19. Kalut

137K 13.9K 473
                                    

Double up dong 😆

Happy Reading💃

---

Gevandra duduk di tepi rooftop. Menatap jalan raya dari atas dengan pandangan kosong. Pikirannya hanya tertuju pada Liora.

Untuk kesekian kalinya, air matanya mengalir dipipi. Karena Liora.

Setengah jam berlalu, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kelas. Mungkin Liora sudah berada disana.

Gevandra berjalan menuruni tangga. Sebelum ke kelas, ia pergi ke toilet untuk membersihkan darah di tangannya.

Gevandra menatap pantulan wajahnya dicermin toilet. Ia membasuh wajahnya, lalu menyugar rambutnya kebelakang.

Kondisinya cukup buruk, tak beda jauh dari Liora. Matanya sembab, kantung matanya menghitam.

Ia kembali membasuh tangannya saat darah kembali menetes. Mengalir diwastafel.

Gevandra keluar dari toilet. Dan tempat yang ingin ia tuju sekarang adalah UKS. Untuk membalut luka ditangannya.

Baru saja ia sampai didepan UKS, ponselnya berdering. Ternyata yang menelponnya adalah sekertaris ayahnya. Tanpa berlama-lama, ia langsung mengangkatnya.

"Hallo, ada apa om?" Tanya Gevandra pada orang diseberang telepon.

Gevandra memasang raut wajah terkejut "Dimana?"

Gevandra mengangguk mendengar jawaban dari seberang telepon. Kemudian ia berjalan dengan cepat menuju parkiran. Menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh, dengan perasaan yang berkecamuk didadanya.

Ayahnya kecelakaan dan sekarang masuk rumah sakit. Itulah informasi yang ia dapatkan. Tanpa sempat meminta ijin dari guru, ia langsung bergegas menuju rumah sakit. Tak perduli jika tangannya masih mengeluarkan darah.

Pikirannya bertambah kacau. Ia begitu kalut. Mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Dadanya bertambah sesak. Bagaimana sekarang keadaan ayahnya?

Urusannya dengan Liora saja belum selesai, sekarang bertambah dengan ayahnya. Kenapa semesta sedang tidak berpihak padanya?

Gevandra memakirkan mobilnya diparkiran rumah sakit. Dengan berlari ia menyusuri koridor rumah sakit.

Menaiki lift menuju lantai 4. Ruang rawat ayahnya. Setelah dari lift ia langsung masuk kedalam sebuah ruangan VVIP.

"Papa," Gevandra langsung memeluk ayahnya. Untunglah keadaan ayahnya tidak begitu buruk.

"Kamu kenapa bolos?" Tanya Jack.

"Kenapa bisa pa?" Gevandra berdiri, melepas pelukannya "Apa yang luka?"

"Nggak parah. Cuma kaki sama kepala papa yang luka," Ujar Jack. Memang bagian kepalanya diperban "Cuma luka ringan."

Jack menyingkap selimutnya, memperlihatkan luka di kakinya. Gevandra menghembuskan nafasnya lega. Kaki ayahnya tidak begitu parah. Tapi memang dipenuhi perban juga. Tapi lukanya tidak dalam.

"Papa kenapa bisa kecelakaan?" Tanya Gevandra.

"Tadi itu papa sedikit pusing, pas hampir sampai kantor, mobil papa oleng. Terus nabrak bahu jalan," Ujar Jack.

Gevandra mengangguk "Lain kali kalau pusing jangan berangkat ke kantor pa. Dirumah aja."

"Gevan, tangan kamu," Jack baru saja menyadari tangan Gevandra yang terluka. Untung darahnya sudah mengering.

Gevandra langsung menyembunyikan tangannya kebelakang tubuhnya "Cuma luka kecil pa."

"Cepat diobati. Nanti infeksi," Titah Jack.

Possessive Psychopath (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang