PART 2 : Menyesal

285 22 1
                                    

Setelah pertemuan beberapa hari yang lalu aku terus memikirkan peristiwa kemarin entah kenapa hati ini terasa nyesek banget saat melihat dan menjabat tangannya, sebenarnya aku gak mau ikut naik ke panggung untuk menjabat tangannya, karena dengan alasan etika dan kesopanan, aku dengan setengah hati menaiki panggung dan berjabat dengan pria gagah itu tetapi bukan itu yang bikin hati ini terasa perih, tetapi sikapnya yang seakan-akan gak mengenalku apakah wajahku sudah benar-benar banyak berubah 3 tahun terakhir ini bahkan dengan menyesalnya aku pernah bertanya kepada Bibi ...

"Sama aja gak ada yang berubah muka kayak coberan gitu"

Nyesekkan masa sama Ponakan sendiri di bilangin muka kayak coberan.

Bukan hanya itu dia bahkan seakan-akan lupa dengan namaku.

"Siapa namamu?" tanya James alias mantanku

Halah jadian aja belum bilang mantan.

"Na-namaku Nhur Velisha" Aku kira saat menjawab dengan nama lengkap dia bakal mengenaliku ehh malah dia gak mengenaliku sama sekali, nih cowok lupa ingatan apa pura-pura bego sih?

Pada waktu yang bersamaan aku ingin sekali memukulnya dengan mikrofon, mungkin jika aku pukul tuh kepala dia bakal ingat tapi ku urungkan niatku dengan tersenyum getir dan sok tegar didepannya.

Ya sudahlah itu juga udah lalu ...

Pada hari Minggu seperti biasanya aku melakukan rutinitas pagi alias jogging di sekitar Monas, aku berlari dan sesekali berhenti hanya untuk menghilangkan dahaga ini.
Disaat lagi asyik berjogging aku mendengar tangisan seorang anak, awalnya aku mengira itu tangisan anak yang ingin dibeliin permen tetapi ternyata anak itu menangis mencari ayahnya, aku pun segera menghampirinya takutnya kalau ada penculik, toh sekarang rawan dengan penculikan anak.

"Adek kenapa nangis?"

"Hiks hiks aku ingin bertemu dengan Daddy" jawab anak itu.

"Sini Kakak temenin buat cariin daddy mu"

"Gak mau kata Daddy aku gak boleh bicara sama orang asing nanti aku di culik" Waduh aku dikira penculik dungs, apakah muka saya ini kayak penculik? Cantik gini kok di bilang penculik sama anak kecil kan gak elite.

"Kakak ini bukan penculik sayang, Kakak ini guru sekolah, masa mau culik anak? kan tugas guru ngajar anak."

"Hiks beneran Kak?" Aku hanya menganggukkan kepala sambil mengusap lembut surai gadis ini tapi entah kenapa wajah anak ini manis sekali hingga membuatku gemas sendiri.

Setelah menyakinkan gadis ini aku pun mengajaknya ke parkiran untuk mencari ayahnya sesuai dengan penjelasannya kalau gadis ini sama ayah menaiki mobil saat menuju disini.
Beberapa saat aku dan gadis ini terus menunggu ayah si cantik ini.

"Ehm ... nama Adik siapa?"

"Namaku Feby Kak"

"Wah nama yang indah seperti yang punya nama" Peraturan pertama bersikap lembut lah kepada anak-anak saat ingin mendekatinya.

"Karena namamu bagus Kakak kasih coklat mau gak?" Peraturan kedua berilah sesuatu yang bagus dan menarik untuk menarik perhatian anak-anak.

"Mau Kak" Jawab Feby dengan girang, aku pun menyodorkan coklat itu ke Feby.

"Ayah mu dimana kok lama amat?" Peraturan ketiga ajak anak berbicara agar suasana tidak terlalu kaku.

Ehh kok kayak tips plus panduan cara culik anak dengan benar yaa? Bodolah.

"Daddy disini kerja Kak tapi lama banget, I not like it, i so bored" Njir nih anak bisa bahasa barat rupanya, Ayahnya kasih makan apaan sih?

"Kamu gak boleh bilang begitu Daddymu itu bekerja buat bahagiain kamu, bahkan kamu lebih beruntung dari Kakak, orang tua Kakak sekarang ada diatas bersama Tuhan"

Bossku Mantanku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang