Chapter 30

205 29 55
                                    

Aera ingat jika dia tidak punya riwayat anemia atau penyakit semacam itu, tetapi kenapa rasa pusing yang sedari tadi belum juga hilang dan malah terasa semakin parah.

Setelah mengganti baju seragam dengan setelan santai, Aera merebahkan diri di atas kasur seraya memejamkan mata, hari ini benar-benar hari yang panjang dan melelahkan. Namun, seberat apapun hidup yang ia jalani, tidak pernah terbesit sedikit saja keinginan untuk bunuh diri.

Memang siapa Aera yang seenaknya mencabut nyawa sendiri? Apa yang sudah gadis itu lakukan hingga berani melawan takdir dan ketentuan Sang Pencipta?

Jika merasa lelah, istirahatlah.

Jika merasa sakit, menangislah pada Tuhan, dia mendengarkanmu, dia memberikan jalan untuk semua rasa sakit dan permasalahanmu, karena Tuhan tidak pernah tidur.

Isi penuh semangatmu dengan hal yang kau sukai, kemudian, bangkit dan kembali berjalan, tidak perlu berlari, hanya cukup berjalan maju dan tidak pernah mundur.

Well, setidaknya itulah yang Aera tanamkan dalam dirinya sendiri, kalimat sederhana, tetapi menghasilkan banyak energi positif.

"Aelaaa, jangan main lumpul lagi, ya ya ya?"

Tubuh Aera tersentak saat potongan ingatan itu berputar di kepala. "A –apa itu tadi?" Ia berbisik pelan, napasnya terasa menggebu dengan mata nyaris meloncat ke luar.

"Aelaaaaaaaa, jangan ambil punyaku."

"Katanya ini untuk Aela."

Akkh!

Aera meringis saat sekelibat memori itu menghantam kepalanya, rasa pusing yang dialami semakin menjadi dan terasa jauh lebih menyakitkan.

"Mommy!" Gadis itu berteriak, yang lebih terdengar seperti suara parau dan lemah.

Dia berjalan hati-hati ke luar dengan tangan meraba dinding dan terpejam erat, rasanya kepala Aera akan pecah jika dipaksa untuk berpikir atau bahkan melihat.

"Mom!" Ia kembali berteriak, tetapi hanya keheningan yang menyahuti dan menggantung di udara.

Apa mereka kembali melanjutkan perjalanan bisnis dan meninggalkan gadis itu sendirian? Jika iya, maka Aera benar-benar akan mati hari ini.

Dia berusaha keras untuk menuruni satu-persatu anak tangga dengan tangan memegang teralis besi. "Mommy." Suaranya jatuh pada sebuah rengekan lemah yang terdengar sangat putus asa dan sedikit goyah.

Gadis itu semakin terkejut saat merasakan cairan kental keluar dari hidungnya, dengan pandangan yang semakin buram, ia menyentuh dan melihat cairan merah pekat mengalir dari sana.

"Tolong," gumamnya, hampir tidak mengeluarkan suara.

Tidak butuh waktu lama untuk tubuh kurus itu roboh dan menghantam dinginnya lantai.

Dia telah kalah melawan semua hal yang terjadi, apa ini waktu yang tepat untuk beristirahat dengan tenang dan melepaskan seluruh rasa sakit?

Gelap menyelimuti, rasa pusing yang menyerang perlahan mulai hilang dan menyisakan ruang hampa, dia tersenyum dengan tenang, sebelum akhirnya menutup mata. 



🦋



"Wali dari Kim Aera?" Sebuah suara memecahkan keheningan yang menggantung di ruang putih dengan bau khas obat-obatan.

"Ya, saya ibunya."

Keberuntungan sedikit memiliki mood baik untuk Aera, tidak lama setelah kesadarannya direnggut paksa, Nyonya Kim datang dengan nampan berisi makan siang di tangan.

Sweeter Than Caramel || Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang