PART 29 : Fakta Tentang Feby

43 2 0
                                    

"Nhur, loe ada waktu kagak?"

"Ada, emang kenapa?" tanyaku bingung, ya, semenjak sepeninggalan Jack aku lebih menyendiri hingga semua akses komunikasiku aku blokir.

Sebulan kemudian setelah merasa tenang walau tidak tenang-tenang amat setidaknya lebih baik dari sebelumnya.
Aku pun mengaktifkan aksesku kembali, tapi baru beberapa detik tiba-tiba hpku dipenuhi pesan beruntun alias "Spam"

Kebanyakan dari pesan tersebut menanyakan tentang kabarku, bahkan ada yang terang-terangan melamarku.

"Nhur, gue denger loe udah jadi janda, jadi, mau gak gue mempersunting loe?"

"Gak, semudah itu ferguso," balasku bete.

Sebenarnya, aku cukup terkejut ketika membaca pesan itu, aku melirik kearah namenya ternyata disana tidak terpampang nama pemilik kontak hanya tertuliskan angka.

Oke, kembali lagi ke topik sebenarnya ....

"Gue mau ketemu dengan loe di tempat kafe yang sering kita tongkrongin oke."

"Iya, nanti aku kesana," balasku dan bersiap-siap untuk menemui sahabatku Wati.

Sebenarnya aku males untuk keluar tapi mau gimana lagi, kalau ditolak ujung-ujungnya bakal di geret ama si Wati.
Entah memgapa badanku lebih mulus dan putih apakah ini efek gak keluar rumah atau perawatan yang sering aku jalanin untuk menghilangkan stress.

But, I dont know.

"Done." Aku menghadap kaca sambil berputar unuk memastikan penampilanku.

***

"Nhur disini!" Aku menoleh ke arah sumber suara, ternyata disana terdapat dua orang wanita satunya jelas Wati kalau wanita yang lain aku gak kenal karena membelakangiku.

"Hey," sapaku.

"Eh buset makin bening aja loe!" puji Wati.

"Berarti bener dong kalau janda lebih mengoda, kok aku pengen jadi janda ya?" sambung Wati.

Aku hanya memutar bola mata malas.

"Nhur," panggil wanita itu, aku menoleh kearahnya ternyata dia adalah sahabatku Dita.

"Dita!" Aku girang dan langsung memeluk Dita.

"How are you?"

"I am fine."

"I so miss you Dit," ucapku masih dalam pelukan Dita.

"Me to," balas Dita.

"Oke udah puas pelukannya?" Wati memasang wajah datar, aku dan Dita hanya cengegesan.

Aku mendaratkan bokongku kesebuah kursi yang telah disiapkan oleh kafe.

"Jadi?" Aku memulai buka suara.

"Ehm ... sebenarnya gue ngumpulin kalian semua have fun doang, kan kita sudah jarang kumpul-kumpul macam gini."

See, Wati kalau ngajak keluar suka maksa-maksa seakan-akan emergency tapi saat semua temennya pada keluar dianya malah cuma ngajak  fun doang.

"Nhur, aku turut berduka cita atas meninggalnya suamimu," ujar Dita pelan.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

"Btw, Dita loe udah nikah?" tanya Wati.

"Udah dong," jawab Dita santai.

Aku hanya melihat percakapan mereka dengan intens.

"Wiss, udah nikah dapat cowok mana loe?"

"Korea."

"What!?" jerit Wati tidak percaya.

Bossku Mantanku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang