Chapter 25

306 23 0
                                    

"kita sudah sampai dibandara" ucap winwin

"terimakasih" sahut yuta

"ayo" ajak yuta pada dirinya dan langsung ia anggukkan

"selamat bersenang senang" ucap winwin dari kejauhan

Ia menginjakkan kakinya di lantai Bandar Udara Internasional Haneda. Hari ini kami bakal naik Singapore Airlines, tepatnya dibagian First Class. Penerbangannya cuma 7 jam 40 menit. Lalu kami melakukan pengecekan dan setelah selesai, kami memasuki pesawat. Ia sempat terpukau dengan first class paling mahal nomor 2 di dunia.

Di pesawat itu kami memiliki Ruang pribadi, sandaran kepala yang dirancang untuk kenyamanan, dilengkapi dengan bantalan sandaran kursi yang mewah dan membuai tubuhnya, serta partisi melengkung yang diperpanjang memberikan privasi lebih. Jadi di First Class ini ada enam ruangan dan setiap ruangan sangat private banget karena setiap ruangan ada pintu yang bisa ditutup, tapi disetiap pintunya ada bolongan bolongan yang didesain keren. Jadi walaupun pintunya ditutup, pramugarinya masih bisa lihat dari luar ke dalam. Jadi kami nggak bisa melakukan apa pun yang dilarang. Lalu disini ada tembok. Jadi kalo ruangan dirinya tidak bersebelahan dengan yuta atau di sebelah ruangan miliknya bukan orang yang dirinya kenal, bakal ada tembok yang bisa dinaikin. Karena ia dan yuta bersebalahan, makanya temboknya diturunin. Kalo misalnya ia traveling sendirian, tembok itu bakal di tutup untuk privasi.

Ada juga kursi yang begitu lebar. Kursi dari kulit mewah yang sepenuhnya dijahit tangan bahkan hingga pijakan kakinya, dengan jahitan berpola berlian sehingga kami dapat duduk dengan nyaman dalam posisi apa pun. Pencahayaannya pun sesuai suasana. Lampu baca yang intensitasnya dapat diatur dari sangat terang hingga redup sangat cocok untuk membaca, bekerja, atau menikmati KrisWorld. Ketika kabin redup, lampu ambien akan menyala dengan menyentuh tombol untuk menerangi tempat duduk kami dan berfungsi sebagai lampu malam. Kami. Lalu duduk dikursi itu dan memakai sabuk pengaman sampai akhirnya pesawat take off, dan kami melepaskan sabuk pengaman setelah melihat tanda pemakaian sabuk pengaman dimatikan

"it's everything all right?" tanya cabin crew pada yuta

"yeah, can i turn already?" tanya yuta balik

"you can, of course" jawab sang cabin crew

"alright, thank you" ucap yuta

Karena pesawat udah take off, kursinya ini boleh digeser ke arah TV. Ia dan yuta bisa melihat satu sama lain. Ia yang ditatap yuta hanya bisa tersenyum kecil. Seorang cabin crew mendatangi kami dengan sebuah hidangan pembuka. Hidangan utama kami termasuk hidangan pembuka, merupakan kreasi seorang koki terkenal dari Panel Kuliner Internasional mereka. Makan di pesawat dalam suasana restoran dengan layanan meja lengkap, dan anggur untuk menyerasikan makanan dan ketinggian. Tidak lupa dengan hiburan di dalam pesawat, hiburan di dalamnya dipilih secara cermat agar cocok untuk kami dengan 1,000 pilihan hiburan yang berkesan handset video layar sentuh, dan layar LCD personal HD 24 inci dengan headphone peredam suara Bose. Membuat dirinya tidak sia sia memilih penerbangan ini. Ia merasa ini bukan berada di pesawat, melaikan berada di hotel. Nyaman sekali

"gimana suka?" tanya yuta

"suka banget, aku selalu ingin menaiki pesawat ini" sahutnya

"aku benar benar menyesal, dulu pernah menyarankan untuk tidak pergi bulan madu. Jika tau bakal naik pesawat ini, nggak bakal nyesel aku" lanjutnya

"aku senang kamu suka pergi berdua sama aku" ucap yuta

"aku pergi ke toilet dulu ya" izinnya

"mau ditemenin?"

"idih, aku bukan anak kecil ya" sahutnya lalu berlalu pergi

Saat ia pergi ke toilet, toiletnya megah banget. Toiletnya itu ada 2 di dalam pesawat ini, di First Class ini. Yang dirinya masuki itu adalah toilet yang lebih besar, sedangkan yang satunya lagi lebih kecil dari toilet yang saat ini sedang ia masuki. Ditoilet ini juga ada meja make up, cocok banget untuk para penumpang yang suka sekali menggunakan make up karena disini pencahayaannya perfect banget. Dan yang lebih membuatnya tertarik adalah toilet bowlnya itu dilapisi sama kulit yang membuat toilet ini mewah banget. Saat dirinya balik dari toilet, ia melihat seorang cabin crew sedang memasang selimut di kasur yang sudah ada entah dari mana, membuatnya merasa makin tidur di hotel, nyaman dan empuk banget. Kasurnya ini terpisah dari bangkunya. Jadi bangkunya itu masih ada, biasanya kan bangku dijadiin kasur, tapi kalo ini nggak bener bener terpisah dari bangku, ini bangkunya masih ada, kasurnya juga masih ada. Ia lalu berbaring di atas kasur

He Is My Husband | Nakamoto Yuta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang