Mereka berempat telah berada di atas kapal yang mengapung tanpa adanya nahkoda. Frapsy menenangkan Helene yang terus saja menangis karena ketakutan. Sedangkan Jeffrey sedari tadi hanya mondar-mandir memikirkan kemana hilangnya mereka.
Juki tengah menggunakan teropong yang ia bawa di tasnya untuk memantau keadaan sekitar jika saja ada tanda-tanda munculnya mereka bertiga.
"S-sekarang gimana ... hiks," isak Helene di bahu Frapsy.
"Ssst, kita tunggu beberapa jam lagi. Kalau gak ketemu, kita cari pertolongan ke pantai tadi," ujar Frapsy menenangkan.
Plak plak plak!
Suara pukulan terhadap air terdengar dari kejauhan, Juki semakin memicingkan matanya melihat apa yang terjadi di sana.
Terlihat seperti ikan besar dengan ekor yang memukul-mukul permukaan laut dengan kencang di sana. Namun sayang, tak hanya satu, melainkan lima ekor.
"Ada yang datang, kenceng banget! Pegangan semuanya!" teriak Juki serius dengan tatapan yang masih menghadap ke laut.
Jeffrey dan Helene langsung memegang tiang kapal yang ada di samping mereka masing-masing, namun Frapsy bergegas mengambil handgun yang ia bawa di dalam tas miliknya kemudian berpegangan.
"Makin deket anjir!" tutur Juki gelisah.
Byur!
Seorang makhluk berwajah gadis cantik melompat ke permukaan air bersamaan dengan 4 pengawal pria di belakangnya bersama dengan Dirga dan Agus yang tak sadarkan diri.
"S-siren!" teriak Helene reflek.
"Minggir semuanya!" titah Juki. Kemudian pria itu berlari melindungi Frapsy dan Helene dilindungi oleh Jeffrey.
Kelima manusia berekor itu menaiki kapal bersama dengan Dirga dan Agus yang diborgol menggunakan terumbu karang yang terlihat sangat tajam.
Kelima siren itu menatap Frapsy dan lainnya dengan wajah yang memelas.
"Tolong ..." lirih salah satu diantara mereka, sepertinya gadis berekor itu adalah pemimpin di kaumnya.
Frapsy menodongkan pistolnya ke arah gadis itu. "Lepaskan teman kami," ujarnya dengan penuh penekanan.
Siren gadis itu menangis tersedu-sedu kemudian menggelengkan kepalanya. "Tolong, tolong kami ..."
"JUST SAY IT!" bentak Jeffrey emosi.
"Mereka! Mereka telah membuat kaumku tak terkendali! Tolong kami," ujar siren itu.
Juki menatap sinis ke arah mereka dan bertanya, "Apa hubungannya dengan kedua teman kami?"
"Akan kami lepaskan kedua teman kalian jika kalian berhasil menolong kami," jawabnya.
"Just shot them!" Jeffrey mengambil pistol di tangan Frapsy dan bersiap menarik pelatuknya.
Dor!
Sayang, tembakan tak tepat sasaran. Frapsy berlari dan mengarahkan pistolnya ke atas sehingga membuat atap kapal berlubang.
"Frapsy!" bentak Jeffrey murka dan menatap wajah gadis itu dengan nafas yang memburu.
"Apa?! Sabar, Jeffrey!" teriak Frapsy tak kalah garang.
Melihat suasana yang semakin memanas, Juki menarik kedua lengan sohibnya perlahan. "Inget, waspada, dan tetap solid."
Helene sedari tadi hanya terdiam sembari terisak melihat keadaan, ini semua terasa seperti mimpi yang aneh, sangat aneh.
Frapsy yang telah meredam emosinya pun menoleh ke arah suren gadis itu. "Siapa namamu?" tanyanya.
"Syrena," jawabnya sambil tersenyum kecut.
Frapsy mengangguk dan berkata, "Apa yang harus kami lakukan?"
"Frapsy! Lo gila?!" tanya Juki yang mulai tersulut emosi.
"We don't have a choice, Juki!" balas Frapsy.
"Kita ga punya persiapan apapun!" sahut Juki lagi.
"Kami yang akan menyiapkan," sela Syrena dengan gelang indah berbentuk terumbu karang di telapak tangannya.
Siren itu menyerahkan 4 gelang sakti tersebut ke arah Frapsy dan berucap, "Ini bisa membantu kalian di sana. Sekarang, ikuti aku." Syrena berenang terlebih dahulu bersama pengawal beserta Dirga dan Agus menuju suatu tempat.
Frapsy dan lainnya pun menyusul Syrena menggunakan kapal yang dikemudikan oleh Jeffrey menuju lokasi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Island
MaceraAtmanya menelaah dimensi yang terguncang, di pulau abnormalitaslah ia dan kawan berpetualang. Satu yang ditanyakan, akankah mereka kembali dengan riang? Warning! NSFW 17+