13| Hujan

1.2K 235 59
                                    

Tiyo duduk dikursi yang berhadapan dengan ranjang, cuma mandangi Naomi yang terlelap disana, sambil megang sebatang rokok dan pematik, mau ngerokok tapi tiba-tiba  diurungkan pas lihat Naomi pulas banget tidurnya, takut aja asapnya nanti ganggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiyo duduk dikursi yang berhadapan dengan ranjang, cuma mandangi Naomi yang terlelap disana, sambil megang sebatang rokok dan pematik, mau ngerokok tapi tiba-tiba  diurungkan pas lihat Naomi pulas banget tidurnya, takut aja asapnya nanti ganggu.

Setelah itu rokok dan pematiknya ditaruh di atas nakas, Tiyo milih menompang dagu, matanya tulus melihat Naomi, sosok perempuan yang entah sejak kapan menjadi begitu berarti dalam hidupnya.

Sejujurnya kalau ditanya, Tiyo itu punya perasaan nggak sama Naomi, Tiyo bakalan bilang kalau itu pertanyaan retoris, karena Naomi cewek pertama yang dia ajak ke kasur, dan sampai sekarang tetap menjadi teman tidurnya.

Tapi kenapa Tiyo nggak mau jadian sama Naomi, aslinya bukan nggak mau, tapi Naomi-nya yang bilang kalau lebih nyaman kaya gini, Naomi lebih leluasa dengan Tiyo, bisa datang kapan aja, bisa pergi kapan aja dan kebetulan aja Tiyo nggak mau ribet sama status dan perasaan.

Seperkian menit kemudian Tiyo beranjak dan milih rebahan miring menghadap Naomi, tangannya mengelus pucuk kepala Naomi yang tidurnya sambil bantalan tangan sendiri, setelah itu kecupan lembut mendarat dibibir Naomi, dengan Mata masih terpejam Naomi senyum diantara bibirnya yang sedang dilahap, sejurus kemudian tangan Naomi meraih leher Tiyo, dan ciuman itu menjadi aksi dua pihak sampai pakaian dikeduanya tanggal.

🎵🎵🎵

Pagi ini nggak bersahabat banget sama Datta, udah mendung, pikiran Datta juga lagi mendung, gara-gara kejadian semalam pas bilang kalau Datta suka senyum dan suaranya Runa, membuat gadis itu kikuk.

Padahal Datta mikirnya itu pujian tapi rada was-was juga kalau Runa nangkapnya kaya ungkapan perasaan.

Datta meraih ponsel diatas nakasnya, acap menghubungi Runa, dan di angkat 10 detik kemudian.

“Morning Run...” Datta memejamkan mata sesaat buat nampung frustasinya, kenapa sih harus dangdut sepagi ini, diseberang sana Runa terdengar ketawa renyah kaya wafer.

“Morning juga Datta.”

“Ada kelas hari ini?”

“Ada, jam 9 cuma semakul, selesai jam 12 pas, gimana?”

“Komplit amat ngasih tahunya.”

“Biar irit nanya, jadi sekalian.”

“Gue mau ngajak lo makan, lo doyan seblak nggak? Akhir-akhir ini gue kegilaan seblak.”

“Hahaha, seblak ya? Boleh deh, tapi besok-besok jangan kegilaan yang aneh-aneh ya ntar susah.”

Datta nggak bisa nahan senyum, kenapa sih dengar Runa bisa semenyenangkan ini, jadi pengen ngajakin Runa bangun rumah tangga.

“Kalau kegilaan lo gimana Run?” nah kan mulai, Runa diam aja.

“Tambah susah ntar.”

SUARA DATTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang