،، 16. KE MANA?

17 2 0
                                    

Sang Surya kembali menampakkan wujudnya dengan cerah pagi ini. Semoga hari ini menjadi hari yang normal untuk mereka berlima.

Frapsy terbangun lebih dulu daripada yang lain. Gadis itu mengusap matanya dan memandang ke arah luar goa, tiba-tiba ia membelalakkan matanya kala melihat Louis dan Jesicca tengah bercumbu mesra di sana.

"Astaga," lirihnya pelan. Meskipun ia juga pernah berciuman dengan mantannya dulu, namun tetap saja gadis itu malu.

Frapsy mengalihkan pandangannya lalu membelakangi mereka perlahan dan mulai membuka suaranya kembali, "Hoaamm."

Sontak, sepasang suami istri itu melepaskan penyatuan bibir mereka dan melihat ke arah Frapsy yang sedang membelakangi mereka.

"Huft." Jesicca menghela nafasnya lega.

"Bangun, Frapsy dan kawan-kawan," tutur Louis.

Frapsy langsung mendudukkan dirinya cepat karena ia memang telah bangun sedari tadi. Gadis itu menggoyangkan tubuh Helene di sebelahnya sembari menyuruhnya bangun.

Terganggu akan goyangan di tubuhnya, Helene mulai mengerjapkan matanya dan duduk perlahan. "Jam berapa sekarang?"

Frapsy mengambil ponselnya di dalam tas dan menjawab, "Handphone-ku mati."

"Jam tujuh, Helene," sahut Jeffrey tiba-tiba.

"Oh, udah bangun ternyata," sela Frapsy dan dibalas anggukan Jeffrey.

Juki terbangun karena mendengar suara yang sedikit bising di sekitarnya. Pria itu langsung mendudukkan dirinya dan langsung mengeluh kesakitan, "Aduh, pinggang gue! Sakit banget gila."

Louis tergelak sejenak. "Tadi malam, saya lihat kamu pindah posisi tidur cuma sekali," ungkapnya.

"Jadi ... sekarang kita kemana?" tanya Helene.

"Kita cari suku itu," jawab Jeffrey.

"Kami tidak bisa," sela Louis seraya merengkuh tubuh istrinya.

Juki mengernyit. "Kenapa?"

"Yang benar aja, kami di sini untuk berbulan madu, bukan untuk mengejar suku itu," balas Louis.

Frapsy mengangguk pelan. "Ya ... bener juga sih apa kata Om Louis," sambung gadis itu.

"Setidaknya bantuin kita lah," ujar Juki.

"Kalimat sialan macam apa itu," sanggah Louis yang mulai emosi.

Juki ternganga dan membalas Louis, "Heh! Masih untung kami bantuin kemaren!"

"Tapi istriku terluka!"

"Salah siapa minta tolong kami." Juki mengepal kuat tangannya dan menggertakkan giginya.

Jeffrey menyentuh pundak Juki. "Sabar." Pria itu kemudian menoleh ke arah Louis dan berkata, "Kalian keluar dari sini gak akan berhasil. Ada yang lagi nungguin kita buat keluar dari sini."

"Sial," umpat Louis.

Melihat perdebatan yang kian memanas, Frapsy pun angkat bicara, "Om Louis mau gak bantuin kita? Kami ada misi buat ketemu sama mereka. Kalau om Louis gak mau, oke. Tapi, om sama tante lagi dihadang sama siren di sana."

Louis menggeram dan langsung menyambar tas kulit miliknya. "Ayo berangkat," ajaknya malas.

Frapsy dan lainnya tersenyum dan langsung mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ini. Tak terkecuali Juki, pria itu masih merasa kesal akan sikap Louis yang tak tau berterima kasih.

Louis bersumpah, ia akan membalas perlakuan suku itu terhadap istri dan dirinya.

***

The IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang