Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Joni kenal Malika dari Tinder, terpesona dengan wajah innocentnya apalagi saat tahu jarak usianya terpaut 17 tahun dengannya. Waktu di swap ternyata match lalu kopi darat, hanya butuh sebulan pendekatan Joni berlabuh pada Malika dengan menerima segala kekurangannya beserta anak-anaknya.
Banyak pandangan buruk mengenai hubungan Joni dan Malika, seperti Joni disangka hanya numpang hidup pada janda sukses padahal dari latar belakang Joni sendiri pun terbilang dari keluarga mampu karena orang tuanya memiliki usaha percetakan yang bercabang-cabang.
Selama menjalin hubungan, Joni juga merasakan banyak tekanan, tentang stigma orang, tentang alur hubungannya yang bahkan banyak orang memandang sisi negatifnya saja.
Apalagi suka dijadikan bahan ecengan dan ghibah dimana pun.
Seperti saat ini, Joni sedang menemani Malika belanja bulanan di swalayan, banyak yang keheranan dengan melihat Malika sesekali memanggil Joni sayang, seakan tidak ada yang percaya bahwa keduanya sepasang kekasih.
“Sayang, mau dimasakin apa?” tanya Malika yang sibuk memilih-milih sayuran segar sedangkan Joni berdiri tegap memegang trolley.
“Emm, nasi goreng aja, Haikal suka nasi goreng.”
Malika tersenyum tipis lalu meletakkan kembali sayur yang sempat ia pegang ke tempat semula. “Nggak bosen apa tiap kali ke rumah makannya nasi goreng mentang-mentang Haikal suka.”
“Enak kok nasi goreng simple, terus ini mau beli apa lagi?”
“Peralatan mandi, shampo kamu dirumah juga udah habis.”
Malika lantas jalan menduhului, dari belakang pun pesona Malika tak terelakkan, dengan mengenakan setelan jas dan span selutut berwarna peach senada, apalagi tubuh Malika bisa dibilang tidak kalah dengan bentuk para gadis-gadis seusia Joni.
Wajah super cantik dengan bentuk hidung mancung dan mata yang belo, serta kulit bersih menandakan bahwa Malika tipikal perempuan yang rajin perawatan.
Joni tidak mengubris pandangan orang tentang hubungannya dengan Malika, Joni tahu banyak orang yang ia lewati berbisik keheranan.
Selesai belanja keduanya langsung pulang, takut Haikal sudah di rumah dan kelaparan.
“Kenapa sih kamu balikin semua barang-barang yang aku beliin Jon,” kata Malika yang matanya fokus pada gawai.
“Kebetulan aku udah punya, masa double.” Joni sesekali melirik, ya bisa dibilang Joni hampir tidak pernah menerima pemberian barang dari Malika karena takut di cap brondong matre dan memang Malika suka ngasih apa yang udah Joni punya.
“Jadi Haikal yang make.”
“Ya gapapa, daripada nggak kepake.”
Malika memasukkan ponselnya ke tas lalu menatap Joni yang santai menyetir. “Mau nginep?”