Chapter 15

281 20 1
                                    

Aku dan yuta menaiki mobil dan berangkat ke restoran untuk makan siang. Teman temannya baru saja pergi. Jadi dirinya menyusul, bersama yuta tentunya

Ia telah sampai di restoran tersebut. Tapi ia tidak melihat mobil teman temannya terparkir disana. Tidak butuh waktu lama untuk kesana. Hanya membutuhkan 10 menit. Aku masuk ke dalam restoran dan jalan ke arah pembayaran. Aku selalu membayar terlebih dahulu agar pas selesai makan kami tinggal keluar saja.

Aku dan yuta pun masuk kedalam ruangan khusus buat kami yang telah dirinya pesan. Aku duduk berhadapan dengan yuta. Karna teman temannya tak kunjung datang, akhirnya dirinya menelpon yeri.

"yeri, kalian dimana??" tanyaku

"eonni, kami dirumah sakit" ucap yeri dari balik telepon

"kenapa kalian ada dirumah sakit??, kalian nggak papa kan???" tanya ku khawatir

"tadi ada mobil yang tabrakan didepan mobil kami eonni, jadi kami bantuin. Makanya telat." ucap yeri santai

'stupid' ucapku dalam hati

"YERIiiiii,kamu membuat jantungku hampir meledak tau nggak, bilang kek dari tadi" ucapku

"iya maaf, ini kami lagi keluar rumah sakit. Kami jalan kesana. Bye eonni" ucap yeri sambil menutup telepon

Aku menggelengkan kepalaku, rasanya lega setelah mendengar yeri baik baik saja.

"aku mau nanya??"

Aku yang mendengar itu, menoleh kearah sumber suara.

"kalo kamu menjadi sasaran pembunuhan, apa yang bakal kamu lakukan??" tanya yuta

"kenapa tiba tiba ngomong gitu" jawabku

Yuta tidak menjawab. Ia melihat yuta membuka sesuatu di handphonenya, dan sedang mencari sesuatu. Setelah mendapatkannya yuta menunjukkan pada diriku. Disitu terpampang jelas foto dirinya dan yuta sedang di restoran, dan sepertinya diambil hari ini. Aku terkejut karna foto itu. Dengan cepat aku merebut handphone yuta dari tangannya. Tapi saat ia ingin memfoto nomor itu, seseorang menelpon diriku, dan itu adalah nomor yang sama. Aku dengan cepat mengangkatnya.

"bagaimana, terkejut. Kamu nggak bisa nandingin saya." ucap suara misterius itu

Aku tidak tau harus bagaimana, karna ini diluar pemikirannya. Ia kira hanya yuta saja yang akan diteror, bahkan ia tidak tau darimana orang tersebut bisa mendapatkan nomornya.

"darimana anda mendapatkan nomor saya" ucapku

"nggak perlu tau deh, itu rahasia ku ahahahahahahahahaha" katanya sambil tertawa

"kamu takut, sepertinya kamu bukan pacarnya, tapi calon istrinya. Benerkan? Pasti. Saya selalu tau apa yang akan anda lakukan. Jadi hati hati ya. Selamat bersenang senang" ucapnya sambil menutup telepon itu

Aku tidak bisa berkata kata. Aku sedikit takut. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, aku tidak terlalu percaya untuk memberi tau polisi, atau melaporkan ini ke polisi. Karna polisi kadang banyak sekali yang bergerak lambat.

"sebenarnya sejak kapan kamu di teror??" tanya ku pada yuta

"sebulan sebelum perusahaan bangkrut, saat itu sebenarnya strategi dia adalah membunuhku. Tapi tidak berhasil. Karna tidak berhasil, dia menyuruh anak buahnya untuk masuk ke perusahaan ku dan membuat perusahaanku bangkrut. Dan itu terjadi, tapi anak buahnya berhasil ditangkap dan membuat anak buahnya masuk penjara. Saat itu lah dia marah besar. Dan ingin sekali membunuhku." jelas yuta

He Is My Husband | Nakamoto Yuta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang