Keputusan shani untuk menemani arya ke Manado pun harus dibatalkan karna untuk pertama kalinya dia didatangi ibu mertuanya dan dinasehati banyak sekali.. Entah alvin yang meminta bundanya yang menasehati atau memang sengaja saja.
Shani tidak mungkin menolak apa yang orang tua katakan mau itu orang tuanya atau bukan.. Shani memang begitu menghormati orang tua. Jadi permintaan bunda untuk mereka berdua menginap tidak bisa ditolak.. Shani sebenarnya terbebani dengan permintaan simple ini karna disisi lain dia tidak mau veranda sakit hati dan dia tidak mau jauh tenggalam dengan cintanya yang diyakini tidak akan pernah terbalaskan..
Hari sabtu ini bunda mengajari shani banyak sekali pasakan kesukaan alvin.. Shani yang memang tidak terbiasa di dapur terlihat kaku sekali tapi untungnya bunda mengerti sehingga bunda tidak permasalahkan..
Ketika makan bersama walaupun sedikit asin, makanan buatan shani masih dipuji ayah mertuanya walaupun suaminya sendiri tidak berkomentar apa pun..
Entah kebelet punya cucu atau bagaimana.. Orang tua alvin sampai membuatkan jamu-jamuan untuk mereka..
"Ayok nak minum.. Ini tuh Bagus untuk kesuburan kamu"bunda sedikit memaksa
Emang dasarnya shani tidak bisa menolak permintaan orang tua jadi shani meminumnya sampai habis walaupun rasanya pahit sekali..
Alvin jujur takut karna jamu yang dia minum itu jamu yang begitulah lelaki pasti tau.. Dulu saat menikah dengan veranda pun mereka diperlakukan sama tapi sayangnya veranda harus bermasalah dengan rahimnya sehingga mereka tidak bisa memiliki keturunan.. Hadirnya Shani menjadi harapan bagi orang tua alvin untuk dapatkan cucu dari putranya..
Dikamar..
Alvin gelisah sekali menunggu shani yang masih ada di kamar mandi sekaligus menyatu ke ruang ganti.."Haduh gimana ini? Mana pintu kamar dikunci.. Ayah iseng banget sih" alvin gelisah dengan kondisinya ditambah tampa sepengetahuan sang pemilik kamar.. Kunci serep diambil dan pintu dikunci dari luar..
Ceklek..
Suara pintu kamar mandi terbuka dab terlihat shani keluar dengan baju tidur pemberian bundanya ditambah rambut panjangnya terurai Indah.."Loh kok kakak disini? "Tanya shani yang terkejut melihat alvin
"Euhmm ini rencana bunda dan ayah sekarang kita terkunci"
Shani mengerutkan dahinya dan memastikan sendiri"bener dikunci"
"Terus gimana dong"shani melihat alvin yang gelisah
"Hahh.. "Alvin tidak fokus lagi
Shani ngeri melihatnya, dia buru-buru berjalan ke tempat tidur tapi karna saking terburu-buru dia tersandung karpet bulu sehingga tubuhnya jatuh menabrak alvin..
Alvin menangkapnya dengan erat.. Mata keduanya bertemu kembali dan getaran itu kembali shani rasakan.. "Aku.. Aku.. "Alvin mencium shani
Awalnya shani berontak tapi lama-lama dia pikir percuma berontak itu pun tidak mungkin karna kekuatan alvin lebih besar..
Ciuman itu memang didominasi oleh alvin, bayangkan sendiri batapa panasnya ruangan itu.. Lama berciuman alvin sempat melepaskan ciuman itu dan menatap mata shani dalam sebelum membawa shani ketempat tidur..
Ditempat tidur alvin kembali melanjutkan apa yang tertunda.. Tapi ada hal yang membuat shani ingin sekali berteriak saat itu yaitu alvin terus menyebut nama veranda bukan namanya.. Hati shani sakit sekali.. Bahkan saat alvin berusaha membuka baju tidurnya shani hanya pasrah, dia seperti terpaku dan nama veranda terngiang-ngiang di kepalanya..
"Ve.. Apa kamu? "Belum sempat melanjutkan tiba-tiba alvin tersadar ketika mendengar isakan dari seseorang di bawahnya
Alvin sadar jika dia sedang bersama shani bukan veranda.. Alvin langsung bangkit dari posisinya"shan.. Kamu? "
Shani membenarkan bajunya yang terbuka setengah dan dia menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya.. Shani benar-benar membelakanginya.
Bodoh kenapa aku lupa soal shani? Kenapa wajah mereka harus mirip sih. Gerutu alvin
Alvin pun pergi ke kamar mandinya.. Sedangkan shani terus menangisi semuanya..
#skip
Cukup lama alvin dikamar mandinya dan saat keluar alvin sudah melihat shani tertidur dengan wajah sembab..
Alvin mendekati shani dan menyingkirkan rambut yang menghalanginya.. "Maafkan aku shan.. "Alvin pun tidur di sofa dikamarnya.. Dia tidak mau kembali mengecewakan shani dengan tidur bersama walau pun tadi dia hampir saja melanggar janjinya pada shani dulu.
Esok harinya alvin yang sudah terbangun melihat shani yang masih lelap, dia tidak mau mengganggu tidur shani sehingga dia meninggalkan shani berkegiatan diminggu pagi ini.. Untungnya pintu sudah dibuka sejak subuh tadi..
Sekitar pukul 10 pagi.. Alvin yang baru saja pulang bersepeda tidak melihat shani bersama bundanya "loh bun.. Shani belum bangun? "
"Tadi sih sudah tapi wajahnya pucat sekali vin.. Jadi bunda suruh istirahat.. Kamu tidak main kasar kan vin"selidik bunda
"Mana ada.. Bunda nih.. Udah alvin nemuin shani dulu "
"Ya sudah sana.. Sekalian bawa teh hangatnya"
Alvin pun ikuti perkataan bundanya.. Dan saat dikamar alvin melihat shani tertidur dengan wajah yang pucat sekali.. Alvin menyimpan tehnya dimeja langsung mengecek suhu tubuh shani yang demam tinggi..
"Sepanas ini suhu tubuhnya.. "
Shani membuka matanya "kak alvin"
"Shan.. Badan kamu panas sekali, kita kedokter ya.. "Cemas alvin
"Tidak usah.. Nanti juga sembuh sendiri aku udah minum obat kok.. "
Alvin melihat bungkus obat di meja sebelahnya, alvin curiga dengan obat yang sering sekali shani minum.. "Kamu istirahat ya.. Dan maaf soal semalam.…" shani tidak menjawab perkaan maaf dari alvin
tapi fokus alvin tiba-tiba tertuju pada obat milik shani,soalnya dia sering melihat shani meminum obatnya tapi dia tidak tau obat apa itu.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopes (Season 1)
Romancecover : By Greshanity author: By Dini Turminingsih Aku tidak memiliki impian apa pun.. Aku tidak memiliki harapan.. Aku hanya ingin dirimu tetap berdiri didepanku tampa harus menoleh kebelakang dimana aku akan terus disampingmu meskipun hanya seba...