22. Ruangan Liora

140K 15.1K 1.3K
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote dan comennya.

Happy Reading ❤

---

Saat ini Liora dan Gevandra sedang membersihkan apartemen Gevandra. Membersihkan bercak darah Gevandra yang berceceran dilantai.

Ayah Gevandra sudah pulang dari rumah sakit. Tapi pria itu malah berangkat ke London. Gevandra sudah melarang, tapi Jack bilang ia rindu dengan almarhum istrinya. Dan ia akan berkunjung ke makam istri tercintanya.

Gevandra dan Liora ingin menemani, tapi Jack melarang keras. Dengan berbagai alasan. Dan akhirnya Jack pergi ditemani oleh om Irfan, sekertarisnya.

"Aku aja Ra. Kamu duduk aja," Gevandra merebut alat pel yang dipegang oleh Liora.

"Kamu bersihin yang lain aja. Kamu lap meja atau apa gitu. Apartemen kamu itu udah kotor banget. Berapa abad aja sih nggak dibersihin? Heran deh," Liora mencoba merebut kembali alat pel tersebut.

"Nanti kamu capek Ra. Aku nggak mau kamu kecapean. Nanti kamu sakit, aku nggak mau Ra," Ujar Gevandra yang memang tidak bisa bisa diganggu gugat.

Liora menghela nafasnya "Yaudah, aku yang lap mejanya aja."

"Nggak boleh!" Gevandra menahan tangah Liora "Kamu nggak usah ngapa-ngapain."

Liora mencebikkan bibirnya. Ia menghentakkan kakinya kesal, sembari pergi meninggalkan Gevandra.

Cowok itu mengejar Liora. "Hei, jangan marah dong. Aku cuma nggak mau kamu capek. Aku nggak mau kamu sakit Ra."

"Kamu itu lebay banget sih!" Teriak Liora kesal "Aku cuma mau bersih-bersih. Itu nggak akan buat aku sakit. Berlebihan banget tau nggak."

Gevandra menghela nafasnya, "Oke, oke. Kamu boleh mau ngapain aja. Yang penting kamu nggak boleh kecapean, oke." Untuk pertama kalinya Gevandra mengalah. Hanya pada gadis yang dicintainya.

Senyum Liora langsung terbit. "Oke!"

🍁


Sertelah selesai membersihkan apartemen, kini Liora dan Gevandra sedang duduk di sebuah kursi di balkon apartemen. Dengan Liora duduk dipangkuan cowok itu. Melihat pemandangan malam kota Jakarta.

Gevandra memeluk perut Liora. Meletakkan dagunya diatas puncak kepala gadis itu  "Ra, kamu tau kenapa sekarang dilangit nggak ada bintang?"

Liora menoleh pelan "Karena mendung."

"Salah," Gevandra mencubit pelan hidung Liora "Karena bintangnya malu sama kamu. Soalnya ada yang lebih bersinar dari pada mereka. Jadi mereka sembunyi deh."

"Astaga!" Liora menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian kedua remaja itu tertawa. Bahagia ternyata sesederhana itu.

"Kamu mau tau nggak harapan aku itu apa? Tanya Gevandra.

Liora mengangguk "Apa?"

"Aku mau selamanya sama kamu. Selama-lamanya, bahkan sampai maut pun nggak bisa misahin kita," Ujar Gevandra penuh harap "Bantu aku wujudin harapan aku ya Ra."

Liora menyandrakan kepalanya didada bidang Gevandra, ia mendongak, menatap wajah Gevandra dari bawah "Kenapa rasa cinta kamu sama aku bisa sebesar ini?"

Gevandra mencium puncak kepala Liora "Nggak ada alasannya Ra. Rasa ini tumbuh dengan sendirinya tanpa aku rencanain."

"Makasih, Gevan."

Gevandra mempererat pelukannya. "Sayang banget sama kamu, Ra."

"Katanya kamu mau nyeritain semuanya sama aku?" Tanya Liora "Kapan?"

"Yaudah yuk masuk. Kelamaan diluar nggak baik buat kesehatan," Gevandra melepas pelukannya. Kemudian ia dan Liora bangun dari duduknya dan berjalan masuk kedalam kamar.

Gevandra mengambil kunci di laci nakas, lalu ia berjalan menuju pintu sebuah ruangan. Ruangan yang Liora tidak tahu apa isinya.

Gevandra memutar kunci, lalu membuka pintu ruangan itu. "Ayo masuk," Ajaknya pada Liora. "Selamat datang diruangan Liora."

"Apa?"

"Masuk aja."

Liora melangkah, masuk kedalam ruangan tersebut. "Ini ruangan apa sih?"

Ruangan ini tidak terlalu besar. Disini terdapat rak yang bersisi banyak buku, seperti perpustakaan.

Liora beteriak kegirangan. Ia suka membaca. Ia berlari menghampiri rak tersebut. Mencari buku yang mungkin menarik untuk ia baca.

Senyum gadis itu kembali terbit saat ternyata di rak ini terdapat novel yang ia sukai. Novel bestseller yang ingin ia beli, tapi ia belum sempat. Akhirnya, ia tidak usah membeli karena Gevandra sudah menyiapkannya.

Gevandra mendekati Liora, memeluk perut gadis itu dari belakang. "Itu kan novel yang kamu pengen? Nggak salah kan?"

"Iya," Liora membalikkan badannya, kemudian ia memeluk Gevandra "Makasih Gevan. Kamu emang tau segalanya tentang aku. Makasih."

Gevandra tersenyum, mengusap lembut surai panjang gadisnya "Mau baca novelnya nggak?"

"Maulah," Liora refleks melepaskan pelukannya, kemudian gadis itu mengambil sebuah novel.

Gevandra menggenggam tangan Liora dan berjalan menuju sebuah kursi panjang yang ada disudut ruangan. Mereka duduk berdampingan dikursi tersebut.

Disamping kursi itu, ada sebuah rak kecil yang berisi beberapa buku dan juga beberapa hiasan.

Tangan Liora terulur meraih sebuah buku berwarna pink bergambar kartun hello kitty. Gadis itu tertawa "Gevan, ini apa?" Tanyanya disela tawanya.

Gevandra menggaruk belakang kepalanya *Buka aja, Ra."

Liora menghentikan tawanya, lalu menoleh kearah Gevandra "Boleh?"

Gevandra mengangguk "Hello kitty itu kartun kesukaan kamu kan Ra."

Liora membuka buku tersebut. Tapi ternyata itu bukan buku, tapi sebuah album foto. Pada halaman pertama, ia melihat foto saat Gevandra masih kecil. Lucu, Liora suka.

Liora tertawa melihat muka konyol Gevandra. Gevandra kecil begitu menggemaskan. Kemudian gadis itu mengangkat kepalanya, ia terpaku pada dinding didepannya. Kemudian ia mengedarkan pandangannya. Matanya membulat sempurna saat melihat fotonya tertempel diseluruh ruangan ini. Terdapat ribuan foto polaroid.

Foto saat dirinya masih bayi hingga ia remaja. Foto yang diambil secara diam-diam. Foto saat ia berada di luar rumah. Dan paling banyak saat ia berada disekolah.

"Kenapa bisa isinya foto aku semua?" Gumam Liora.

"Darimana kamu dapet foto ini?" Tanya Liora "Kamu mata-matai aku?"

"Maaf," Gevandra menggengam satu tangan Liora  "Waktu aku di London, aku nyewa orang buat jagain kamu sekaligus ngikutin kamu. Aku nggak tenang Ra karena nggak tau gimana keadaan kamu. Dan aku dapat kabar tentang kamu dari orang suruhanku itu. Ngelaporin kegiatan apa aja yang kamu lakuin. Dan bantu aku nyari tau segalanya tentang kamu."

"Waktu itu aku udah pengen pulang ke Indonesia. Tapi aku nggak bisa ninggalin papa. Akhirnya aku pulang sebulan sekali, itupun disini cuma sehari. Aku cuma bisa ngikutin kamu dari sekolah sampai apartemen. Aku belum berani nunjukin muka aku Ra. Aku cuma ngikutin diam-diam. Merhatiin kamu dari jauh. Dan akhirnya aku kembali tinggal di Indonesia. Dan tepat saat kamu lihat aku bunuh orang di hutan, itu pertama kalinya aku berani natap mata kamu," Lanjut Gevandra.

"Aku bingung sumpah. Kenapa kamu sampai segitunya? Apa kita pernah kenal? Kita pernah ketemu? Kenapa kamu sampai mata-matai aku bahkan cari tau semuanya tentang aku?" Mendengar ucapan Gevandra malah membuat kepalanya seakan ingin meledak.

Gadis itu paham sekarang, kenapa ruangan ini disebut ruangan Liora. Karena isinya hanya foto dirinya dan hal-hal yang ia sukai.

Gevandra mengangguk "Buka lagi albumnya Ra."

Liora menurut, ia membuka lembar demi lembar album foto tersebut. Isinya hanya foto masa kecil Gevandra. Kemudian pada halaman terakhir, Liora membulatkan matanya.

Liora menoleh "Kamu, Alex?"

🍁

Possessive Psychopath (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang