@Chapter 34.

333 61 7
                                    

Cahaya itu pun mulai memudar secara perlahan. Tidak ada yang membayangkan berapa jauh cahaya itu mencapai. Para gadis itu menatap ke arah langit dimana Lee membawa ZOZI dan kemudian cahaya terang yang menyilaukan muncul disertai gelombang tekanan yang memaksa mereka
berdua belas jatuh.

"Apa yang terjadi ?" Wonyoung menyesal telah bertanya. Karena ternyata tenaganya bahkan tidak cukup untuk itu. Wonyoung merasakan kepalanya bergoyang dan ia harus bertahan dengan berpegangan pada lengan Yujin yang ada di sampingnya. Keadaan Yujin pun tidak lebih baik darinya.

Erangan demi erangan terdengar dari setiap gadis itu. Seraya mereka mencoba untuk menstabilkan diri mereka sendiri. Segala sesuatu yang terasa tenang ini begitu aneh jika dibandingkan dengan beberapa waktu sebelumnya dimana kekacauan melanda.

Sakura menoleh ke segala sisi. Melihat bagaimana tempat ini hancur karena pertarungan mereka. Apakah pertarungan ini akhirnya telah berakhir ? tanya Sakura dalam pikirannya sendiri.

Chaeyeon mulai untuk berdiri. Dia melihat pada sekitar seperti Sakura dimana teman-temannya masih berusaha meraih kesadaran dan kestabilan diri mereka sendiri.

Satu persatu para gadis itu pun berdiri perlahan. Dengan wajah pucat dan luka di beberapa bagian tubuh mereka yang disebabkan pertempuran itu.

Sakura mengernyit untuk berpikir. Apa yang baru saja terjadi ? apakah ia bisa mempercayai apa yang dilihatnya barusan ?

Sakura mendongak dan menemui tatapan dari teman-temannya yang saling terlempar. Dari wajah mereka, Sakura tahu jika bukan hanya dirinyalah yang memikirkan hal itu.

"Tuan Lee..." Chaeyeon tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Tatapannya bertemu dengan Sakura dan mereka pun mendekat pada satu sama lain.

Nama Lee terdengar dari bisik-bisik di berbagai sisi. Para gadis itu perlahan menyadari. Meski tidak semuanya bisa menerima.

"Apakah Tuan Lee baru saja mengorbankan dirinya ?" tanya Wonyoung. Yujin yang lengannya masih disandari pun mengusap kepala Wonyoung. Ia tidak berkata-kata, hanya berusaha memberikan tatapannya untuk menenangkan gadis yang lebih muda setahun darinya itu.

Cahaya yang berasal dari langit kini telah memudar. Awan kelabu yang tadi menyelimuti pun menghilang. Akhirnya sinar matahari bisa memasuki wilayah ini. Meski begitu, awan mendung yang baru tercipta di hati dua belas gadis itu.

Eunbi lah yang pertama kali bersuara untuk memecah keheningan yang menyesakkan itu. Ia melangkah dengan lambaian tangan yang mengisyaratkan paara gadis untuk saling mendekat.

Mereka membentuk lingkaran, saling berpelukan dan berpegangan tangan. Mereka semua tahu apa yang terjadi. Mereka semua tahu Lee telah berkorban.

"Aku juga tidak mengira kalau inilah rencana yang akan dilakukan Tuan Lee." Eunbi menjaga nada suaranya tetap stabil. Meski begitu rasa sedih di hatinya membuatnya memerlukan usaha lebih.

Eunbi mengusap kasar air matanya. Dia tidak boleh terlihat sedih atau air mata mereka semua akan pecah. Setidaknya untuk saat ini.

"Tetapi dia berhasil mengalahkan musuh kita. Pengorbanannya tidak akan sia-sia." Kata Eunbi. Mencoba tersenyum bersama mata yang mulai berkaca-kaca lagi.

Tidak ada yang menjawab. Beberapa diantara mereka mendongak ke arah langit yang sudah bersih, beberapa hanya menunduk pada tanah kehitaman yang retak di sana sini.

Mentor mereka, orang yang sudah menjemput mereka satu persatu di awal perjalanan panjang mereka berdua belas telah tiada. Lee menjadi sosok yang mengawali dan mengakhiri semua ini. Dalam hati mereka merasa hampa. Apakah Lee benar-benar telah meninggalkan mereka ?

"Apa yang harus kita sekarang ?" tanya Hitomi.

Mereka semua menoleh kepada Eunbi setelah mendengar pertanyaan Hitomi. Mereka sudah mengalahkan musuh mereka dan dunia telah selamat. Tapi dalam perjalalanan itu Lee ikut menghilang.

Eunbi lagi-lagi mengusap matanya dengan kasar. Dia tidak mengijinkan air mata keluar di depan semua teman-temannya. Setelah itu ia berkata dengan suara yang ia buat setegar mungkin.

"Musuh kita sudah kalah." Eunbi mengedarkan matanya satu persatu pada mereka. "Mari kita pulang."

Valmon, Elmer, dan Gantar keluar dari tempat perlindungan mereka. Dari atas bukit mereka bertiga berdiri. Kedua belas gadis itu menoleh kearah mereka dan merasakan sedikit kelegaan karena mereka masih hidup.

Eunbi berkata kepada mereka untuk mengikutinya berjalan kearah mereka bertiga. Eunbi mengatakan kepada mereka untuk pergi dahulu ke desa. Rasanya tubuh mereka terlalu lemah untuk membuka portal sekarang.

Kedua belas gadis itu saling bergandengan dan menguatkan. Beberapa diantara mereka bahkan kesulitan untuk sekedar berdiri. Dan teman mereka yang ada di sebelahnya menopang dengan sepenuh hati.

Mereka semua berjalan menuju hutan yang lebat dengan wajah yang murung meskipun kemenangan telah mereka dapatkan.

~~~

Waktu pun berlalu, istirahat yang mereka butuhkan telah didapatkan. Tubuh mereka masih merasakan sakit di beberapa bagian tetapi secara keseluruhan mereka semua sudah baik-baik saja.

Matahari sudah muncul menerangi desa di tengah hutan. Embun masih tersisa dan belum mengering. Meski begitu Eunbi sudah bangun. Pucatnya wajah Eunbi tersinari sinar matahari yang hangat ketika ia berdiri di sebelah pohon besar. Dia menatap pada kejauhan, pikirannya mengawang pada kejauhan.

Dari salah satu rumah pohon tempatnya beristirahat Sakura keluar. Eunbi nampaknya belum menyadarinya. Sampai akhirnya Sakura berdiri tidak jauh dari Eunbi.

"Kamu sudah bangun rupanya." kata Sakura.

Eunbi menoleh, dia cuma tersenyum sedikit dengan lesu. Sakura berjalan mendekat dan melihat ke arah Eunbi melihat tadi.

"Kamu juga." balas Eunbi.

Terdengar hembusan napas Sakura.

"Apa semua benar-benar sudah berakhir ?" tanya Sakura.

"Aku harap begitu."

"Lalu sekarang bagaimana ?"

"Kita akan kembali ke kastil dan memberikan penghormatan yang layak kepada Tuan Lee."

Sakura mengagguk setuju. "Setelah itu ?"

Eunbi terdiam. Jawaban itu masih belum ada di pikirannya.

"Apakah kita harus berpisah ?" pertanyaan Sakura terlontar begitu saja dari mulutnya. Eunbi menoleh pada Sakura, namun tidak lama kemudian ia menoleh lagi ke depan. Kenyataan itu mungkin saja tidak terhindarkan karena musuh besar mereka telah dikalahkan. Apalagi alasan untuk mereka terus berkumpul ?

"Bagaimana menurutmu ?" Eunbi balik bertanya.

"Aku tidak mau kita berpisah." jawab Sakura. Eunbi terdiam mendengarnya. Dalam hatinya pun tidak menginginkan perpisahan diantara mereka. Eunbi merasakan hubungan yang benar-benar dekat dengan sebelas gadis yang telah bersama dengannya selama ini.

"Sama," lalu kemudian Eunbi menyadari jika tidak ada alasan untuk mereka berpisah. "Lagipula kenapa kita harus berpisah ?"

Sakura menoleh ke arah Eunbi. Eunbi pun mengalihkan pandangan dari depan kepadanya. Mereka berdua saling bertukar pandangan dan tersenyum.

Tak lama kemudian teman-teman mereka keluar dari rumah pohon yang mereka gunakan untuk beristirahat. Begitu menyadari keberadaan Sakura dan Eunbi yang berdiri berdampingan, mereka semua datang menghampiri.

"Apa yang kalian bicarakan berdua ? kalian tidak mengajak kami ?" Nako datang dengan raut wajah cemberut yang dibuat-buat.

Eunbi tersenyum melihat ke arah gadis-gadis di hadapannya. Benar sekali, tidak ada alasan untuk mereka semua berpisah.

~~~

The End

a/n : Tunggu, masih ada Epiloge.. ^^

12 Anomali Season 2 : "Secret Story of the Swan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang