Saat ini, Frapsy, Jeffrey, Juki, beserta Helene tengah bercengkrama bersama penduduk-penduduk asli pulau ini. Mereka duduk berbentuk lingkaran dan tertawa bersama.
Ya, Bima telah mengenalkan mereka berempat kepada rakyatnya. Dan mereka sangat antusias menyambut Frapsy beserta kawan-kawan yang telah membantu mereka terlepas dari kuasa Gema.
Untungnya ada Bima yang membantu mereka menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Loqa begitupun sebaliknya.
"Kali ini traveling kita seru banget!" celetuk Frapsy kegirangan.
Helene mengangguk cepat. "Bener!"
Bima menghampiri mereka dan memberikan kain yang terdapat banyak motif-motif yang unik. "Terimakasih sudah membantu kami, ini adalah imbalan untuk kalian. Maaf, hanya ini yang bisa kami berikan," ujar Bima sembari menyodorkan empat kain tersebut.
Mata Frapsy berbinar melihat keestetikan selembar kain. "Astaga ... bagus banget!"
"Fix ga bakal gue jadiin sarung buah tidur lagi," sela Juki. Pria itu memang gemar sekali membuat sarung dari kain-kain khas daerah mana pun yang ia punya. Entah kain tersebut cocok atau tidak, yang penting ia senang. Dan kali ini ... ia tak akan membuatnya menjadi sarung karena terlalu berharga.
Jeffrey mengucapkan terimakasih dengan tulus bersama Helene. Kedua insan tersebut memamerkan kain mereka masing-masing, hanya berbeda warna saja keduanya sudah berdebat.
Bima tersenyum senang. "Malam ini, kalian tidur di sini."
"Wah, makasih banyak-banyak, pak!" jawab Frapsy.
Mereka berempat pun kembali melanjutkan kegiatan bersenang-senang yang sempat tertunda. Frapsy juga diberi setangkai bunga oleh seorang anak pria yang tampak malu-malu saat mendekatinya.
"Terimakasih," ujar Frapsy.
Anak tersebut memang tak mengerti, tapi ia paham jika Frapsy menghargai pemberiannya. Si anak tertawa dan berlari menuju ibunya.
"Gemasnya ..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Island
AventuraAtmanya menelaah dimensi yang terguncang, di pulau abnormalitaslah ia dan kawan berpetualang. Satu yang ditanyakan, akankah mereka kembali dengan riang? Warning! NSFW 17+