PART 33

103 6 0
                                    

"Wat!" panggilku keras saat berpapasan dengan Wati.

Wati menoleh kearahku yang berada di seberang jalan lalu ia melambaikan tangan macam terong-terongan.

Kok nyesel manggil ya?

"Nhur mau ke sekolah ya?"

"Kagak, aku mau jual diri ya jelas ke sekolahlah!" jawabku sinis, Wati terkekeh.

Brum ....

"Nhur, ayo berangkat bareng," ajak Rehan dengan senyuman khasnya.

"Ogah!" ketusku.

Wati menatap Rehan seksama lebih tepatnya menatap tajam kearah pipi sebelah kanan Rehan.

"Han, loe pake blush on?" tanya Wati dengan gobloknya, jelas-jelas itu bekas tamparanku kemarin karena Rehan macam-macam padaku.

"Oh ini ... iya emang kenapa?" balas Rehan cengegesan.

"Siapa yang make up in?"

"Nhur, dia itu artis make up terkenal sekali templok langsung merona semua," balas Rehan ngakak dan diikuti suara tawa kunti khas Wati.

Alu hanya menatap jengah kedua sepupu itu bergantian.

"Jadi loe di tampar mbak glowing ini hahaha!" Suara ngakak Wati makin menjadi hingga semua orang yang lewat menatap ngeri kearahnnya.

"Loe mau kemana Mbak?" tanya Rehan pada kakak sepupunya.

"Aku mau ketemuan ama Dita."

"Loh kok aku gak diajak sih?" tanyaku langsung.
Aku menatap Wati dengan tatapan intimidasi.

"Kan loe ngajar gimana sih?"

"Tapi kan-"

"Yaudah gue cus dulu bya bye!"

Wati langsung meninggalkanku sendiri ....

Gak ding, ada tuh si anak setan yang berada sampingku, dengan cengiran bodohnya.
Aku memalingkan wajah kearahnya dan menatapnya tajam, Rehan hanya memainkan alisnya naik turun.

Rehan menyodorkan helm miliknya kearah, dengan perasaan yang jelas terpaksa mengapai lalu memakai helm itu, tapi pada saat hendak memasang pengait hel tangan ditepis pelan sehingga Rehan lah yang memgaitkannya.

Jadi, kita berdua terlihat seperti pasangan abege super duper makro alay, fiks bingits.

Setelah itu aku pun naik diatas boncengan Rehan, tetapi kendaraannya tak kunjung beranjak satu senti pun tak ada menyebabkan kesabaranku terkikis banyak.

"Loh kok gak jalan sih? Udah lambat nih."

Rehan tersenyum mania, "Pengangan dong nanti jatuh soalnya gue bakal ngebut."

Aku memutar kedua mataku malas lalu aku segera memegang sisi kanan dan kiri pinggang tapi lebih tepatnya memcubit jaket kulit bagian pinggang.

Rehan menatapku aneh, dia pun mengambil tanganku lalu dilingkarkan diperutnya.

"Apaan sih?" Ketika aku ingn melepaskan pelukanku, dia malah menahannya.

"Pegangan atau kita terlambat?"

"Iya-iya cepetan."

Tak butih waktu lama aku dan Rehan sampai dihalaman sekolah tapi aku menyuruhnya menuruniku di pinggir sekolah yang jaraknya sedikit jauh dengan gerbang sekolah agar tidak para siswa tidak mengetahui lalu menaruh curiga pada kita.

***

"Bu Nhur," panggil Bu Moyra.

Aku menoleh kearah. "Kamu dulu mengajar ekonomi ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bossku Mantanku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang