Chapter 18

256 41 87
                                    

Aera tidak tahu dengan jelas alasan apa yang bisa dia katakan pada diri sendiri ketika kini kakinya berada tepat di depan pintu besar rumah Jeno.

Si kutub menghela napas, otaknya berputar pada kata antara tekan bel atau tidak, ini terlihat seperti sesuatu yang akan menjadi salah satu pilihan tersulit di alam semesta.

Ia kembali menghela napas, berat dan kelam, meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukanlah suatu tindak kejahatan, Aera akan melakukannya.

Tepat ketika tangan kanannya terangkat untuk menekan benda berwarna putih di dinding sana, pintu kayu dengan polesan coklat tua terbuka, dan Aera baru saja berpikir bahwa itu terjadi karena semacam tenaga magis, tetapi terlihat tidak masuk akal saat seorang lelaki berdiri di balik pintu dengan kepala menyembul ke luar.

"Aera," katanya, tanpa perlu seseorang untuk bertanya, itu lebih terlihat seperti sesuatu yang dilakukan karena sebuah keterkejutan atau merasa bersalah, entah untuk alasan apa.

Lelaki itu membulatkan mata dengan wajah yang ceria, tubuhnya dibawa untuk keluar dan berjarak dekat dengan si kutub. "Pantas saja tidak asing." Dia berkomentar, membawa bibirnya untuk melengkung dengan tampan pada wajah yang rupawan. "kau tumbuh dengan baik, cantik dan beraura merah muda."

Ah, oke! Itu terlalu frontal untuk dua orang yang baru saja bertemu, dan Aera merasa tidak satu pun yang berada di lingkungan Jeno bisa dikategorikan dengan kata normal. "Ya?"

"Taeyong," katanya, memasukkan tangan ke dalam saku celana dan menyeringai entah untuk alasan apa.

Aera menangguk ringan, sedikit membiarkan bibirnya untuk melengkung dengan indah. "Taeyong Hyung." Ia mengakiri dengan kaku atas apa yang baru saja terucap.

"Kau memiliki syndrome Hyung atau semacamnya?" tanya Taeyong, memiringkan kepala dan menatap Aera dengan mata yang menyipit, terlihat seperti seseorang mencari letak kuman atau bakteri di atas donat dengan selai merah di tengahnya.

"Ah, mungkin sesuatu yang serupa," kata Aera, dia benar-benar merasa bahwa memanggil seseorang dengan sebutan atau apa pun yang terdengar seperti kata Oppa akan terlihat sedikit centil, thank you, next! Dia tidak akan pernah menyukai itu.

"Not bad," komentar Taeyong sebelum membuka pintu di belakangnya dengan lebar, mempersilakan gadis beraura pink manis untuk masuk ke dalam.

"Hanya menitipkan ini," ucap Aera cepat, menyodorkan sebuah plastik biru muda yang sedari tadi berada di tangan kirinya.

"Sesuatu untuk Jeno?" Lelaki itu mengangkat sebelah alis dengan wajah jatuh pada sebuah ejekan, terlihat seperti seorang kakak menggoda adiknya yang duduk di bangku TK dengan embel-embel kencan, manis dan menyebalkan dalam satu waktu.

"Uhm, yeah! Sesuatu."

-

Jeno terpejam dan mencoba untuk tetap bernapas di atas ranjang, entah untuk alasan apa tubuhnya menjadi lebih kacau sekarang.

"Jeno!"

Baiklah, ini akan menjadi sangat kacau ketika Taeyong kembali berteriak, Jeno merasa bahwa berada dalam lingkaran dekat dengan lelaki itu sedikit membuat tubuhnya bereaksi lebih gelap.

Ia semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut abu tua. "Jeno sedang berada di Hogwarts," sahut si kecil dengan suara sedikit terdengar seperti gadis centil.

"Oh." Taeyong membuka pintu, kepalanya menyembul ke dalam kamar dengan aroma lelaki dewasa di setiap sudut. "Seorang gadis cantik beraura merah muda dan wajah sedikit rata mengirimkan sebuah bingkisan." Dia menyeringai dengan bahagia ketika melihat Jeno bangkit dan duduk di atas ranjang, meski hampir terjungkal ke belakang karena rasa pusing yang tiba-tiba datang.

Sweeter Than Caramel || Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang