Dewa POV

5 2 0
                                    

Setelah mengetahui mengapa Alana bisa ada di rumahnya. Dewa mengantarkan Alana pulang ke rumahnya.Sepanjang perjalanan Dewa banyak bercakap dengan Alana.
    "Semuanya khawatir sama lo.Kalau ada masalah cerita Al."Ucap Dewa kasihan pada Alana.
    "Please wa.Gue nggak mau pulang sekarang.Lo ajak gue kemana aja."Ucap Alana yang masih sedih.
    "Yaudah.Kita ke rumah gue aja ya."Ucap Dewa yang siap memutar mobilnya kembali.
    "Nggak wa. Gue udah ngerepotin Oma lo, lagian Di sana juga ada Devano."Ucap Alana menolak.
    "Lo mau kemana Alana?"Tanya Dewa.
    "Gue juga nggak tahu."Ucap Alana bingung.
    "Na dengerin gue."Ucap Dewa memberhentikan mobilnya. Kemudian memegang wajah Alana dengan kedua tangannya. Alana pun mulai tegang dengan keadaan itu.
    "Lo mau kayak gini terus? Enggak kan? Lo nggak salah Al. Lo berhak dapatin hak lo.Lo mau kan nama lo bersih lagi? Pasti lo pengen Kan bahagia?"ucap Dewa yang masih menatap Alana lekat.Tangan Dewa masih berada di wajah Alana.
    
Alana hanya diam mendengar apa yang diucapkan Dewa. Ia memikirkan yang dikatakan Dewa itu benar. Alana mulai melepaskan tangan Devano dari wajahnya dengan lembut.
    "Iya lho bener. Tapi gue enggak yakin bakalan bisa. Mereka selalu punya cara buat jatuhin gue."ucap Alana pesimis.
    "Al. Lo belum berjuang, dari mana lo tahu bakalan kalah."Ucap Dewa membangkitkan semangat Alana.
   "Tapi gu,-"ucapan Alana terpotong.
   "Gue, teman-teman yang lain. Siap bantuin Lo Al."Ucap Dewa.
  
Alana pun berpikir dan kembali semangat setelah mendengarkan nasihat dari Dewa.
    "Gue siap buktiin kalo gue nggak salah!"Ucap Alana mulai semangat dan bertekad.
   "Nah!Gitu dong."Ucap Dewa bahagia melihat semangat Alana.
   "Sekarang gimana kalau mau pulang nggak?"Tanya Dewa.
   "Nggak dulu deh."Ucap Alana cepat.
   "Gimana kalau sekarang lo nginep di rumah Olivia dulu."Ucap Dewa menyarankan.
   "Boleh juga tuh. Tapi gua telepon dia dulu ya."Ucap Alana di balas anggukan oleh Dewa.
   
Alana pun menekan nomor Olivia di ponselnya dan menghubungi Olivia dengan senang hati Olivia mempersilahkan.
 
Dewa pun mengantar Alana ke rumah Olivia yang tidak begitu jauh dari tempat mereka.
   "Makasih banyak ya wa."Ucap Alana setelah sampai di sana.
   "No problem Al."Ucap Dewa.

Setelah berpisah dengan Dewa. Alana masuk ke dalam rumah Olivia, sementara Dewa pulang ke rumahnya. Kemarahannya pada Devano sudah tidak bisa ditahan lagi.
                       🥀🥀🥀🥀🥀

Dengan emosi Dewa langsung menuju kamar Devano dan sudah siap beradu tinju dengannya.Saat Devano membuka pintu kamarnya Dewa dengan sigap langsung melayangkan pukulan yang membuat Devano terjatuh.
   "Maksud lo apa sih mukul gue tanpa sebab?"Tanya Devano tidak mengerti seraya berdiri dari jatuhnya.
   "Kenapa Lo nggak bilang kalau Alana di sini?"Ucap Dewa yang masih marah.
   "Gue nggak tahu.Ucap Devano memukul Dewa.
   "Mana mungkin lo nggak tahu.Lo sengaja kan biar dia bisa menderita lagi kalau lebih lama di sini."Ucap Dewa memberikan banyak tuduhan seraya memukul hidung Devano dan mengeluarkan darah.
    "Gue memang nggak tahu.Bangsat!Apa juga peduli gue anjing!"Ucap Devano memgeluarkan kata kata kasar.
     "Lo itu bajingan!Mana mungkin gue percaya sama lo.Lagak lo sok baik di depan Oma dan opa."Ucap Dewa yang mengenal Devano dari kecil.
 
Tidak ada percakapan di antara mereka keduanya saling berkelahi dan membalas tinju. Devano lah yang paling banyak mengeluarkan darah.Sementara Dewa hanya ada darah di sudut bibirnya.
    "Ya Allah kalian kenapa?"Tanya Yanti terkejut melihat keadaan mereka.
    "Cukup!Devano!Dewa!"Ucap Rama menengahi mereka.
    "Ada apa ini nak."Tanya Yanti melihat kondisi kedua cucunya yang berdarah.
    "Oma tanya aja sama Dia."Tunjuk Dewa kepada Devano.

Setelah perkelahian itu tidak ada yang ingin menjelaskan apa pun pada Yanti dan Rama.Saling mengurung diri dalam kamar satu sama lain.
                      🥀🥀🥀🥀🥀

    
     

Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang