Hime seorang gadis jomlo dari lahir yang sangat mendambakan seorang pacar. Hari-hari yang dilalui cukup berat, hingga akhirnya ia menemukan sebuah situs sewa pacar 24 jam.
Dalam 24 jam, Hime akan bertemu dengan 24 cogan!
Apa yang akan terjadi selanj...
"Aku akan menemanimu satu jam ke depan. Jangan sia-siakan waktu kita bersama."
–Jaemin–
💙
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PAKAIAN kasual—celana jeans, kaos putih dan dibalut jaket tipis krem, paling cocok denganku. Malam ini suhunya dingin sekali! Mau pakai jaket yang lebih tebal entah rasanya ragu saja. Aku memilih memasukkan ponsel dan dompet di saku jaket. Lalu duduk manis di hadapan laptop.
Aku mengeklik website sewa pacar, dan tertera kalimat di dalamnya.
[Sudah siap untuk berpetualang dengan cowok ganteng?]
Jantungku berdendang ria. Pikiranku melayang-layang. Apa mungkin ini cuma permainan dating seperti dalam game online? Atau mungkin aku benar-benar akan bertemu lelaki tampan dan berkencan dengannya?
[Kamu hanya punya waktu 60 menit untuk bersama 1 cowok. Pastikan jangan sia-siakan waktumu.]
"Pastinya!" kataku, "walau cuma game juga nggak masalah. Asal aku bahagia."
[Pastikan untuk menguatkan mentalmu.]
Aku berdecih.
[Akan ada banyak kejutan menghampirimu.]
Aku menarik garis bibir. Entah rasanya terdengar menyenangkan. Petualangan. Cinta. Ah, aku banget!
[Satu lagi.]
"Apa, sih? Lama banget."
Aku mulai tak sabar. Mataku melirik sekilas pada jam dinding. Kurang 2 menit lagi tepat pukul 12 malam.
[Pastikan kamu kembali.]
"Hah?" Aku menganga.
Sebentar. Maksudnya apa ini? Kenapa si website minta aku kembali? Maksudnya aku akan terlena dengan para cowok, terus aku tidak akan mau pulang. Begitu, kan?
Aku terkekeh. "Kalau bahagia sama mereka, ngapain juga pulang?"
[Bersiaplah!]
Aku menegak.
[Perjalanan menuju dunia sewa pacar, dimulai!]
Sebuah cahaya menyilaukan muncul begitu saja dari layar laptop. Tubuhku terasa diserap ke dalam sinar tersebut. Rasanya hangat, dan seperti berseluncur di padang pasir. Rasa takut membelengguku. Berharap semuanya baik-baik saja. Mataku memejam.
Please.
"Hime, kamu baik-baik aja?"
Samar-samar kudengar suara yang sedikit berat. Kubuka mata, sepertinya keadaan sudah normal kembali. Namun, ada yang berbeda.
Ini di sebuah kamar besar bak istana. Warnanya perpaduan putih, pink, dan ungu. Beberapa pernak-pernik cantik menghiasi dinding. Aku merasa ada yang aneh.
