19| Preman

988 222 8
                                    


Pagi-pagi buta Gita menyempatkan mampir ke kos-an Al Wahab dengan membawa beberapa kotak lauk dan makanan yang dibikin oleh mamanya. Jeffin pun membantu dengan memasukan makanan ke kulkas bersama Mark.

“Git, lo kenapa sih, nggak ngajak gue jadian aja,” kata Jeffin, tangan Gita yang tadinya sibuk mengeluarkan kotak dari bag mendadak berhenti, sedangkan Mark melirik cemas-cemas, sebelumnya Mark dikasih tahu oleh Yuta soal Gita dengan mengerikan.

“Hati-hati Mark kalo di dekat Gita, kembarannya Datta yang suka mampir sini, tuh cewek ganas, pengikut nenek lampir cabang gunung salak, sekali lo bertingkah, masa depan lo hancur pake jurus taekwondo.” Yuta mengarahkan matanya pada area sensitive Mark sewaktu kalimat masa depan terucap. Jelas Mark merindingnya minta ampun apa lagi Datta membumbui juga, hanya Tegar yang bilang santai saja, Gita masih perempuan yang punya sisi lemah lembut. Cuma belum ketemu aja sisi lemah lembutnya.

Gita belum menjawab, lebih memilih mendekati Jeffin dan menyentuh kening dengan telapaknya. “Nggak panas, tapi sinting, tapi kayanya emang terlahir sinting.”

Jeffin menangkis tangan Gita cepat sambil masang wajah cemberut yang imut, kalau dimata perempuan lain ini salah satu senjata ampuh melumpuhkan pertahanan, tapi kalau Gita, rasanya ingin menjambak sekaligus mengepang mulut yang kerucutin itu. “Gue kan ganteng Git, lo napa sih nggak inisiatif naksir gue, kenapa naksirnya Tiyo.”

Mark yang dengar mendadak dramatis nolehnya ke arah Gita, eh Gita ikut noleh yang membuat mata keduanya bertautan, cepat-cepat Mark mengalihkan pandangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark yang dengar mendadak dramatis nolehnya ke arah Gita, eh Gita ikut noleh yang membuat mata keduanya bertautan, cepat-cepat Mark mengalihkan pandangan.

“Dek....” Begitu dipanggil Dek oleh Gita, Mark swriwing kaya lagi pakai bokser doang di kutub utara.

“Iya Kak.”

“Tegang banget, lemesin dong, kaya liat setan aja.”

Jeffin ketawa lepas lalu merangkul Mark. “Astaga si bontotnya Al Wahab pasti kaya terserang mentalnya liat Gita, gapapa Mark santai aja, dia kaya Datta tapi lebih bangsat dikit.”

Gita langsung menjenggung kepala Jeffin. “Bacot di tata kalo ngomong!”

Baru lah Tiyo keluar dari kamarnya dengan muka bantal, mau ke kamar mandi ternyata sedang di pakai Joni, memang sih penghuninya tujuh tapi kamar mandinya hanya satu, tiap pagi selalu kaya kompetisi buat rebutan kamar mandi.

Tiyo milih ke dapur untuk membasuh wajahnya di westafel yang sering dipake buat cuci piring. Gita udah lirik-lirik salting ke Tiyo, bangun tidur aja mukanya ngalahin pangeran sunda empire, apalagi bangun rumah tangga.

“Pagi banget Git kesini.”

“Iya nih, bawain makanan, nyokap masak banyak, habis ini sarapan bareng ya,” kata Gita manis banget ngalahin gula aren, lagi-lagi Mark tersentak, kaya dejavu lihat perubahan drastis sikap Gita, emang bener sikap itu tergantung sama orang, kalau sama yang ditaksir cenderung jaim.

SUARA DATTA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang