Chapter 40

183 25 71
                                    

"Morning." Aera menuruni tangga dengan sedikit berlari, sapaan riang diiringi senyum lebar merekah di atas bibir berpoles lipstik tipis merah muda, benar-benar lebar hingga terlihat sedikit menakutkan.

"Gaji tambahan?" tanya Tuan Kim, berusaha tidak berpikir bahwa Aera baru saja dirasuki setan yang tersesat di rumah mereka.

Gadis itu mendaratkan bokong begitu tiba di meja makan. "Lebih dari itu." Dia berkata dengan senyum misterius, kemudian mengambil sepotong roti dan susu yang telah disiapkan oleh Nyonya Kim.

"Dia bertemu Jeno semalam," jelas Nyonya Kim, menumpu dagu di atas kedua tangannya yang berada di meja, membawa tatapan pada wajah Aera dengan ekspresi sedikit menggoda.

"Mungkin." Gadis itu mengendikkan bahu acuh, tetapi gagal untuk menyembunyikan sebuah senyum malu-malu di wajahnya.

Tuan Kim tertawa, kabar baiknya Aera adalah Aera, bukan setan yang tersesat. "Jadi, kami benar-benar akan memiliki cucu sebentar lagi?"

"Dad?" Gadis itu hampir tersedak dengan susu yang diminum, Aera berpikir bahwa dia masih terlalu bayi untuk memiliki seorang bayi.

"Hey, setidaknya beri kami lemon."

Aera tertawa mendengar ucapan sang Ibu, apa itu ungkapan seperti 'hidup memberimu banyak lemon?'

Dia sedikit takut jika ibunya tidak paham dengan makna dari kalimat itu. Oh, apakah Nyonya Kim melihat sesuatu seperti lemon terposting di facebook?

"Jangan bilang jika kalian lupa?" Mendadak segitiga imajiner muncul di sudut kepala Aera, harusnya mereka tidak heran jika dia sangat bahagia hari ini, tetapi apa yang baru saja terjadi membuat gadis itu sedikit curiga.

"Tidak, mana mungkin?" balas Tuan Kim panik.

Ekspresi Aera berubah menjadi lebih santai. "Jangan telat, awkay? Aku ingin memotong pita dengan kalian." Gadis itu tersenyum lembut dengan mulut yang kembali mengunyah.

Ia mengambil sepotong roti sebelum berangkat ke tempat tujuan setelah mendengar jawaban 'ya' dari orang tuanya.

Gadis itu mengemudi dengan hati-hati, tangan kanan bergerak memasukkan roti ke dalam mulut dengan bibir yang tidak hentinya merekahkan senyum.

Tiba-tiba ingatan membawanya kembali pada memori semalam, di mana Jeno mengibarkan bendera perdamaian di antara mereka, meski beberapa fakta yang lelaki itu katakan sedikit membuat Aera terkena serangan jantung. Sangat berlebihan memang.

Ewh, pipi Aera kembali memerah dengan nakal hanya karena mengingat beberapa kalimat manis yang Jeno layangkan semalam, cialan!

Dia merasa sesuatu di dadanya mekar dengan sangat gila, menggelitik hingga nyaris merenggut kewarasan tatkala sekelibat memori itu terulang.

Aera menelan ludah, apa ini sebabnya Renjun selalu datang di saat ia sedang berurusan dengan semua kegilaan Naomi? Sedikit masuk akal memang.

Astaga, bahkan Aera sempat berpikir bahwa Renjun menaruh hati padanya karena semua hal itu. Baiklah, tingkat kepercayaan diri yang tidak bisa dikendalikan, atau mungkin memang benar? Siapa tahu?

"Itu sudah tidak penting sekarang, maaf karena membuatmu menangis." Ada jeda yang lama ketika dia kembali pada hari di mana Aera menangis untuknya, rasa kesal meluap begitu saja tatkala otak mulai membuka semua kejadian itu. "Aku benar-benar minta maaf. kupikir kau akan sedikit ringan jika aku pergi dengan hubungan kita yang sedang tidak baik-baik saja, bukankah kau kesal padaku? Aku membacanya di buku jika seseorang membuatmu marah maka kau akan kesal ketika mengingatnya, bukan bersedih. Aera, aku tidak ingin kau sedih."

Sweeter Than Caramel || Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang