،، 28. BERTENGKAR

18 1 0
                                    

Frapsy dan ketiga temannya melambaikan tangan menyambut kedatangan Bima. Saat pria paruh baya itu sampai, ia langsung menaiki kapal Frapsy dan kawan-kawan.

"Lagi-lagi kamu, Syrena," tutur Bima.

Syrena menahan dadanya kesakitan dan melihat darah segar ke luar dari dadanya. "Arrghh, Bima!"

"Lepaskan kedua teman mereka!" titah pria paruh baya tersebut.

"Tidak akan! Sebelum kau memberiku sampel virus itu, mereka akan berada di kerajaan selamanya, ahaha—arghhh," tawa Syrena diselingi dengan erangan yang tertahan.

"Sekali lagi, cepat lepaskan dua teman mereka," ulang Bima dengan tekanan di setiap katanya.

"Tidak akan, ahahaha!" Lagi-lagi Syrena tertawa.

Srat!

"Arghhh!"

Kali ini, sebatang tombak mengenai ekor Syrena. Para prajurit langsung menyerang Frapsy dan lainnya. "Tembak dada dan ekornya!" ujar Bima yang membantu Frapsy.

Dor!

Helene menembakkan tiga peluru ke arah dada salah satu prajurit Syrena dan lima peluru di ekornya. "Lemah!" ejek gadis itu.

Jeffrey ternganga mendengar kata yang dilontarkan Helen tadi. Baru kali ini pria itu mendengar si gadis berkata kasar. Namun dengan cepat Jeffrey kembali fokus ke musuhnya.

Frapsy menghampiri Syrena dengan emosi dan menarik rambut siren itu. "Lepaskan dua kawanku!"

Syrena tertawa sinis dan menatap Frapsy tajam. "Haha, tidak akan."

Juki membantu Bima melawan para prajurit Syrena dengan rifle-nya. Beberapa sudah ada yang tidak berdaya, lantas pria tersebut langsung menghampiri Frapsy yang tengah berhadapan dengan Syrena.

Frapsy emosi dan langsung menarik pelatuk dan hampir melepaskannya. Namun perkataan Syrena menghentikan tindakannya, "Aku bersumpah teman kalian tidak akan selamat jika aku mati. Biarkan aku hidup!"

"Makanya cepet lepasin mereka!" teriak Frapsy tepat di wajah Syrena.

Juki menarik Frapsy dan menenangkan gadis itu. Hanya karena cintanya yang hilang, si gadis terlihat kesetanan sang musuh enggan mengembalikannya.

"Denger, gue tau lo suka sama bang Dirga, tapi lo gak bisa gegabah. Sabar, bikin dia kapok ga harus bikin dia mati," terang Juki.

Frapsy meneteskan air matanya. "Bantu aku buat bebasin bang Dirga sama bang Agus, Juk," gumamnya.

Juki mengangguk seraya mengusap rambut Frapsy yang lepek. "Pasti," ujarnya. Pria itu menatap Syrena dengan tatapan yang memohon dan berujar, "Tolong lepasin temen kami. Kami gak tau apa-apa dan lo malah bikin kami terjebak dalam situasi kayak gini, demi temen sama masalah lo, kami rela menantang maut di pulau itu. Dan lo seenaknya minta virus itu?"

Syrena meringis karena lukanya semakin melebar. "Ssshh, sudah lama aku ingin menjadi penguasa lautan agar rakyatku tidak selemah lembut seperti saat ini. Saat ada limbah yang datang dari daratan, mereka selalu saja memaafkan kaum kalian, manusia. Aku ingin menjadikan mereka lebih tegas," jelas siren tersebut.

"Tapi bukan gini caranya," sahut Frapsy.

"Apa kalian pernah merasakan kehilangan seorang ibu hanya karena terkena racun dari sampah milik kalian, hah?!" balas Syrena dengan nada yang meninggi.

"Apa kamu pernah ngerasain kehilangan ibu karena tenggelam di laut, hah?!" sambung Frapsy yang ikut meninggikan suaranya.

***

The IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang