Bab 6. Bayu: Ibu Ayu Yang Terhormat!

424 35 1
                                    


Aku memutuskan keluar dari ruangan pribadiku di kantor. Rasanya aku membutuhkan udara segar untuk menurunkan rasa kesal di hati karena Ibu Ayu yang terhormat tidak juga mengangkat teleponku. Aku memutuskan untuk menenangkan diri sejenak di tempat duduk favoritku, apalagi sekarang sudah jamnya makan siang. Saatnya aku mengisi perutku yang sudah kelaparan. Ternyata emosi bisa menguras tenagaku demikian hebatnya.

“Jok, tolong bawakan aku nasi goreng spesial kesukaanku ya,” ucapku pada Joko yang kebetulan berpapasan jalan denganku saat aku berjalan menuju meja yang terletak di sisi kolam. Aku memang sangat menggemari nasi goreng, apalagi yang disajikan lengkap seperti di restoranku. Aku berusaha memanjakan lidah para pecinta nasi goreng dengan memadukan nasi, bakso, telor dan daging ayam yang dimasak dengan bumbu racikan spesial keluargaku.  Rasanya manis, gurih dan tidak pedas supaya bisa dimakan oleh anak-anak juga. Bila kurang puas, mereka bisa memesan nasi goreng spesial seperti yang kupesan sekarang. Nasi goreng disajikan dengan seperempat ekor ayam goreng dan telor mata sapi diatas nasi goreng. Sungguh lengkap dan menggugah selera, bukan?
Membayangkannya saja sudah membuat perutku mengeluarkan suara nyanyian kelaparan. Syukurlah beberapa saat kemudian Joko datang membawakan makanan dan minumanku. Setelah mengucapkan terima kasih pada Joko dan berdoa, aku segera menyantapnya.
Sembari makan kuperhatikan suasana restoran yang cukup ramai. Hampir semua meja terisi penuh. Untungnya aku selalu meminta karyawanku untuk meletakkan tulisan “reserved” di atas meja favoritku. Jadi mejaku selalu kosong saat aku hendak duduk menikmati suasana kolam. Suara gemericik air dari air mancur kecil yang kuletakkan di tengah kolam, suara kecipak ikan yang muncul di permukaan air saat diberi makan, bau khas air kolam serta sejuknya angin yang bertiup sepoi-sepoi sungguh merupakan perpaduan yang sempurna untuk menenangkan hatiku yang sedang gundah.

Dulu ketika Siska baru meninggal, aku sering menghabiskan waktuku di sini. Tiba-tiba aku teringat Siska yang cantik dengan rambut panjang lurus sebahu berwarna hitam, senyuman lebar yang selalu muncul ketika dia sedang senang hingga wajah cantiknya yang berbentuk oval. Ah, aku sungguh merindukannya.

Apa kabar, Sayang? 5 tahun sudah berlalu sejak kau meninggalkan hidupku. Banyak wanita yang berusaha menggantikan posisimu di hatiku tapi sayangnya cintaku hanya untukmu. Tunggu aku, Sayang. Kita pasti akan bertemu lagi suatu hari nanti. Doakan aku supaya bisa mewujudkan impianmu untuk membuka sebuah restoran yang menjual makanan sehat dengan gizi seimbang.

Ya, akan kuwujudkan impian Siska bagaimanapun caranya. Tekadku sudah bulat!

Aku melap sedikit air yang menggenang di sudut mataku kemudian mengambil gawaiku untuk menelepon Ibu Ayu kembali. Ternyata jauh di relung hatiku masih tersisa rasa tidak ikhlas akan kepergian Siska.

Malam harinya aku hampir saja menyerah untuk menelepon Ibu Ayu setelah seharian hanya nada sambung yang menjawab panggilanku. Aku bahkan sampai hapal isi kata-kata yang diucapkan oleh operator yang setelah nada sambung berakhir. Kalau saja dia orang, pasti dia juga udah lelah terus menerus mengatakan hal yang sama berulang-ulang.

Aku membuang napas kasar kesekian kalinya lalu menarik napas panjang untuk mengumpulan kesabaran sebelum akhirnya memencet tanda panggil sekali lagi. Sungguh hal ini sangat menguras tenaga, hati dan pikiranku. Tapi aku tidak akan menyerah!

Setelah mendengar bunyi nada sambung berulang kali aku berpikir pasti teleponku tidak diangkat lagi kali ini. Saat aku ingin memencet tombol menutup panggilan tiba-tiba terdengar suara empuk seorang wanita di seberang sana. Aku terkejut. Secara spontan aku langsung menjauhkan gawaiku dari telinga untuk melihat layarnya. Betul teleponku masih tersambung. Kalau begitu suara tersebut pasti suara Ibu Ayu. Tanpa sadar kuhembuskan napas lega. Akhirnya perjuanganku membuahkan hasil juga.

“Halo. Selamat malam. Betul dengan Bu Ayu saya berbicara?” tanyaku hati-hati. Takutnya aku salah sambung karena kok suaranya seperti suara wanita yang masih muda? Harusnya seseorang yang menjabat sebagai kepala bagian kredit sudah berumur lebih dari 40 tahun, kan? Malah kepala bagian kredit yang dulu menjabat setauku sudah berumur 50 tahun.

“Malam. Betul dengan saya, Ayu. Ini siapa ya? Ada urusan apa?” tanya suara di seberang sana dengan tegas.

Ibu Ayu ini orang yang to the point sepertinya. Suaranya enak sekali terdengar di telingaku. Rasanya rasa kesal yang ada di hatiku sedikit berkurang.

“Saya Bayu, pemilik Restoran The Djawa. Saya dengar dari Mbak Ressy pinjaman saya bermasalah? Boleh saya minta waktu ibu sebentar untuk bertemu?” Aku harus bisa mengajaknya bertemu! 

“Bertemu untuk apa, Pak?” tanya Ayu bingung.

“Pertama, saya ingin menanyakan perihal pinjaman saya. Apa yang menjadi masalah ya, Bu? Kemudian yang kedua, saya ingin berkenalan dengan Ibu. Saya yakin di masa depan kita akan saling bersinggungan lagi karena saya sering melakukan pinjaman di Bank ICA.” Aku berusaha membujuk Ibu Ayu yang Terhormat untuk bertemu denganku. Aku penasaran juga, seperti apa sih orangnya? Berani-beraninya dia mempersulit pengajuan pinjamanku, yang merupakan nasabah lama di Bank ICA.

Kudengar dia menghembuskan napas lelah sebelum mengiyakan permintaanku. Kalah berdebat rupanya dia. Belum tahu saja dia kalau aku sering memenangkan lomba debat dari sejak aku SMA.
“Jadi kapan Ibu Ayu bisa saya temui?” tanyaku sebelum dia berubah pikiran.

“Besok malam saya ada waktu luang,” jawabnya tanpa pikir panjang.

“Bagaimana kalau di restoran saya, Bu? Biar nanti ibu bisa sekalian melihat kondisi restoran saya seperti apa,” tawarku lagi.

Terdengar jeda selama beberapa waktu sebelum akhirnya terdengar jawaban dari seberang sana,”Maaf, Pak. Boleh di foodcourt Mall Setaman saja? Soalnya itu dekat dari Bank ICA,” tolak Bu Ayu atas usulanku.

Tiba-tiba saja hatiku kesal lagi. Sombong sekali dia tidak mau berkunjung ke restoran milikku. Padahal banyak artis yang sudah menjadi langganan tetapku. Restoranku juga sering dikunjungi oleh selebgram dan youtuber untuk mereview menu makanan yang tersedia, sebagai bahan konten IG dan channel youtube mereka. Sungguh keterlaluan Ibu Ayu yang Terhormat!

Akhirnya aku menyetujui usulannya demi lancarnya pinjamanku. Biarlah saat ini kuturunkan dulu ego dan emosiku. Akan kuikuti apa yang menjadi kemauannya. Yang penting pinjamanku bisa cair dengan cepat. Hanya itu tekadku saat ini.

“Baiklah, Bu. Pukul 7 malam?” tanyaku lagi.

“Iya, Pak Bayu. Saya bisa jam segitu,” jawabnya. “Besok saya kabari kalau saya sudah sampai. Apa ada lagi yang bisa saya bantu? Kalau tidak ada akan saya tutup teleponnya karena ini sudah malam. Saya ingin beristirahat,” ucapnya tegas.

Sial! Bisa-bisanya dia terdengar sangat enggan mengobrol denganku di telepon. Siapa juga yang ingin berlama-lama mengobrol? Akhirnya dengan dongkol kujawab juga,”Tidak ada, Bu. Sampai bertemu besok malam,” ucapku berusaha tetap ramah.

Terdengar suara telepon dimatikan setelah terdengar ucapan selamat malam dari seberang sana. Huh! Kalau tidak demi restoran impian Siska, rasanya aku malas bertemu dengannya.  Jadi wanita tidak ada ramah-ramahnya. Jangan-jangan dia perawan tua karena  buruk rupa. Kata orang perawan tua itu galak dan tidak ramah, terutama pada laki-laki. Hal itu disebabkan karena dia kesal tidak ada laki-laki yang mau menyukai dan mengajaknya menjalin hubungan. Ya, dia pasti sangat jelek sehingga tidak laku di pasaran.   

  Akhirnya setelah menimbang-nimbang kuputuskan untuk menghubungi Dion dan mengajaknya bertemu di kafe biasa. Bertemu sahabat, mengobrol tak tentu arah dan makan enak pasti bisa mengembalikan mood-ku yang berantakan. Aku butuh jiwa yang segar dan hati yang tenang untuk memenangkan pertarungan besok. Aku tidak boleh kalah. Bersiaplah Ibu Ayu yang terhormat, aku pasti menang!

❤❤❤❤❤

Eaaaa... Ada yg uda panas nih 😂😂😂

Sabar, Bay. Jangan marah-marah 🤕

Duh makanan kesukaan Bayu nasi goreng nih. Siapa yg samaan? 🙌

Tunggu pertemuan mereka di bab 7 y. Akankah terjadi "pertempuran"? 😏

Hany ❤

Jakarta, 29/10/20

Childfree (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang