@Chapter 15.

399 73 9
                                    

Mereka tiba di tempat dimana Eunbi sebelumnya tiba. Di padang rumput luas itu angin masih berhembus sesejuk sebelumnya. Yujin, Nako, Wonyoung, Hitomi mengikuti kemana Eunbi melangkah sembari terus memikirkan nasib teman-teman mereka yang lainnya.

"Kemana kita harus pergi sebenarnya ?" tanya Yujin.

"Pertama kita harus masuk dulu kedalam hutan." jawab Eunbi. Ia berpikir jika mereka akan bertemu lagi dengan para penduduk asli seperti dulu jika masuk kehutan. Dia berharap begitu.

"Ada apa di dalam sana ?" Tanya Hitomi.

"Dulu, aku bertemu dengan para penduduk asli semesta ini. Harusnya mereka juga ada di sana sekarang."

"Bagaimana jika tidak ?" Sahut Nako.

"Kalau begitu kita harus mencari mereka sendiri."

Kelima gadis itu akhirnya memasuki wilayah hutan yang lebat ini. Sinar bulan mulai terbatasi oleh pepohonan menjadikan kegelapan makin pekat. Mereka melanjutkan langkah dengan penuh harap.

Mereka merasakan hal yang sama ketika berjalan makin jauh ke dalam. Ada yang memperhatikan mereka dari balik bayangan pepohonan. Entah mereka ada di atas pohon, tertutupi dedaunan atau di atas permukaan tanah lembab dibalik semak yang lebat. Tapi mereka berlima tahu ada yang mengawasi dan mereka tetap menyimpannya dalam tatapan mata masing-masing.

Valmon lagi-lagi harus melihat perempuan waktu itu di hadapannya. Dia bersembunyi bersama Elmer dan Gantar di atas dahan pohon besar. Mereka bertiga kemudian saling bertukar ekpresi wajah yang sama. Ketakutan dan kebingungan. Karena kali ini perempuan itu tidak sendiri.

"Apa yang harus kita lakukan ?" tanya Elmer.

"Aku akan kembali dan menghubungi kepala suku." sahut Gantar.

"Jangan !" Valmon menghentikan Gantar yang sudah hendak beranjak. "Aku tidak yakin bahkan jika seluruh desa bergerak kita akan bisa mengalahkan mereka."

"Lalu bagaimana ?" tanya Gantar.

"Kita temui mereka secara baik-baik."

"Aku tidak yakin tentang hal itu." Elmer menggeleng-geleng gusar.

Setelah menghela napas berat, Valmon berkata. "Aku akan kesana. Kalian pergi ke desa."

"Tidak bisa. Kami akan ikut bersamamu." ucap Elmer. Gantar mengangguk setuju. Valmon melihat mereka secara bergantian dan tahu keputusan itu tidak akan bisa diubah. Dia lebih tahu dari siapapun jika mereka bertiga lebih baik mati bersama daripada saling meninggalkan.

"Baiklah kalau begitu."

Mereka bertiga pun bergerak secara perlahan. Lalu turun dari atas pepohonan dan mendarat di hadapan kelima gadis tersebut. Valmon segera mengangkat tangannya dan dua saudaranya pun mengikuti.

"Kamu datang lagi. Ada apa kali ini ?" tanya Valmon.

"Kami perlu berbicara dengan pemimpinmu." jawab Eunbi.

"Apa yang perlu dibicarakan ?"

"Sesuatu yang penting. Segera bawa kami kesana."

"Kami tidak bisa membawa sembarangan orang ke desa kami dan bertemu pemimpin kami."

"Hei, kami tidak punya waktu." Yujin menyahut dengan ekspresi wajah yang keeras.

"Dengar, aku tidak mau melakukan pemaksaan begini tapi nasib teman-teman kami dipertaruhkan." sahut Nako.

"Apa hubungannya teman-teman kalian dengan pemimpin kami?" tanya Valmon.

"Kami hanya perlu mengetahui beberapa hal. Dan pemimpin kalian adalah orang yang kami kira bisa membantu." kata Eunbi.

"Kalian benar-benar tidak bermaksud buruk, kan ?" Valmon bertanya lagi. Keraguan masih menyelimutinya.

"Jika kami memang berniat buruk kami tidak akan repot-repot meminta tolong ke kalian." ucap Eunbi.

Ketiga lelaki itu pun saling bertukar pandangan. Mereka tentu saja tidak akan langsung mempercayai ucapan Eunbi. Tapi mereka bertiga tahu jika lima gadis di hadapan mereka sedang tidak ingin main-main. Tanpa berdiskusi atau saling melempar pendapat dahulu, mereka tahu jika keputusan paling bijak adalah membiarkan mereka datang ke desa dan bertemu Kepala Suku.

"Baiklah." ucap Valmon akhirnya. "Ikuti kami."

~~~

Tubuh Chaewon terlempar jauh dan jatuh di atas lumpur rawa. Rasa sakit pada punggungnya terasa menyengat setelah menerima tandukan dari monster ungun tersebut.

Sementara Yuri sendiri masih sibuk menghindari semburan cairan berwarna ungu yang keluar dari mulut makhluk itu. Cairan itu mendesis ketika jatuh di atas lumpur atau batu. Yuri memikirkan kemungkinan jika itu adalah asam. atau racun. Yang jelas dia tidak boleh terkena.

Yuri merentangkan tangan kanannya kemudian sambaran petir muncul dari situ dan menghantam kepala si monster. Suara auman terdengar dan monster itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Tetapi selain itu tidak ada kerusakan berarti yang ditimbulkan oleh Yuri.

Chaewon pun segera bangkit. Setelah melihat efek dari serangan Yuri ia pun segera mempersiapkan kendali elemen petirnya. Chaewon merentangkan kedua tangannya. Kumpulan petir berputar, memadat menjadi bola biru di tangannya.

"YURI !" Chaewon berteriak. Yuri segera menoleh dan menyadari apa yang akan dilakukan Chaewon. Dia pun menghentakkan kakinya dan melesat ke atas. Monster tersebut mulai mengepakkan sayap untuk mengejarnya.

Namun sebelum ia sempat lepas landas, bola biru yang terbentuk dari konsentrasi petir sudah melesat cepat kearahnya dan menghantamnya.

"KKKHHHUUAAAKKHH !!!"

Kilatan cahaya bercampur dengan suara menggelegar menyebar ke seluruh rawa. Monster itu berteriak kencang ketika hantaman tersebut mengenai dan menghanguskan tubuhnya. Dia jatuh berdebum, menggelepar-gelepar di atas lumpur.

Yuri yang masih melayang menggenggamkan tangannya. Lagi-lagi ia mengumpulkan elemen petir pada tangannya yang sudah tergenggam membentuk pukulan. Kemudian Yuri menukik turun dengan cepat menuju kepala monster itu.

'JDAAARRR !!!'

Suara gelegar terdengar lagi diiringi dengan kilat yang menyebar dan membutakan sesaat. Begitu sinar itu telah hilang Yuri berjalan menuju Chaewon.

"Sudah selesai." ucap Yuri.

Chaewon melihat ke belakang Yuri. Monster ganjil warna ungu itu kini telah kehilangan kepalanya yang hancur di hantam Yuri.

"Yah, kupikir juga begitu." jawab Chaewon.

"Sekarang bagaimana ?" tanya Yuri.

"Kita harus pergi dari sini secepat mungkin. Kita tidak tahu apakah monster itu satu-satunya yang akan mengincar kita."

Yuri menganggukkan kepalanya. "Kamu benar."

Mereka berdua mulai melayang ke atas. Setidaknya mereka harus pergi dulu dari tempat ini. Dari udara seluruh tempat ini akan terlihat lebih jelas. Dan harapan untuk menemukan teman mereka yang lainnya pun makin besar.

~~~

Begitu keluar dari portal mereka melihat keadaan yang sudah mereka perkirakan. Yena sedang menatap kosong kedepan. Kedua kakinya berayun ke bawah karena saat ini ia sedang duduk diatas puncak gedung tinggi.

Begitu ia menyadari Sakura dan Hyewon datang, Yena tak bisa menahannya lagi. Air matanya mulai turun.

~~~

To Be Continued...

12 Anomali Season 2 : "Secret Story of the Swan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang