13

835 50 0
                                    

Seoul, 09:17 AM KST.

" Aku mau pergi ke perpustakaan terlebih dahulu untuk mengembalikan beberapa buku " Nareun menumpuk 3 buku tebal di atas meja dan kini mengangkat nya.

Hari dan HyungWoo mengangguk mempersilahkan, sedangkan Ga-Eun juga Doori hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.

Saat ini, jam istirahat telah tiba. Beberapa murid telah ramai di sekitar koridor kelas menuju kantin. Nareun sendiri harus berdesak-desakan melewati mereka semua yang melawan arah darinya, ia tak ingin membuat teman-teman nya menunggu terlalu lama.

" Kanglim!!!!!!!! "

" Astaga, mereka bertiga sangat tampan sekali! "

" Rion! Kanglim! Ian! Kalian keren! "

" Jantung ku berdegup dengan cepat! "

" Aku mau pingsan... "

Para wanita berteriak histeris saat ketiga pria berjalan melewati mereka, Nareun yang mendengar salah satu nama dari mereka di sebutkan sontak menoleh dan kini menatap wajah pria itu dengan raut khawatir.

" Kanglim, bagaimana keadaan mu? "

Gadis itu mencoba mengajak bicara sang pelindung, namun ia justru tak mendapatkan jawaban apapun. Hanya tatapan datar dan tanpa sunggingan senyum yang biasanya Kanglim tunjukan. Bahkan, ketika kedua sahabatnya berhenti untuk menyapa Nareun, Kanglim terus saja berjalan tak menghiraukan.

" Kondisinya masih sedikit lemah, tapi dia akan segera membaik " ujar Rion menyadari Nareun menunggu penjelasan.

" Aku minta tolong, jaga Kanglim " Wanita Park itu membungkuk hormat, lalu pergi.

Ian dan Rion menghela nafas berat, mereka bisa merasakan jika ucapan yang baru saja di utarakan Nareun terdengar penuh kekecewaan.

...

Ia hanya meletakan kepalanya di atas meja belajar, tampak tak ingin menjelaskan apapun atau bahkan membuka mulutnya tuk bersuara.

Kepalanya masih pening, tapi ia juga ingin melihat sosok Nareun. Apakah gadisnya itu baik-baik saja? Walaupun sebenarnya Ian dan Rion sudah menyelamatkan nya, bagaimanapun juga ia masih tak tenang kalau tak bertemu. Maka dari itu, ia terpaksa masuk sekolah walau sebenarnya ia bisa saja izin absen karena sakit.

" Kenapa kau tak menjawab pertanyaannya, Kanglim? Dia sangat menghawatirkan mu tadi malam "

" Aku hanya tak bisa "

" Tak bisa? Tapi, kenapa? "

Pria berambut hitam itu memejamkan matanya, bukan inginnya seperti ini. Dirinya tak ingin melihat Nareun yang murung, tapi itu adalah cara yang bisa ia lakukan untuk melindunginya.

" Ia hampir terluka karena aku, Nareun akan berada dalam bahaya jika aku berada di dekatnya "

" Itu tidak benar, Kanglim. Bagaimanapun juga kau tak pernah menginginkan suatu hal buruk terjadi padanya bukan? Tidak apa kalau kau secara jelas melindungi nya " Ian menepuk punggung sahabatnya.

" Bagaimana mengenai, pesan yang di berikan raja bawah tanah? Aku tak ingin kehilangan lagi seseorang yang sangat aku sayangi "

Ya, Kanglim hanya takut kejadian yang menimpa ibunya kembali berulang dan di alami oleh orang yang terdekatnya.

Rion dan Ian tau betapa rapuhnya lelaki pemilik wajah dingin itu, Kang-lim harus hidup sendirian di usianya yang masih sangat muda. Melawan para Makhluk dengan menjadi pelindung yang bisa saja mati dalam penyerangan.

Sudah lama sekali, Kanglim tak merasakan kebahagiaan setelah jiwa ibunya pergi. Pangeran langit dan Vampire itu sangat tau, karena mereka berdua yang berusaha membuka diri dan meyakinkan Kang-lim untuk bertahan.

" Dengar, kau tak ingin Nareun dan ibumu juga umat manusia berada dalam ketakutan monster bukan? Lalu apa yang bisa kami lakukan untuk menyelamatkan mereka semua dari kekejaman raja bawah tanah? "

Rion sebenernya benci pembicaraan semacam ini, tapi sebesar apapun usaha mereka untuk menjaga kehidupan banyak orang, itu bisa saja di gagalkan oleh sang iblis terkuat yang ada dalam catatan sejarah.

" Aku harus menemukan Goblin, hanya makhluk itu yang bisa menaklukan kekuatan raja bawah tanah dan menyelamatkan semua orang " lirih Kanglim sebelum benar-benar tertidur.

____

Vote Coment Juseyo O^O



Shinbi's House : [ Haunted Ghost Ball ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang