@Chapter 3.

521 88 9
                                    

Seperti biasa Chaeyeon sedang melakukan latihan menari rutinnya sehabis pulang sekolah. Lagi-lagi peluhnya membanjiri tubuh. Tatanan rambutnya sedikit berantakan, Chaeyeon menyesal tidak membawa topinya hari ini.

Suara pada speaker menjadi makin cepat, mendorong Chaeyeon untuk melakukan gerakannya lebih cepat pula. Dia sendirian, dan memang selalu sendirian karena yang lain tidak ingin menghabiskan waktu terlalu lama. Mereka sudah pulang duluan.

Dikala seperti ini pikirannya bisa berkelana kemana-mana. Biasanya disaat melakukan gerakan tari seperti ini seseorang pasti butuh konsentrasi tinggi tapi Chaeyeon bisa mengandalkan tubuhnya sepenuhnya sehingga ia bisa membiarkan pikirannya berkelana jauh.

Waktu semenjak hari pertarungan besar itu tidak akan bisa ia lupakan dengan mudah. Dia pikir dirinya dan sebelas gadis lain yang baru ia temui itu akan mati di dunia yang asing tanpa tahu bagaimana nasib mereka sebenarnya.

Tapi siapa yang tahu ternyata kekuatan yang di miliki dirinya dan teman-teman barunya bisa mengatasi itu semua. Tidak akan ada yang bisa mempercayai ceritanya dan Chaeyeon tahu itu, makanya dia tidak akan repot-repot buat membaginya.

"Huaahhh..." Chaeyeon merebahkan dirinya di lantai tak lama kemudian karena akhirnya merasa tubuhnya sudah cukup menahan beban latihan yang berat. Tentu saja dengan kekuatannya ia bisa membangkitkan lagi staminanya tapi hal itu belum ia butuhkan.

Satu hal lagi yang ia syukuri adalah kebangkitan Lee. Sosok yang menyebut dirinya sebagai Perwakilan itu. Lelaki itu punya masa lalu yang begitu menyedihkan. Dijadikan budak oleh pihak yang menghancurkannya. Lalu dia mati dalam pertempuran besar mereka. Untung saja, ia bisa dihidupkan kembali.

Flashback.

Kedua belas gadis itu dipanggil lagi oleh sebuah suara aneh yang memasuki kepala mereka. Tanpa perlu bertanya lagi mereka pun segera menuruti panggilan itu karena tahu darimana sebenarnya itu berasal.

Satu persatu mereka keluar dari portal dan tiba di kastel. Tidak ada yang berkata atau saling menyapa karena mereka sedang mengharapkan hal yang sama.

Jasad Lee melayang di hadapan sebuah sosok cahaya. Matanya terpejam begitu tenang.

"Jika kalian memberikan kekuatan dari Artefak itu, Lee bisa dibangkitkan kembali. Hanya jika kalian bersedia memberikannya." ucap sosok bercahaya tersebut.

Tanpa perlu pikir panjang lagi, keempat gadis yang memegang kekuatan artefak tersebut maju melangkah. Dengan tegas mengatakan jika mereka bersedia.

Proses itu berlangsung begitu mendebarkan. Tidak ada yang mengalihkan mata dari tubuh Lee yang perlahan mulai dimasuki kekuatan artefak itu. Ternyata tidak butuh waktu lama, si Perwakilan dari Celestial itu pun membuka kembali matanya.

Flashback End.

Chaeyeon tersenyum ketika mengingatnya. Mereka tidak perlu merasakan pahitnya kesedihan dari kehilangan seseorang yang sudah menemani dan membimbing mereka sejak awal.

Segera ia bangkit dan mematikan musik yang mengiringinya dari tadi di speaker. Lalu mengambil tasnya dan keluar dari ruang latihannya. Begitu Chaeyeon mengunci pintunya dia terkejut ketika mendapati Lee sudah berdiri di sampingnya.

"Apa kamu tidak bisa datang dengan normal ?!" Chaeyeon menggeleng-geleng.

"Maaf." kata Lee. "Aku butuh bantuan kalian."

Chaeyeon menoleh ke semua arah untuk memastikan tidak ada yang melihatnya bicara dengan pria mencurigakan ini. "Memangnya kenapa ? ada masalah lagi ?"

"Belum. Untuk jaga-jaga saja."

"Baiklah, aku akan mandi dulu lalu datang ke sana."

"Baik, aku akan menjemput yang lainnya."

Lee hanya memberikan anggukan kecil kemudian menghilang dalam portalnya.

~~~

Sengatan listrik itu membelenggu seluruh tubuhnya sampai pandangannya mengabur dan pikirannya tidak bisa diandalkan dengan baik. Siapapun yang melemparkan ini kepadanya benar-benar punya kekuatan yang cukup berbahaya.

Meskipun tentu saja, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan para ZOZI yang dulu dia lawan bersama teman-temannya. Eunbi menoleh kearah tiga orang yang dia ikat itu. Ada satu orang lagi yang datang dengan pakaian yang sama. Dia berusaha melepaskan ikatan tali artifisial miliknya.

"Jangan harap bisa melepaskannya." batin Eunbi. Dirinya akan berpura-pura lemah untuk sementara waktu dan berharap mereka akan membawanya ke markas mereka sehingga dia bisa mengetahui siapa mereka sebenarnya.

Itu jika mereka tidak memutuskan untuk membunuhnya di tempat. Jika begitu Eunbi terpaksa harus membela diri.

"Siapa dia ? kenapa dia bisa membuat ikatan sihir seperti ini ?" kata seseorang yang baru datang tersebut. Dari suaranya Eunbi tahu kalau ia wanita.

"Sihir ? jadi di semesta ini sihir adalah hal yang umum ? atau hanya mereka saja yang bisa menggunakannya ?" tanya Eunbi dalam hatinya. Matanya tidak lepas dari mereka.

Wanita itu, ketika dirinya tahu tidak akan bisa melepaskan ikatannya, datang menghampiri Eunbi. Ia mencengkeram kerah jaket Eunbi lalu berbicara tepat di depan wajahnya.

"Buka ikatan mereka atau aku tidak akan segan menghabisimu !" ucapnya tajam. Matanya bukan menunjukkan kekejaman dari seseorang yang terbiasa melakukan apa yang dikatakannya barusan. Itu lebih seperti rasa cemas dan khawatir.

"Sebentar. Tubuhku masih disengat listrik." balas Eunbi.

Wanita itu, yang kelihatannya masih berusia belasan, mengendurkan pegangannya dan membuat Eunbi duduk bersandar pada pohon di dekatnya.

"Siapa kamu sebenarnya ?" wanita itu bertanya. Masih belum mengendurkan tatapan matanya yang tajam kepada Eunbi.

"Aku tidak bermaksud jahat. Teman-temanmu yang di sana itu yang menyerangku duluan. Aku tidak punya pilihan lain selain membela diri." jawab  Eunbi.

"Siapa namamu ?"

"Bukankah sebaiknya kamu memperkenalkan dirimu dulu ?"

"Kamu tidak berada dalam posisi bertanya balik, Nona." wanita itu menunjukkan telapak tangannya yang diliputi listrik. Eunbi yang dulu pasti sudah gemetaran melihat ini tapi dirinya yang sekarang malah berusaha menahan tawa.

"Aku sungguh tidak bermaksud jahat. Kamu harus percaya." ucap Eunbi.

"Pakaian dan auramu begitu berbeda dengan semua yang ada di sini. Bagaimana aku bisa percaya kalau kamu tidak jahat !"

Wanita tersebut terus berteriak di depan wajah Eunbi dan lama kelamaan kesabarannya tidak bisa menahan itu semua. Eunbi menghela napasnya, kemudian menatap lurus kearah wanita tersebut.

"Karena aku masih membiarkan kalian hidup." ucap Eunbi.

Seketika itu juga wanita tersebut tahu jika sihirnya sudah tidak mempengaruhi Eunbi. Dia melepaskan cengkraman pada kerah leher Eunbi dan melangkah mundur. Eunbi sendiri akhirnya berdiri karena dia sudah malas berpura-pura lemah. Berani-beraninya perempuan yang lebih muda darinya itu meneriakinya begitu.

"Begini, ya." Eunbi menyapu rambut panjangnya ke belakang. Dia berkacak pinggang. "Aku sudah bersikap baik pada kalian tapi yang kamu lakukan malah berteriak di mukaku. Aku hanya ingin bertanya, itu saja."

Wanita itu diam. Dia menoleh pada kawan-kawannya yang sedang terikat. Mereka terlihat sama tidak berdayanya di hadapan Eunbi yang sedang kesal.

"B-Bagaimana kamu bisa berdiri lagi setelah terkena seranganku ?" tanya wanita itu.

"Maaf, ya. Tapi aku pernah menghadapi yang lebih buruk lagi daripada itu." balas Eunbi. "Biar kupertegas sekali lagi. Aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya berkunjung kesini dan aku ingin menanyai kalian."

"Tentang apa ?"

"Semuanya."

~~~

To Be Continued...

12 Anomali Season 2 : "Secret Story of the Swan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang