PART 32 : Hampir Mantap-Mantap (18+)

94 7 0
                                    

Tak terasa bel pulang telah bergema keseluruh ruangan sekolah.
Semua siswa keluar dari kelasnya masing-masing. Aku menatap kearah jendela yang mengarah langsung ke gerbang kebebasan bagi siswa, disana terdapat beberapa siswa yang pulang dengan mengendarai motor, jalan kaki, dijemput, dan tak jarang berboncengan seperti sepasang kekasih.

Tanpa sadar aku tersenyum manis, saat mengingat zaman sekolahku dulu dimana aku terus dibully karena wajahku.

Kemudian aku memalingkan wajah kearah selembaran kertas yang berada diatas meja dan berinsiniatif untuk segera menyelesaikan tugasku.

Tak perlu memakan banyak waktu tugasku kelar.

Aku mengemasi barang-barangku yang berantakan diatas mejaku.
Oh ya, aku pulang pake apa ya? Pake angkot atau jalan kaki aja? Jalan kaki aja deh.

Setelah mengemasi barangku aku bangkit dari kursi dan keluar dari ruangan BK.
Aku berjalan dengan santai seraya menelusuri pandangan keseluruh sekolah yang tampak sepi.

"Nhur!" Aku menoleh kearah sumber suara ternyata itu yang memanggilku adalah Rehan.

Seketika aku memasang wajah datar. "Gak sopan kamu manggil namaku secara langsung, kamu lupa aku ini gurumu."

"Ayo pulang gue bocengi," tawar Rehan tak memperdulikan cibiranku.

"Kagak mau," jawabku singkat.

"Ayolah Nhur." Rehan tidak menyerah untuk mengajakku pulang bareng.

"Kagak mau."

"Bisa gak jangan bilang kagak mau terus?" ujar Rehan kesal.

Aku diam sejenak lalu berkata, "Tidak mau."

Rehan menepuk jidatnya sendiri, aku terkekeh saat melihat kekesalannya.

"Gue memaksa ayolah," paksa Rehan.

"Ak-"

"Sekali lagi loe bilang begitu gue cipok mau loe?" Aku mengidik ngeri saat mendengar perkataannya.

Aku berdecak kesal lalu menaiki mogenya dengan wajah cemberut.
Rehan menatapku sebentar lalu menunjuk senyuman mesum.

"Bibir maju kek gitu minta dicipok ehm," ujar Rehan.

Aku langsung menutupi mulutku dengan kedua tanganku. Rehan hanya terkekeh melihat reaksiku.

***

"Nhur, aku laper." kata Rehan yang masih fokus menyetir motornya.

"Terus?"

"Ayo makan," putus Rehan lalu menghentikan motor mogenya kesebuah warung.

"Loh kok berhenti ngapain kesini?" tanyaku.

Rehan menoleh kearahku dengan kerutan didahinya.

"Ya makanlah masa mau ngurus kartu nikah? Ooo jangan-jangan loe ngarepnya gitu ya?" goda Rehan.

Wajahku merona saat mendengar godaan Rehan dan memukul lengan kekarnya dengan tanganku.
"Yaudah ayo turun," ajak Rehan sambil membantu melepaskan helm di kepalaku.

Hatiku berdetak sangat kencang saat ia memperlakukan diriku kayak gitu.

"Pak Nasgornya dua!" jerit Rehan dengan mengangkat tangan keatas.

"Baik Mas," balas Kang nasgor.

Aku hanya duduk diam di hadapannya tanpa ingin membuka suara, aku kan sebel ama dia sebenarnya aku pengen pulang dan langsung tidur.

"Jamu-jamu!" jerit mbok jamu dan wow aku mengenalinya dia itu tukang jamu langgananku.

"Mbok Gemoy! Aku pesen jamunya sini!" Semua pelanggan menoleh kearahku saat aku jerit-herit kagak jelas.

Bossku Mantanku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang