle kearah tong sampah di seberang cafe tersebut dan diikuti tawa hina dari para emak-emak sosialita itu.

"Kamu nganggep aku sampah yaa?" tanyaku sambil menaiki beberapa oktaf suara.

"What? Kamu baru nyadar? Haha." Aku mendapat tawaan hina dari mereka lagi.

Dengan setengah hati aku pun menuruti kemauan mereka untuk berjalan menuju tong sampah seberang sana.
Namun baru beberapa langkah aku dipanggil oleh Michelle.
Dengan reflek akupun memutarkan badan menghadap kearahnya seketika wajahku disambut oleh sebuah siraman air berwarna merah

"Nah gini cocok benar-benar kayak sampah hahaha shushu sana."

Mataku mulai berkaca-kaca tapi kutahan aku gak mau terlihat lemah oleh mereka, aku pun berjalan menuju tong sampah dan berdiri disana, beberapa orang lewat menatapku jijik dan gak peduli, aku hanya diam mematung hingga akhirnya bendunganku pecah tak tertahankan aku hanya menangis dalam diam tanpa minat sama sekali ingin mengeluarkan isak tangis.

Bossku Mantanku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang