Chapter 29

197 26 59
                                    

Mungkin ini sedikit menyebalkan, namun, hidup tidak selamanya manis, kau harus bisa menerima kenyataan itu.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Hai." Ia menyapa dengan riang dan suram, tetapi tidak seperti yang Aera harapkan.

Otak Aera masih memproses semua hal yang terjadi untuk kemudian gadis lainnya muncul di balik rak buku usang, tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Yum-" Gadis itu menjeda ucapannya ketika pandangan mengarah pada Aera, menaikkan sebelah alis sebelum beralih pada temannya di sana. "Kalian sudah bertemu?" Dia mengakhiri dengan sederet gigi ikut terlihat, seperti membahas sebuah harta karun di depan bangunan tua bersama seorang teman lama.

"Hey, kenapa diam? Aku berbicara padamu."

Dari awal Aera sudah mengatakan, bukan? Jika Naomi tidak sepolos yang terlihat, buktinya sekarang ia bersama seseorang yang membuat masa lalu Aera menjadi sangat suram dan gelap.

"Kita tidak terlibat hutang!" Aera berseru kesal, menatap dua gadis di sana dengan tangan mengepal kuat, berusaha menahan perasaan jengkel yang memaksa untuk keluar. Rasanya sudah cukup dengan semua masalah yang dihadapi, dia tidak butuh masalah baru untuk menemani sisa hidup yang memang berwarna pudar.

Dia lelah, dan dia ingin beberapa saat dalam hidupnya keadaan setenang air di dasar danau, bukan naik turun seperti roller coaster.

Reaksi Aera membuat Yumi tertawa pelan, dia menjilati lolipopnya sebelum berujar, "Take it easy, girl."

"Padahal aku ingin mempertemukan kalian di waktu yang tepat." Naomi berkata lemah, wajahnya jatuh pada sebuah ekspresi sedih yang menyebalkan.

Aera mendesah lelah untuk kalimat yang Naomi layangkan, dia mengalihkan tatapan pada gadis yang masih bergulat dengan lolipop di mulutnya. "Kau pembohong," kata Aera, mencoba terlihat tenang dengan suara yang sedikit pecah.

"Hey, bukannya kau tidak menerima permintaan maafku dulu?" tanya Yumi, wajahnya merengut seperti anak kecil yang tidak terima pada tuduhan mencuri candy di kamar sang kakak.

Sejak awal, Aera sudah mengira bahwa iblis berkedok manusia jadi-jadian seperti Yumi tidak mungkin mengatakan kalimat sakral seperti permintaan maaf dengan tulus dan isak tangis tersedu; yang hampir terlihat memuakkan jika kau bertanya pada Aera.

"Harusnya aku memang tidak percaya padamu."

"Aera?" Yumi berbinar cerah, senyum lebar merekah di bibirnya. "Apa itu berarti kau pernah percaya padaku?"

Itu adalah jenis pertanyaan biasa, bahkan terkesan romantis bagi sepasang manusia kasmaran, tetapi apa yang Aera rasakan jauh berbeda dengan semua omong kosong itu, dia berpikir bahwa sebuah bola api raksasa baru saja menyala di seluruh tubuhnya.

Sweeter Than Caramel || Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang