19

1.1K 54 2
                                    

Seoul, 05:00 PM KST.

       Kanglim mengikat tubuh Shinbi di sebuah batu besar dengan tulisan yang di ukir, ada beberapa kertas jimat makhluk yang di letakan mengelilingi Goblin itu. Di atas bukit pada sore menjelang malam yang sepi, di bawah taburan anak awan dan angin laut.

" Kau siap, Shinbi? "

" Tolong jangan lupakan satu hal yang ku minta untuk Nareun, Kanglim "

Pria itu mengangguk, dirinya segera membaca beberapa mantra dan membebaskan satu persatu makhluk yang telah tersegel. Cahaya muncul dari setiap kertas Monster yang kini terbakar.

Satu langkah terakhir, ia jujur tidak begitu siap. Shinbi sangat berarti untuk Nareun, ia tak bisa membayangkan perasaan wanita itu yang akan sangat kehilangan.

" Kenapa kau berhenti? " Tanya Goblin itu lirih, sepertinya ini karena separuh kekuatannya terkuras habis.

Kanglim menatap mata Shinbi, ia sudah berjuang sejauh ini untuk melindungi umat manusia dan Goblin itu kini bahkan bersedia secara sukarela untuk menyerahkan jiwanya.

" Aku atas nama pelindung, membuka gerbang Goblin dan melepaskan seluruh kekuatannya, menyerahkan pengorbanan ini untuk menaklukan sang pemimpin iblis berdosa. Dengan ini aku_ "

" Shinbi! " Teriakan seorang wanita yang berlari ke arah makhluk hijau itu, air matanya sudah menggenang di pelupuk dan dalam sekali kedipan maka akan muncul aliran di sana.

Kanglim langsung menahan Nareun yang ingin memasuki gerbang dimensi Goblin, tapi kini wanita itu tersenyum miris kepadanya dengan suara penuh amarah.

" Apa yang kau lakukan padanya?! "

" Maafkan aku, kita tidak punya cara lain selain ini. Nareun " Kanglim berusaha membuat wanita itu mengerti.

Nareun menghempaskan tangannya dari genggaman Kanglim, ia kini benar-benar telah menangis. Walaupun di kondisi itu tak ada suara teriakan dari Shinbi, namun dirinya tau jika Goblin itu tengah kesakitan.

" Aku hanya tinggal melepas semua kertas suci itu bukan? "

" Jangan lakukan itu, Nareun. Kau bisa menghilang bersama dengan Shinbi jika memasuki dimensinya "

Wanita Park itu tak mendengarkan, atau lebih tepatnya Nareun tak peduli dengan apa yang di ucapkan oleh Kanglim.

Dirinya berusaha memanggil Shinbi sekeras mungkin, tapi mungkin Goblin itu sudah terlalu lemah untuk hanya membuka matanya.

" Shinbi, ku mohon bangunlah "

" ... "

" Aku tak ingin kehilanganmu "

" ... "

" Kau pernah bilang padaku mengenai suatu hal bukan? Kau bisa mengabulkan satu permintaan ku setiap aku berhasil melumpuhkan makhluk bukan? Boleh aku minta kau kabulkan satu harapan ku...

... Tolong, jangan pergi Shinbi "

Nareun menangis, tangannya berusaha mencabut semua kertas di sekitar Shinbi. Kanglim berusaha mencegah gadis itu berbuat lebih banyak lagi, namun Ian datang dan menahan pergerakannya. Pria berambut hitam kehijauan itu menatap Rion yang berdiri tak jauh dari posisinya saat ini.

" Lakukanlah " ucap Kanglimdengan suara nyaris tak terdengar, meminta agar sang pangeran langit mengabulkan permintaan terakhir Shinbi.

Mempertemukan Nareun dengan kedua orangtuanya.

Rion memasuki dimensi, menyentuh telapak tangan wanita Park itu dan membawa sang gadis menuju suatu tempat yang tak akan pernah terpikirkan oleh Nareun sekalipun.

Rion memasuki dimensi, menyentuh telapak tangan wanita Park itu dan membawa sang gadis menuju suatu tempat yang tak akan pernah terpikirkan oleh Nareun sekalipun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Halo, Nareun "

" Rion? Kemana Shinbi?! "

Pria berjubah putih itu hanya diam, ia menggandeng tangan gadis itu menuju suatu titik cahaya.

Bahkan saking sepinya, yang terdengar hanyalah suara tapak kaki antara sepatu juga lantai marmer kaca.  Nareun merasakan degup jantungnya memompa lebih banyak darah saat 2 orang yang sangat ia rindukan berdiri di dalam cahaya itu dengan merentangkan tangan, mempersilahkan Nareun untuk memeluk dan menangis di pelukan mereka.

" Ibu, ayah kenapa tidak pulang dan menemuiku? Aku sangat merindukan kalian "

" Maafkan Ibu, nak. Bagaimana keadaan mu? Apakah kau baik-baik saja selama ini? "

Nareun mengangguk, air matanya di usap lembut oleh sang ibu. Sedangkan ayahnya kini mengusak Surai coklat anaknya dengan penuh senyuman.

Berbeda dengan keadaan di luar dimensi, dunia nyata. Kanglim kini menebaskan pedangnya pada satu sosok pria dengan banyak kepala juga bertubuh sangat besar, ya. Tepat di hadapannya kini sang raja bawah tanah muncul.

" Aku merasa bebas saat lepas dari tubuh ibumu, senang bisa bertemu denganmu. Lee Kanglim, Cha Ian " ucap monster itu di iringi suara tawa yang menggema.

" Kau akan mati setelah ini! "

Sang pelindung melakukan perlawanan sengit, sebentar lagi energi Shinbi akan habis. Ia harap Nareun dan Rion segera keluar dari dimensi sebelum mereka berdua benar-benar akan hilang selamanya.

Kanglim mengeluarkan sebuah makhluk yang akan mengikat tubuh raja bawah tanah dengan akar kuat, di saat posisi sang iblis dalam keadaan terpojok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanglim mengeluarkan sebuah makhluk yang akan mengikat tubuh raja bawah tanah dengan akar kuat, di saat posisi sang iblis dalam keadaan terpojok. Dirinya segera menempelkan sebuah kertas mantera.

" Aku atas nama pelindung, mengurungmu dalam kegelapan yang sesungguhnya. Kau tak akan bisa lagi melihat cahaya "

" Aaaahggggg!!! Apa ini?!!!!! "

Tubuh monster itu menghilang dan tertiup menjadi abu, bertepatan dengan itu. Rion keluar dari dimensi dengan Nareun yang berada di gendongannya.

" Terimakasih karena telah menjaga dirinya di sana "

" Bukan masalah, Kanglim. Aku senang akhirnya Raja bawah tanah dapat di taklukkan, Nareun sudah bertemu dengan ibu juga ayahnya. Mereka saling merindukan " ujar Rion menjelaskan apa yang terjadi.

" Aku minta maaf karena tidak bisa menahannya, dia sangat menghawatirkan Goblin itu karena ia sudah tak melihatnya sejak berangkat sekolah. Saat aku pergi ke kamarnya, dia sudah tidak ada di sana. Aku baru menyadari kalau dia tengah mencari Shinbi ke bukit ini " Terang Ian, pria bersurai hitam kehijauan itu hanya mengangguk kecil.

Kanglim mengelus pipi tirus Nareun yang kini tak sadarkan diri, menatap sebuah batu yang hanya menyisahkan tali tanpa lagi cahaya.

' Aku sudah menepati janjiku, Shinbi '

_____

Vote Coment Juseyo O^O

Shinbi's House : [ Haunted Ghost Ball ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang