24| Sepotong Asa

927 203 7
                                    

So sorry, baru bisa update sekarang
Boleh dibaca chapter sebelumnya, biar nggak lupa alurnya. Bonjour.









































🎵🎵🎵

Malam ini Tiyo hanya bengong di ruang tengah seusai dari rumahnya Naomi, pikirannya bergumul seakan mau perang gara-gara perkataan Naomi yang mengkaitkan dirinya dengan Milla, jujur saja sih, Tiyo sedikit sensitive apabila ada yang membicarakan so...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini Tiyo hanya bengong di ruang tengah seusai dari rumahnya Naomi, pikirannya bergumul seakan mau perang gara-gara perkataan Naomi yang mengkaitkan dirinya dengan Milla, jujur saja sih, Tiyo sedikit sensitive apabila ada yang membicarakan soal Milla, atau menanyakan sepenting apa Milla dalam kehidupanya, sekalipun yang bertanya itu Naomi.

Di pukul satu dini hari pun Tiyo masih duduk termenung, bahkan dua jam berlalu dengan sia-sia karena pikirannya sendiri yang membuat Tiyo nggak bisa ngantuk. Datta yang terbangun akibat kehausan pun terlonjak kaget ketika baru saja keluar dari kamarnya karena melihat badan Tiyo dari belakang saat lelaki itu duduk di ruang tengah ditemani lampu-lampu remang.

Sambil memegangi dadanya, Datta pun mendekati Tiyo dengan was-was, kalau saja itu adalah memedi yang menjelma Tiyo yang kenyataannya emang manusia bin setan kelakuannya.

“Anjing, gue pikir wewe, lo ngapain nggak tidur nyet?” tanya Datta sedikit membusung menatap wajah pias Tiyo yang tidak bergeming. Datta pun enggan bertanya lagi, karena lebih memilih mengambil segelas air putih lalu duduk di sebelah Tiyo. “Lo nggak mau cerita?”

Pertanyaan Datta membuat Tiyo menolehkan kepala dengan amat dramatis diiringi wajah mahkluk Tuhan paling putus asa.

“Emang kalau gue cerita lo mau apa?” tanya Tiyo ketus.

“Mau gue bikinin thread di twitter, puas lo? Anjing bener jadi manusia, kalau dikhawatirin nggak tahu diri.”

“Oh, lo nghawatirin gue?”

“ENGGAK NYET, tau dah serah lo, ribet kek cewek, tidur sana, besok ada kuis Prof Ruslan.” Baru saja Datta akan beranjak ke kamarnya, Tiyo pun menahan ujung kaos Datta membuat lelaki itu menatap Tiyo keheranan, dan mau tidak mau Datta duduk lagi.

“Naomi, tiba-tiba nanya kalau ‘kita tuh apa’,” pungkas Tiyo mendayu, Datta yang awalnya tersulut emosi, pun meredam.

“Maksudnya ‘kita tuh apa’ yang begimane?”

“Lo tahu kan gue sama Naomi dari awal nggak pernah mau melewati batas buat hubungan ini, gue pun juga menikmati ini semua, tapi implusif banget kalau gue nggak pake perasaan walaupun nggak seberapa Ta, tapi tetep aja dari awal Naomi yang bikin rules itu sendiri.”

“Ya mungkin Naomi mulai ada rasa sama lo, ya lo pikir aja kali, Naomi sering ngehabisin waktu sama lo, tidur sama lo, masa nggak ada rasa, ya walaupun awalnya cuma buat senang-senang doang kan, tetap aja, lambat laun bakalan jatuh cinta, terus lo ke Naomi gimana?”

SUARA DATTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang