Tak pernah Medhi sangka ternyata sudah sebulan lebih terjadinya tragedi yang membuat Medhi hancur.Tragedi yang membuat Medhi selama sebulan ini benar-benar merasa tertekan.
Medhi yang mengurung diri, Medhi yang tak mau ada interaksi berlebih lagi pada semua orang baik dari dunia kantor maupun keluarganya.
Mengurung diri dalam artian Medhi selama sebulan ini saat berada di kantor berusaha untuk mengurangi interaksi dengan teman-teman kantor selain urusan kerja tentunya.
Biasanya Medhi dan teman-temannya saat usai jam kantor terkadang sering makan malam di luar atau nongkrong-nongkrong dulu sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Entah itu minum kopi lah atau cuma jajan-jajan saja yang penting menghilangkan penat usai bekerja, tetapi selama sebulan ini Medhi selalu menolak ajakan teman-temannya.
Kalau urusan menghindar atau mengurangi interaksi dengan teman kantor masih bisa Medhi lewati dengan mudahnya tetapi jika sudah pulang ke rumah itu yang paling berat.
Di rumah Medhi mati-matian menyembunyikan semua rasa sakitnya pada orang rumah. Karena, memang Medhi yang masih tinggal bersama kedua orang tuanya beserta adik kembarnya.
Jadi selama sebulan ini ternyata menjadi hal yang paling menyiksa dalam hidup Medhi.
Medhi yang kalau sudah sampai rumah tidak bisa menangis, Medhi yang berusaha untuk tidak menunjukan rasa hancurnya, Medhi yang harus bersikap seperti biasa, seperti tidak ada kejadian yang membuat dirinya hancur, di rumah Medhi yang harus tersenyum, harus berinteraksi kepada orang tua dan adik-adiknya, itu semua agar orang tua dan adik-adik Medhi tidak melihat ada perubahan dalam diri Medhi dan itu yang membuat Medhi sulit untuk melewati sebulan ini di rumah.
Selama sebulan ini Medhi sama sekali tidak pernah bercerita kepada siapa pun soal tragedi kehancurannya. Medhi seperti tak punya nyali untuk memberitahu orang tuanya.
Medhi takut melihat wajah kecewa orang tuanya saat Medhi memberi tahu apa yang Medhi alami dan itu membuat Medhi mantap untuk tidak bercerita kepada orang tuanya.
Setelah tragedi itu Medhi benar-benar merasa dunianya sekarang hancur dan merasa kotor. Medhi malu pada dirinya sendiri yang tak bisa menjaga diri dengan baik, apalagi kalau teringat orang tuanya membuat hati Medhi hancur berkeping-keping.
Medhi anggap tragedi itu sebagai aib yang sungguh luar biasa memalukan yang tak pantas Medhi sebarkan kepada siapapun termasuk kepada orang tuanya.
Kalau mengingat tragedi itu ingin rasanya Medhi menenggelamkan diri atau setidaknya menghilang dari peradaban ini.
Ingin rasanya Medhi resign dari kantor yang membuat Medhi hancur ini tetapi Medhi akan semakin hancur jika benar-benar resign.