Gadis itu mengeser pintu masuk sekolah, senter di tangan kanannya sudah di nyalakan. Suasana benar-benar hening dan senyap ketika ia melangkah masuk mengarungi koridor kelas panjang yang menghubungkan satu gedung dengan gedung lainnya.
" Aku harus bisa! " Nareun menyemangati dirinya, lalu menyoroti tiap ruangan dengan cahaya senternya.
Entah apa yang membawanya menuju sekolah, ia optimis jika setidaknya pasti ada satu makhluk yang menempati gedung itu. Sebenarnya, ia sudah memikirkan ini sejak tadi siang. Nareun memang tidak menceritakannya pada Shinbi, jadi kemungkinan besar Goblin itu tidak tau menahu dimana dirinya berada saat ini.
" Ini untuk Doori, aku harus bisa! "
Srekk!
Nareun menoleh dengan cepat, ia mendengar salah satu pintu terbuka di iringi dengan suara bising dari salah satu kelas yang berada di ujung ruangan. Samping toilet laki-laki.
" Apa kau ada di sana? Tunjukan dirimu dan temui aku Sekarang! "
Srekk!
" Anak-anak.. Aku mau anak-anak "
Gadis Park itu tercekat, suara itu berasal dari pintu yang terbuka di sampingnya. Nareun langsung bersembunyi di salah satu kelas sambil menormalkan detak jantungnya.
" Makhluk apa itu? Bagaimana caraku melawan dan melumpuhkannya? "
" Aku mendengarmu anak-anak... "
' tunggu? Apa dia baru saja bilang mendengar? Apakah ia mengandalkan penyerangan dengan suara karena ia sebenarnya tidak bisa melihat? '
" Beri salam kepada gurumu... "
Nareun memutuskan untuk mencoba meyakini sinestesianya, jika ia tak bisa melihat dan hanya bisa mendengar maka kelemahan makhluk itu ada di telinganya!
Dirinya berjalan mengendap, bahkan ia harus menahan nafas saat tubuhnya berusaha melewati sosok makhluk besar itu yang masih sibuk mencari keberadaannya.
Brukh!
' T-tidak! '
" Aku mendengarmu anak-anak! "
Makhluk setinggi 4 meter itu mengayunkan kuku tajam dan panjangnya, mengarah pada Nareun yang sudah menutup mulut tak bersuara.
Sring!
" Jangan ganggu dia! " Seorang pria datang dan mengayunkan pedangnya hingga kuku panjang dari makhluk itu putus.
" Kau merusak Semuanya! " monster itu berteriak penuh amarah, kukunya yang telah putus kembali memanjang dan bertambah panjang.
Nareun bisa melihat orang dengan jubah hitam itu berusaha menghindari mati-matian serangan dari sang Makhluk, bunyi pedang tak dapat di hindari.
" Telinga adalah titik lemah dari Makhluk itu, lukai telinga nya! " Ucap Nareun pada sosok misterius itu.
Kanglim tak menjawab, ia langsung melakukan perintah dan melukai titik lemah yang di katakan oleh Nareun.
Ketika makhluk itu berhasil tumbang, Kanglim langsung mengeluarkan kertas segel makhluk dan menjebak monster itu juga menguncinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Aku atas nama pelindung, menyegel Makhluk jahat yang merusak dunia serta mencelakakan umat manusia. Dengan ini, aku mengurungmu! "
Sebuah cahaya terang setelah pria itu mengucapkan mantra nya, Nareun melangkah mendekat dengan mata yang terfokus pada kedua mata dari monster mengerikan itu.
• Flashback
" Aku janji aku akan memotong kuku Bu guru, maafkan aku "
" Dia guru yang paling kejam, tanganku selalu di pukul dengan alasan kuku yang panjang. Padahal aku baru memotong kuku kemarin "
" Aku berharap agar dia buta, setidaknya aku bisa mewarnai kuku ku dan memanjangkan nya "
• Stop Flashback
" Kau seperti ini karena doa dari murid-murid mu, aku harap setelah ini kau tak perlu lagi merasa bersalah dan menjadi makhluk. Kau bisa beristirahat sekarang " Nareun membuka selapis benang yang menutupi mata makhluk di hadapannya.
" Terimakasih, aku akan pergi "
Ruh dalam Monster itu kini menghilang, di sertai sebuah cahaya biru yang memasuki gelang platina di lengannya.
" Harusnya kau tak melakukan hal nekat seperti itu, teman-teman mu sudah mengingatkan nya bukan jika melumpuhkan Makhluk sangat berbahaya " Kanglim berjalan mendekati Nareun yang kini tersenyum miris.
Ya, pria itu benar. Ia bisa saja mati kalau Kanglim terlambat menyelamatkan nya.
" Aku minta maaf, tapi aku benar-benar harus melakukan ini "
" Dan membahayakan jiwamu? "
" Aku tau aku salah, tapi aku akan lebih berhati-hati lain kali "
Kanglim harusnya marah karena Mate nya berada di posisi yang berbahaya, terlebih lagi mendengar jawaban dari Nareun jika wanita itu masih lebih memprioritaskan suatu hal di bandingkan nyawanya.
" Namaku Lee Kanglim, harusnya aku menanyai namamu saat kau ku rawat di rumahku "
" Aku merasa bersalah, seharusnya aku tau siapa nama orang yang merawatku. Maaf aku tak menanyakan nya padamu, aku hanya tidak ingin membuat suasana saat itu terasa canggung " Ucap Nareun menunduk.
Kanglim mengelus lembut rambut coklat pendek itu, dan diam-diam tersenyum tanpa sepengetahuan Nareun.
" Kau sudah selesai dengan urusanmu bukan? Aku harus pergi sekarang, walau sebenarnya banyak hal yang ingin ku tanyakan. Tapi mungkin lain kali saja " Kanglim kini melangkah pergi dan menjauh.
" Kanglim! " Teriakan Nareun berhasil membuat sang pemilik nama kini menghentikan langkah lalu menoleh menatapnya.
" Terimakasih " sambung gadis itu dengan tulus, sedangkan Kanglim hanya diam dan pergi.