Chapter 17

232 19 3
                                    

Panggilan telepon membuatku terbangun di pagi hari, aku memutar bola mataku kesal, siapa lagi kalo bukan yuta yang menelpon. Aku melihat masih pukul 2 dini hari. Tapi dia sudah menelpon.

"apa sih, nggak tau apa ya aku lagi tidur" ucapku

"iya tau, aku laper buatin aku ramyeon" ucap yuta

"kamu gila ya, ini masih jam 2 pagi" ucapku sambil berdiri lalu menyisir rambutku.

"iya aku gila, gila karna lapar" ucap yuta

Aku memutar bola mataku malas

"kamu mau dapur mu kebakaran" ucap yuta

Aku menahan diri untuk tidak marah. Bagaimana bisa dia mengganguku di saat aku tidur.

"the task is very simple right? Kamu masakin aku, aku mencicipi masakanmu. Bukannya itu menguntungkan bagi kita berdua? Aku bisa memenuhi rasa laparku, kamu bisa mengetahui seberapa rasa masakanmu. Dan juga bukannya itu tugas seorang istri ya, menuruti apa kemauan suami. Bukannya itu mudah?" ucap yuta

"hoammmm, udah ngomongnya, kamu membuatku makin ingin tidur dengan semua omonganmu" ucapku lalu berdiri dan berjalan ke luar kamar.

"oh gitu, yaudah siap siap aja rumahmu kebakaran" ucap yuta

"yaudah coba aja" ucapku sambil berjalan turun tanga.

"terserahlah" ucap yuta dan mematikan telepon

Aku mempercepat langkahku ke dapur. Aku melihat dapur sudah berantakan. Sosis di meja, sayur di wastafel, bumbu ramyeon yang di kompor, panci yang berantakan. Aku tercengang, dia emang sengaja membuat berantakan atau emang nggak bisa masak. Aku nggak bisa berkata kata, aku melipat tanganku, aku melihat apa aja yang yuta lakukan.

"stop, jangan melakukan apapun, aku saja yang buat"

Aku bisa melihat yuta yang sedikit terkejut dengan kedatangannya yang tiba tiba. Tapi aku tidak peduli. Aku merebut panci itu dan mulai memasak. Bukan apa apa sih, hanya saja aku tidak ingin melihat rumahku hangus terbakar karna laki laki ini. Yuta pergi dari dapur dan keruang keluarga yang tak jauh dari dapur. Yuta menghidupi tv dan menonton film. Bunyi air mendidih dan bumbu ramyeon yang tercium sampai keluar membuat perut yuta keroncongan dan secara otomatis berjalan mendekat ke arah dapur.

"udah selesai?"

"astaga" aku nyaris saja melempar panci panas tersebut saat muka yuta tiba tiba saja muncul disisi kanan tubuhnya. Tapi syukurlah refleks yang aku miliki cukup bagus, jadi panci ditangannya masih aman.

"sudah ku bilang jangan mengagetkanku" ucapku sambil menatapnya tajam

"lama banget sih, laper nih" setelah mengatakan itu yuta kembali berjalan ke ruang keluarga.

Aku membawa panci berisi ramyeon itu sambil mengerutu. Sudah dimasakkan masih aja protes, dasar nggak tau diri. Pikirku. Aku berjalan ke ruang keluarga dan disana sudah ada yuta yang sudah duduk di karpet sambil menatap layar tv.

"setiap hari kamu selalu terbangun ditengah malam?" tanyaku sambil meletakkan panci di meja kecil untuk yuta makan.

Yuta mengangguk. Kemudian mengambil satu sumpit besar ramyeon keatas piring dan meniupnya beberapa kali. Setelah agak dingin, yuta memasukkan ramyeon tersebut kedalam mulutnya.

Aku akhirnya bangkit dari duduk, tapi sebelum aku sempat melangkah, yuta terlebih dahulu menarik tanganku

"kemasi barang barangmu, hari ini kita berangkat ke jepang" ucap yuta sambil melepaskan tanganku dan melahap ramyeonnya

He Is My Husband | Nakamoto Yuta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang