SinB POV
Pagi ini (hari terakhir kami di pulau nami) kami menuju tempat terkenal di pulau nami, yaitu tempat dimana banyak pohon pinus yang menjulang tinggi dengan berjajar rapi.
(anggap aja daun yang di pohonnya gak ada ya, kan lagi musim gugur wkwk)
Tempat ini sangat romantis untuk didatangi oleh pasangan2.
"presdir, mau kami belikan minum, kami mau ke kedai yang disana." Kulihat beberapa pegawai berbicara dengan presdir kami, Kim Sojung.
"tidak perlu, tapi terima kasih tawarannya."
Tak sengaja mata kami bertemu dan dia pun menaikkan sedikit ujung bibirnya, hanya sedikit. Tapi aku tetap bisa menangkapnya.
"SinB-ya, ayo berfoto disini." Dahyun sudah siap2 dengan kamera mahal yang dia pinjam dari oppanya.
"ayo."
"presdir juga mau foto bersama?" kata Dahyun pada seseorang di belakangku yang berjalan ke arah kami, ku balikkan badanku untuk melihatnya.
"boleh." ku kira dia akan menolak, tapi dia menerimanya dengan senyuman.
"aku foto presdir dengan SinB-ya, ayo berdiri bersebelahan.. jangan terlalu kaku.. SinB-ya senyum sedikit donk... nah bagus."
'Kim Dahyun!'
"hasil fotonya bagus banget, liat nih SinB-ya." kami melihat foto2 yang diambil Dahyun.
"ehem, saya ingin duduk disana, ms. Hwang, bisa temani saya? boleh kan ms. Kim Dahyun."
Aku menatap Dahyun untuk meminta pertolongan, yang ditatap malah terlihat berbinar2.
"silahkan presdir! tidak perlu meminta ijin saya, ambil saja dia."
"Dahyun-ah!" aku berbisik sedikit berteriak.
"baiklah kalau begitu, ayo ms. Hwang."
"ba-baik."
Kami berjalan menuju kursi yang ada di atas puncak bukit sedikit(?). Jaraknya cukup jauh dari tempatku tadi.
Kami duduk diam, tidak ada yang berbicara, hingga Jisoo eonni datang membawakan 2 cup kopi dan memberikannya kepada Sojung eonni.
"presdir, kopinya."
"terima kasih, eonni."
Lalu Jisoo eonni pergi dari hadapan kami. Eonni kenapa malah pergi.
"SinB-ya..." akhirnya orang disebelahku berbicara.
"sudah ada jawaban untuk pertanyaanku kemaren?"
"..."
"jangan menghindariku lagi."
"..." aku hanya menunduk.
Kemaren setelah kami berciuman di balkon, kami saling berpelukan di kasur sambil mengobrol ini itu. Sampai akhirnya eonni mengajakku untuk balikan dengannya, tapi aku bilang aku masih memikirkannya.
Seharian kemaren aku terus menghindarinya, karena aku juga tak tau harus bilang apa, jujur aku bingung, perasaanku tidak bisa diungkap dengan kata2. Di satu sisi aku masih sangat menyukainya, tapi di sisi lain, perasaan karena takut disakiti lagi datang padaku.
"jika kamu tidak mau kembali denganku... aku akan benar2 berhenti untuk mengejarmu." dengan ini aku menatapnya.
"eonni..."
"jika kamu tidak bisa menerimaku karena Yuna-"
"aku kan sudah bilang eonni, hubunganku dan Yuna eonni sudah berakhir."
"lalu kenapa? kamu bilang kamu masih mencintaiku."
"...aku takut..."
"aku tidak akan meninggalkanmu lagi, SinB-ya." kedua tangannya ditempelkan di kedua pipiku, mencakup pipiku.
"aku berjanji padamu... jadi tolong percayalah padaku... kembalilah padaku... karena aku... masih mencintaimu."
"...eonni...baiklah."
"hah?"
"baiklah eonni."
"baiklah apa?" dasar gak peka.
"ya baiklah."
"O.o"
"dih gak peka, ya udah balikkan, napa jadi bikin kesal sih."
"hahaha, aku bercanda, jagiya." Aku pun memukul bahunya beberapa kali karena kesal, tidak keras sih.
"aw sakit juga."
"dasar lemah." aku kembali menutup pemandangan danau di depanku.
"SinB-ya, nanti kita kembali ke Seoul, kita menikah ya."
"hah?"
"aku akan bilang anak2 buat nyiapin diri juga jadi bride."
"hah?"
"trus siapin baju pengantin, gedung, undangan, banyak yang harus dilakuin."
Bentar... aku speechless, gimana gimana?? Aku nampar pipi eonni, gak keras.
"aw, itu buat apa?"
"eonni lagi bercanda?"
"aku serius, pokoknya setelah kembali ke Seoul kita harus nyiapin pernikahan kita langsung."
"eonni sudah gila? eonni aja belum melamarku."
"hmm bener juga, bentar ya." Sojung eonni yang aneh itu pergi ke tempat lain.
20 menit ku menunggu, ngapain sih Kim Sojung.
Lalu kurasakan mataku ditutup oleh tangan yang panjang dan besar (saya suka yang ambigu😗).
Sedetik kemudian pandanganku menjadi terang lagi dan terpampang sebuah cincin permen dihadapanku.
"apa ini?"
"hehe cincin untuk melamar." katanya kemudian duduk disampingku.
"hah? aku maunya cincin yang asli!"
"di sekitar sini gak ada toko yang menjual perhiasan bagus, jadi aku beli saja cincin permen di kedai, lagian rasanya enak nih." dia membuka penutup cincin permennya dan menjilatnya.
"hmm kan enak."
"ih ini punyaku, napa malah eonni yang nyicipin."
"hehe tadi kamu gak mau."
"ya udah aku mau, dah lama juga gak ngerasain cincin permen." kataku sambil menjilat permennya.
"saat ini, cuma cincin permen ini yang bisa kukasih, nanti kita kembali ke Seoul, aku kasih cincin yang sebenarnya ya, jagiya." dia menangkup wajahku lagi. Wajahnya mendekat dan mengecup bibirku lalu melepaskannya. Lalu dia mengecupnya lagi.
"hihi gwiyowo, permennya kerasa nih di bibir." katanya sambim sedikit menjilat bibirnya. Aku menatap bibirnya yang indah itu. Lalu menyadari dia menatapku dengan kedua matanya yang indah. Lama kami saling menatap tanpa melakukan apapun, sampai Yewon muncul di depan kursi kami dan menyingkirkan wajah kami dari satu sama lain.
"hey lovebird, dah cukup eye sexnya, kita mau balik ke Seoul."
Perjalanan ke Seoul pun kami duduk berdua, saling berpegangan tangan dan mengobrol, terkadang aku tertawa karena lelucon dan gombalannya yang tak masuk akal.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Face is Pretty Like an Apple
FanfictionHwang Eunbi, tipikal anak sekolah yang memiliki senior yang disukai dan orang yang menyukainya. Bagaimana kelanjutannya, silahkan tekan 'read'☺️. FF pertama author mohon ★ dan komentarnya ^^ SEMUA ISI CERITA HANYA FIKSI BELAKA DAN HANYA HIBURAN SEMA...