[27] Ketika Semuanya Dimulai

871 68 8
                                    

Nabilah, Lidya, Elanda dan Pesawat nya sampai di Prancis. Mereka segera turun sedangkan Nabilah turun di bantu oleh petugas Rumah sakit yang dikirim kesana. Nabilah tampak tertidur karna menempuh perjalanan 5 jam lama nya.

"Land, kita bakal tinggal di Apart lo?" tanya Lidya.

"Iya, kita bakal tinggal di Apart gue" ucapan Eland berhasil membuat Lidya mendelik.
"Maksud gue, lo sama Nabilah bakal tinggal di Apart yang gue tempatin. Kalian berdua bisa pesan satu kamar lagi"

"Ohh oke deh. Btw, lo aja deh yang pesenin ya? Gue mau langsung ke Rumah sakit aja" ucap Lidya sambil memberikan ATM nya.

"Ohh yaudah. Gue ke Apart dulu ya" Lidya mengangguk dan pergi menuju Rumah sakit menggunakan taksi. Kemana Nabilah? Adik nya itu sudah dibawa oleh petugas Rumah sakit tadi.

****

Lidya memasuki Rumah sakit besar nan mewah ini dengan santai. Dirinya cukup tau tentang adat istiadat Prancis. Setelah bertanya pada resesionis, Lidya kembali berjalan. Namun matanya menangkap sosok wanita tak asing bagi nya sedang berjalan menuju kearah nya.

"Bonjour, bonjour Docteur Lidya. Ce jeune médecin est-il venu ici?" (Hallo, Selamat siang Dokter Lidya. Ada apakah dokter muda ini berkunjung kemari?) tanya sosok yang dilihat Lidya.

Lidya tersenyum lebar.
"Nadse!!" pekik nya lalu memeluk erat tubuh teman SMA nya itu.

"Iya iya. Lepasin napa ah. Sesek gue" ucap Nadse. Lidya pun melepaskan pelukan nya.

"Gue kangen sama lo!"

"Woiya dong jelas. Gue mah ngangenin orang nya" balas Nadse membuat Lidya mencibir.

"Btw, Om. Lo kok ada disini? Ngapain? Dapet tugas Rumah sakit disini? Bukan nya lo itu Dokter Psikolog ya?"

"Lo masih aja manggil gue Om. Gue disini nemenin adik gue operasi Nads. Jadi ya.. Gitu. Kak Ve ga bisa nemenin karna ada pasien, Ay juga. Jadi gue deh yang jarang ada pasien"

"Ooh" Nadse menganggukkan kepala nya dan dia baru tersadar akan ucapan Lidya tadi.
"Eh bentar. Adek lo operasi disini?" Lidya mengangguk.
"Siapa?"

"Adek gue lah"

"Iye sape, Om? Lo punya adek kan banyak"

"Ga juga ah. Cuman lima adek gue"

"Terserah. Adek lo yang mana yang di operasi?"

"Yang terakhir. Yang paling kecil. Yang paling manja" Nadse tampak berpikir dan mengingat-ingat.
"Nama nya Nabilah, Nabilah Ratna Ayu Alfada. Dek Ayu nya gue. Dia di operasi disini karna tulang punggung nya rusak"

"Heh?!! Asli lo?!!" Lidya mengangguk.
"Dia pasien gue!!" pekik Nadse. Baiklah, lupakan posisi mereka yang kini duduk di kursi Rumah sakit.

"Btw, ngobrol di ruangan lo aja yok. Malu gue kalo duduk disini. Lo teriak teriak mulu"

"Oh oke deh oke. Kuy ke ruangan gue" mereka berdua pergi menuju ruangan Nadse.

Lidya memasuki ruangan Nadse yang luas. Tak jauh beda dengan ruangan nya di Indonesia. Ia pun duduk di sofa bersama Nadse.

"Jadi, adek lo itu tulang punggung nya rusak?" Lidya mengangguk lemah. Nadse memegang bahu Lidya dengan tangan kanan nya.
"Tenang, Lids. Nabilah, adek lo itu pasien gue. Gue udah di jadwal sama Eland buat jadi dokter dari Nabilah. Jadi, lo gausah khawatir. Gue sama Eland bakal berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki tulang adek lo. Dan yah.. Semoga operasi nya lancar"

My Family AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang