LTT - 3✨

6.4K 752 27
                                    

"Karena gue yang bikin motor lo disita, gimana kalo gue anterin lo pulang?"

Deran berhenti berjalan, ia menatap Lena penuh selidik. Seperti sedang mencoba membaca pikiran Lena, berjaga-jaga siapa tau cewek jail ini sedang merencanakan sesuatu.

Lena mengeluarkan senyuman andalannya, yang biasanya akan langsung berefek fatal pada lelaki yang melihatnya.

"Lo nggak lagi rencanain sesuatu buat jailin gue kan?" tanya Deran, sudah menyerah mencoba menebak-nebak.

"Nggak lah! Gue kan mau anterin lo sebagai permintaan maaf gue hehe"

Deran memicingkan matanya, masih belum percaya pada Lena yang tiba-tiba baik padanya. Padahal selama setahun lebih sekelas, mereka sangat-sangat jarang berinteraksi.

"Ayolah, mending lo ikut gue. Dari pada lo jalan kaki ke halte bus yang jaraknya 15 meter dari gerbang, terus nunggu busnya dateng kurang lebih 15 menit. Kan ribet, mending gue anterin aja" bujuk Lena sambil melangkahkan kakinya.

Deran ikut berjalan. Hatinya menyetujui ucapan Lena, tapi otaknya tidak "Kan masih bisa naik ojol" pikirnya

"Kalo lo mau naik ojol. Lo harus nunggu lebih dari 30 menit karena didaerah sini jarang banget ada ojol. Plus budget yang lo keluarin lebih gede" ucap Lena dengan eye smilenya. "Jadi mending lo dianterin sama gue. Cepet dan gratis. Hehehe"

Deran menatap Lena penuh curiga "Kok dia bisa tau apa yang gue pikirin?" tanyanya dalam hati.

"Jadi gimana? Mau gue anterin nggak?" tanya Lena setelah sampai diparkiran.

"Yaudah deh iya" jawab Deran dengan malas.

"Gitu dong dari tadi" Lena menjentikkan jarinya kemudian berjalan menuju motornya.

✨✨✨

"Loh kok panti asuhan?" tanya Lena setelah Deran menyuruhnya berhenti. "Lo tinggal dipanti asuhan?"

"Kepo lo" ketus Deran yang sudah turun dari motor Lena.

"Heh beneran lo tinggal disini? Kok gue baru tau sih?"

Deran memutar bola matanya kemudian berujar dengan ketus "Udah sana pergi. Makasih udah anterin gue"

Lena mengangguk-angguk kemudian memperhatikan Deran yang langsung disambut oleh anak-anak kecil dipantai asuhan itu.

"Panti Asuhan Dahlia ya? Jangan bilang ini satu yayasan sama SMA Dahlia?" gumam Lena setelah membaca plang didekat gerbang yang tak jauh darinya.

Senyumnya muncul ketika melihat keakraban Deran dan anak-anak disana yang terlihat sangat menggemaskan. Sayang sekali mereka semua tak bisa merasakan kasih sayang orang tua kandung mereka lagi, Lena menghela nafas berat.

"Lena? Lo ngapain disini?"

"Eh? Feri? Lo sendiri?" Lena malah balik bertanya pada salah satu temannya di IPA 1.

"Rumah gue daerah sini. Lo ngapain ngelamun didepan panti asuhan?" jawab Feri sambil mematikan mesin motornya.

"Oh nggak heheh. Lo tumben jam segini udah balik? Biasanya kan nyebat dulu di warung belakang sekolah" goda Lena dengan senyuman miringnya.

"Abis ngambil duit dulu. Lo mau gabung nggak? Bang Kevin sama yang lain juga ada di sana"

"Oh ya? Pasti seru tuh, tapi sayang sekarang bukan jadwal gue nyebat atau nongkrong hahaha"

Lena The TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang