Hari sudah mulai gelap, tetapi mereka tidak menemukan marabahaya selain anak panah yang menancap pohon tadi siang.
Frapsy, Jeffrey, Juki, dan Helene terus saja berjalan dengan kompas sebagai penentu arah. Tak jarang mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk melepas penat.
"Ini kita mencar aja gimana?" tanya Helene.
Jeffrey menoleh ke arah belakang. "Gak, nanti nyasar. Kompas cuma satu," balas pria itu.
"Haduh ... nemu penduduk asli sini aja belum," keluh Frapsy.
"Tolong, tolong!"
Mereka berempat tersentak kaget kala mendengar teriakan minta tolong dari arah barat daya.
Sontak, Juki langsung melihat apa yang terjadi menggunakan rifle. "Gue liat dulu," ujarnya sembari memicingkan matanya di lensa rifle.
Frapsy memutar badannya perlahan untuk melihat sekelilingnya, dengan pistol magnum di genggamannya benar-benar membuatnya terlihat seperti anggota militer yang handal.
"Tolong, tolong!" Lagi-lagi suara itu terdengar dari arah barat daya, mereka berempat berjalan pelan ke sumber suara tersebut.
Dari kejauhan, Juki melihat pergelangan tangan yang diikat mati di suatu pohon pinus yang lumayan besar. "Semuanya, siap-siap. Gue liat ada orang di sana," titahnya tajam.
Mereka semakin waspada akan setiap langkah yang mereka lewati, Frapsy dan lainnya hampir sampai di sumber dan segera bersembunyi di pohon-pohon pinus besar yang ada di dekat mereka.
Frapsy melihat ke arah Jeffrey menunggu aba-aba darinya, begitu juga Juki dan Helene.
Tak lama kemudian, Jeffrey menganggukkan kepalanya. Mereka berempat langsung berlari kecil dan menodongkan senjata tajam mereka masing-masing.
"Jangan bergerak!" titah Frapsy kepada kedua sejoli yang ada di hadapannya.
Seorang pria memandang mereka dengan melas. "Tolong kami ...," lirihnya pelan.
"Kami mohon," sambung seorang wanita.
"Siapa kalian?" tanya Juki.
"Ini bulan madu kami, waktu itu kami iseng jalan-jalan ke sekitar area patung Gili Meno. Tiba-tiba kami diikat seperti ini selama berhari-hari," jelas wanita itu.
"Emangnya kalian bisa masuk pulau ini?" tanya Helene.
Pria itu mengernyit. "Lah, kalian 'kan juga bisa masuk pulau ini," sahutnya.
Jeffrey menyela, "Lupain, di mana suku pu—"
Srat! Srat!
Puluhan anak panah tiba-tiba menyerang mereka berenam, Frapsy langsung menembaki orang-orang yang telah memanah mereka. Sial, ternyata suku itu.
Juki juga ikut menembaki mereka dari jauh karena ia mengenakan rifle, dan Jeffrey membantu Helene membidik mereka karena gadis itu hanya menggunakan handgun sebagai senjata.
Frapsy melirik pasangan suami istri tersebut kemudian memandang Jeffrey. "Jeff! Kasihin pisau ke mereka!" teriak Frapsy.
Jeffrey langsung melemparkan pisau yang dimaksud ke arah suami istri tersebut dan langsung digunakan cepat oleh sang pria.
Pria itu membantu istrinya berdiri kemudian menusuk beberapa orang yang berusaha melukai istri dan dirinya.
Namun sayang, gerakannya kurang gesit sehingga istri tercintanya terkena anak panah di bagian bahunya. "Jesicca!" teriak pria itu histeris.
Frapsy berlari ke arah mereka. "Jeffrey, lindungin aku!" jerit gadis itu yang berusaha membantu pria itu dan Jesicca.
Jeffrey yang merasa terpanggil langsung membelalakkan matanya melihat Jesicca berdarah di bagian bahu kanannya. "Lene, lo kudu pinter main pistol. Gue ngurus mereka bertiga dulu," ucap Jeffrey kepada Helene.
Frapsy menggiring pasutri itu ke tempat yang menurutnya aman, dan Jeffrey dari jauh menembaki orang-orang yang berusaha menyerang Frapsy dari segala sisi.
"Mereka makin banyak! Kita ga bisa lawan!" teriak Juki yang terus saja menembaki orang-orang yang berpakaian adat tersebut.
Jeffrey melihat-lihat sekelilingnya dan menyadari perkataan Juki ada benarnya. "Cabut!"
Juki dan Helene yang mendengar perintah Jeffrey langsung berlari mengikuti Frapsy dan sepasang suami istri yang belum terlalu jauh berlari.
Tak lupa pula mereka mengisi kembali peluru senjata mereka masing-masing dan menembaki orang-orang yang mengejar mereka.
Frapsy dan yang lain berlari semakin cepat sehingga para orang suku semakin jauh terlihat.
Mungkin ini sebuah keberuntungan, Helene melihat goa di arah timur laut. "Guys, ada goa!" paparnya.
"Ke arah timur laut!" titah Jeffrey dan langsung dilaksanakan oleh para anggota Advanture Team beserta pasangan suami istri tersebut.
Mereka berlari tergesa-gesa menuju goa tanpa menembaki para manusia aneh tersebut agar mereka tidak ketahuan jika tengah berlari ke arah timur laut.
Sesampainya disana mereka menghela nafas berat dan mendudukkan diri mereka masing-masing di tanah yang lembab.
"Capek banget," keluh Frapsy dengan nafas yang memburu.
"Sama, mana kita sambil bawa backpack," sambung Juki yang meletakkan rifle-nya.
"Heh! Apalagi aku, bawa backpack, megang handgun tangan kanan, tas isi snack tangan kiri," balas Helene yang masih terengah-engah.
Jeffrey melirik suami istri yang tengah berpelukan di dekat dinding goa. "Nama kalian siapa?"
Pria yang sedang mengusap surai Jesicca itu pun menoleh. "Louis. Dan ini istriku, Jesicca," jawabnya seraya mencium kening istrinya mesra.
"Uwu banget ...," puji Helene dramatis.
Frapsy mengangguk kemudian merogoh tasnya untuk mencari kotak P3K. Setelah menemukannya, gadis itu langsung membuka kotak tersebut dan mengambil beberapa obat untuk mengobati luka Jesicca.
"Tahan, ya. Sakitnya cuma sebentar," celetuk Frapsy yang mulai membersihkan luka Jesicca.
Jesicca mengangguk lemas dan menahan perihnya luka panah yang mengenainya.
Frapsy mengambil syal di dalam tasnya dan melapisi luka Jesicca dengan benda halus dan menghangatkan itu. "Nah, sudah," ujar gadis itu sembari memasukkan kembali obatnya ke dalam kotak P3K.
"Mendingan kita nginep aja dulu di sini, mau gak mau, harus tidur di atas tanah basah," saran Jeffrey.
"Gue setuju," sahut Juki dan dibalas anggukan oleh semuanya.
Frapsy dan ketiga temannya mulai merebahkan diri dan memejamkan mata, sementara Louis melepas jaket kulit miliknya dan memakaikan Jesicca jaket kesayangannya itu. "Sleep well, babe."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Island
AventuraAtmanya menelaah dimensi yang terguncang, di pulau abnormalitaslah ia dan kawan berpetualang. Satu yang ditanyakan, akankah mereka kembali dengan riang? Warning! NSFW 17+