PART 16 : Kriteria Cowok Idaman

54 4 0
                                    

Hari menjelang pagi membuat matahari malu-malu muncul dibalik langit, sinar mentari menembus gorden dan mengarah kearah mataku seakan-akan mentari ingin membangunkanku.

"Nhur." Terdengar suara seseorang yang cukupku kenal, suaranya sangat bariton yang menunjuk sisi kegagahan sang pemilik suara.

Aku mengerjap beberapa kali hingga mataku mulai membuka sempurna walau masih sayu.
Entah mengapa di depan wajahku terdapat seseorang lagi asyik memperhatikanku, aku tak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas karena orang itu membelakangi cahaya.

Saat mataku mulai menjelas, aku melihat wajah seseorang pria yang sangat tampan seperti Jungkok oppa.

"Oppa sarangheyo ...," ucapku tak sadar.

"Oppa?"

Wait, itu bukannya suara James ya?

Aku langsung bangun dari tidurku dan menghadapnya.

"James ngapain kamu disini?" tanyaku gugup. James tersenyum dan berkata,"Bibi yang menyuruhku untuk membangunkanmu."

Aku hanya menanggapi ucapanya dengan mulut berbentuk huruf O.

"Lah, tadi kamu manggil Oppa dan saringan kenapa?" Anjir nih orang masih ingat rupanya.

"E--eh gak papa kok hehehe." Plis jangan nanya lebih lanjut.

James mengeryit keningnya dan menatapku lekat seakan masih kurang puas atas jawabanku tadi.

"Ooo ... Yaudah kalau gitu," ucapnya tersenyum.

"Ayo turun gih kita sarapan bersama," sambungnya lalu beranjak dari duduknya.
Aku hanya tersenyum menatap punggungnya menjauh dan menghilang dibalik pintu.

Setelah James menghilang aku segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk sarapan pagi.

Aku menuruni anak tangga satu persatu hingga ke lantai dasar dan menuju ke meja makan, disana sudah terdapat dua orang dewasa yang asyik berbicara sambil makan.

"Kok pada makan sih? Gak nungguin aku," tanyaku.

James dan Bibi menatapku, James tersenyum tak berdosa sedangkan Bibi hanya melengos lalu melanjutkan makan lagi.

Pada mengapa sih?

Kegiatan makan terus berlanjut dimana hanya terdengar hantaman antara piring dengan sendok padahal sebelum aku datang mereka seperti tengah bersenda gurau ... Jangan-jangan mereka punya hubungan terlarang omaigat itu tidak boleh berlanjut aku harus hentikan ....

Aku terus melamun memikirkan hubungan mereka hingga tak sadar aku mulai tenggelam jauh dalam pikiranku sendiri.

"Nhur ...." Bibi membuka suara membuatku tersentak kaget.

"Ya ada apa?"

"Bibi mau nanya kriteria cowok kamu apa?" Tumben Bibi nanya persoalan macam gitu ehm ... mencurigakan.

"Kriteria aku yang pertama tampan," ucapku

"Itu aku," sahut James

"Kaya."

"Itu aku."

"Kerja keras."

"Itu aku."

"Bertanggung jawab."

"Itu aku."

"Dan harus beragama islam."

"Sebentar lagi aku beragama islam lalu halalin kamu," sahut James lagi.

"Loh ... Mas James kok daritadi nyahut terus sih?"

"Lah benar dong, semua kriteria yang kamu ucapin ada pada diriku."

"Pede amat."

"Ya harus pede dong dan setiap hati manusia akan berubah tiap detiknya, mungkin sekarang kamu memang gak suka aku tapi bisa jadi kalau nanti kamu tergila-gila padaku."

"Dih."

Bibi hanya tersenyum melihat percekcokan kami berdua sambil memakan makanannya seakan-akan aku dan James tontonan yang mengasyikkan.

***

Beberapa hari setelah kejadian, aku dan James sudah pulang dari rumah Bibi begitu juga dengan Feby dengan yang lain.

Tapi kepulangan mereka membuatku bete, masa James di kasih oleh-oleh baju, celana, makanan, perhiasan, dan jam tangan.
Sedangkan aku boro-boro dikasih oleh-oleh makanan atau pakaian malah dikasih tanah.
Dan berkata,"Nih tanah Amerika loe udah kagak pernah kesanakan? Jadi, aku bawain oleh-oleh."

Untung Jack pengertian dia memberiku oleh-oleh berupa makanan khas Amerika.

UwU bahagia banget.

Sayangnya ....

Aku sempat dibuat terkejut oleh Jack ternyata pulang-pulang Jack membawa seorang wanita yang tak kukenali.

Hatiku sakit?

Ya sakitlah, tapi itu pilihannya aku tak menganggu gugatnya karena cinta tak bisa di paksakan.

Seiring waktu setelah kejadian oleh-oleh itu Jack sudah tidak pernah berkomunikasi denganku, bahkan aku sering menangkap basah mereka berbicara sambil colek-colek.

Kapan aku bisa colek-colekkan sama pacarku?

Pacar aja kagak punya.

Aku akui kulitku tak seputih Michelle dan pacarnya Jack.
Tidak semulus mereka berdua.

Gue mah sadar diri, mereka itu bagaikan emas sedangkan aku bagaikan buntelan kentut.

Apalagi kriteria cowok yang kusebutkan tadi pasti gak bakalan ada yang mau denganku bisa dibilang itu halu doang.
Apakah aku harus ikut trending zaman sekarang kalau semua orang menggunakan perawatan wajah alias skincare?

Oke sudah kuputuskan aku harus menjalankan perawatan.

***

Akhirnya bisa beli skincare walau harus sembunyi, kan bisa berabe kalau mereka bisa tahu.

Aku mengendap-ngendap masuk dalam kamarku.

"Nhur mengapa kamu mengendap-ngendap."

Njir ....

"Ehh, gak apa-apa." Jack menatapku penuh selidik.

"Ngapain kamu disini biasanya colek-colek sama pacarnya,"ujarku ketus.

"Maksudmu Tara?"

"Ya jelaslah siapa lagi yang colek-colekkan denganmu."

Jack malah tersenyum menatapku, kenapa nih bahagia banget diakui Tara sebagai pacarnya.

Jack menghampiriku lalu mengangkat tekukku dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.
Aku merasakan kehangatan dibalik keningku.
Ia mencium keningku lama.

Setelah mencium keningku ia mengangkat wajahku untuk menatap paras tampannya.

"Nhur, gak usah cemburu ya," ucap Jack tersenyum.

Ce--cemburu!

"Aku sama Tara gak punya hubungan apa-apa," sambungnya.

"Ta--tapi ka--kalian kelihatannya dekat sekali," tanyaku memastikan.

Jack tertawa renyah saat mendengar ungkapanku.

"Nhur, aku sama Tara itu adalah sahabat bahkan dia sudah menikah dan mempunyai seorang putra yang sangat tampan."

"Ooo ... Kalau gitu."

"Cie cemburu."

"Siapa yang cemburu?"

"Eciecie hahahha!"

"Jack!"

BERSAMBUNG ....












Bossku Mantanku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang