،، 24. TENTANG PASUTRI

22 1 0
                                    

"Jangan main-main!" Bima menunjuk Louis menggunakan jari telunjuknya.

Louis terkekeh kemudian mendekati Bima dengan wajah yang terlihat meremehkan pria paruh baya itu.

Louis tersenyum. "Ini," ucapnya sembari menaruh satu botol berisi virus beserta satu botol penawar kepada Bima.

Frapsy dan lainnya terkejut bukan main kala mereka melihat perlakuan Louis yang berubah drastis.

"O-om?" gagap Frapsy.

Louis tersenyum tipis. "Maaf saya telah membunuh penyihir itu, karena setahu saya seorang penyihir akan benar-benar kehilangan segalanya jika ia mati," terang pria itu.

"Bagaimana kamu bisa tau?" tanya Bima tak percaya.

Louis dan Jesicca berpegangan tangan kemudian mulutnya mulai membaca mantra.

"Mereka, ngapain?" tanya Helene.

Tiba-tiba, sepasang suami istri itu telah memakai jubah berwarna kuning langsat. Satu yang dipikirkan oleh Frapsy dan lainnya, apakah mereka berdua seorang penyihir?

Jesicca melepas genggaman tangannya pada Louis dan tersenyum. "Kami berdua adalah penyihir yang diutus untuk membebaskan suku Loqa dari kuasa Gema. Tapi saat menjalankan misi ...  kami ditangkap dan untungnya kalian menyelamatkanku beserta suamiku," jelas Jesicca seraya menatap Frapsy, Jeffrey, Juki, dan Helene.

"Kami tak punya pilihan lain selain membunuh Gema dengan tombak yang telah kami beri mantra. Penyihir licik itu memang pembangkang dan sering kali berulah, mau tak mau ia harus dihukum mati, itu sudah menjadi peraturan yang mutlak jika seorang manusia biasa ingin menjadi penyihir," terang Louis dengan pandangan menghadap tubuh Gema.

Bima terdiam dan tak dapat melontarkan satu kalimat pun. Frapsy menyentuh pundak pria itu dan mengusap-usapnya bermaksud menenangkan Bima yang terus saja menatap kakaknya.

"Jadi, tentang bulan madu itu ... bohong?" tebak Jeffrey

Jesicca mengangguk. "Ya, kami hanya menjalankan misi. Saat kalian menyembunyikan kamu di goa, sebenarnya kami mengikuti kalian."

"Astaga," sahut Frapsy.

"Semua sudah terjadi, mau gak mau kita harus menerima. Sekarang ... misi kita selesai, kita harus pulang."

Juki menatap Louis beserta istrinya. "Kalian mau ikut ke kota?"

Jesicca menggeleng. "Tidak, kami harus pulang ke rumah," sahutnya sambil tersenyum.

"Terimakasih tawarannya," ujar Louis yang sedang mempersiapkan pergi dari pulau ini bersama istrinya. Pria itu menatap Frapsy dan tiga temannya dan berkata, "Alangkah baiknya jika kalian melepas gelang itu."

"Kena—"

Wush!

Terlambat, Louis beserta Jesicca telah menghilang dari pandangan mereka dan menyisakan beberapa bunga yang sangat harum.

"Emang kenapa sama gelangnya?" tanya Helene.

Frapsy mengangkat bahunya tak mengerti. "Udah, kita siap-siap pulang aja," tutur gadis itu.

"Bapak mau ikut ke kota?" tanya Juki.

Bima menggeleng. "Tidak, saya punya tanggung jawab di sini. Saya harus membangun ulang semuanya," jawabnya.

"Sekarang, kita kubur dulu jasadnya," saran Jeffrey dan dibalas anggukan oleh semuanya.

Mereka berlima beranjak dan mulai mengurus pemakaman Gema. Mereka berharap, segala dosa Gema bisa diampuni oleh Tuhan.

***

The IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang