Chapter 36

223 22 69
                                    

"Kau benar-benar ceroboh."

Aera menghentikan langkah hanya untuk menatap jengkel pada si lawan bicara seraya mendengus sebal. "Aku tidak belajar selama 5 tahun untuk mendapatkan luka saat mengeluarkan pil dari tempatnya," kata si kutub, kemudian kembali melajukan tungkai di lorong rumah sakit.

Lelaki yang berjalan di samping Aera tertawa keras, lubang manis di pipi putihnya terlihat dengan jelas. "Tetapi kau mendapatkannya." Dia menjelaskan, yang semakin membuat si kutub mengerang.

"Dan kenyataan itu benar-benar menyebalkan." Aera kembali melihat luka gores yang berada di tangan kirinya. Ini terdengar konyol, bagaimana bisa kemasan pil yang tipis -dan sedikit tajam- menyebabkan lipatan jari tangan Aera mengeluarkan darah, rasanya lebih perih daripada tergores pisau, percayalah, aku pernah mengalami omong kosong itu.

Jari tengahnya terangkat, tatapan Aera mengarah pada netra gelap pemilik lesung pipi dengan bibir bawah maju beberapa senti. "Chan, ini sangat sakit," kata Aera, yang lebih terdengar seperti sebuah rengekan, menunjukkan luka di tangannya berjarak satu jengkal di depan wajah tampan lelaki itu.

Ngomong-ngomong, sepertinya kehidupan perkuliahan Aera tidak berjalan sesuai keinginan. Selama lima tahun berada di sana dan hanya lelaki random di hari pertama kuliah adalah satu-satunya makhluk yang bertahan di sampingnya, mungkin mereka sangat dekat hingga dia menunjukkan sisi sedikit kekanakan seperti tadi.

Dia mencoba untuk bersikap ramah, tetapi sial! Itu tidak mudah, sulit mengubah kebiasaan yang dilakukan selama bertahun-tahun.

Saat ada yang mendekatinya, Aera tetap saja menjawab dengan dingin dan pedas, padahal gadis itu tidak bermaksud demikian.

Sudahlah, kupikir satu teman hingga lulus di universitas tidak seburuk itu. Nikmati saja.

Chan kembali tertawa, tangannya terangkat untuk memegang tangan Aera dengan hati-hati dan meniup lukanya untuk mengurangi rasa perih. "Aku lelah mengingatkan ini, tetapi berhati-hatilah dengan semua hal, kau sangat ceroboh, benar-benar ceroboh."

Mendengar ungkapan kekesalan Chan membuat senyum nakal merekah di bibir merah jambu gadis itu, ia menoleh ke arah lelaki yang juga menatapnya. "Ya ya ya, itu terjadi begitu saja."

Tatapan Aera kembali jatuh ke depan, kemudian berubah menjadi kaku dengan senyum yang perlahan memudar ketika menangkap sosok lelaki tampan dalam balutan jas merah muda dan rambut berwarna blonde berdiri di ujung lorong.

Aura permusuhan menguar dengan kuat di sekeliling lelaki itu, membuat tangan yang semula berada di depan wajah Chan perlahan ia turunkan, tetapi tidak sampai melepaskan tautan keduanya.

"Kenapa kembali?"


🦋


Jeno menghirup napas dalam dan bebas, mengisi seluruh paru-parunya dengan oksigen Korea. Lima tahun berlalu membuat tempat itu memiliki banyak perubahan.

Dia dalam perjalanan pulang setelah sebelumnya komat-kamit tidak jelas karena harus menunggu Taeyong selesai meeting lebih dari tiga jam, Jeno hampir terasa sama seperti keripik kentang di bandara.

Namun, senyumnya kembali mengembang ketika mengingat gadis es Kutub Utara yang akan segera dia temui nanti, walaupun Jeno sudah membayangkan segala konsekuensi yang akan terjadi karena telah meninggalkan Aera dalam keadaan sedikit rumit.

Baiklah, bukan tanpa sebab dia menghilang tanpa kabar dan terkesan sedikit kurang ajar.

Dia berusaha keras menyelesaikan pendidikan hingga memenuhi target yang telah ditetapkan, bahkan rela mengambil mata kuliah di saat orang lain libur dan bersantai ria hanya agar cepat kembali untuk pulang.

Sweeter Than Caramel || Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang