“I wanna take you everywhere I go... have you by my side... take a walk ‘round in every town, drive across state lines, like the sun sends a golden stream, in to our front room, I could be the same old light, For you...”For All You Give milik The Paper Kites menjadi lagu penutup penampilan Mosca malam ini, sisa pengunjung yang masih menikmati kopi pun terhanyut oleh musik yang begitu damai didengarkan, diakhir lagu Datta memberikan smirk ke Runa yang bisa saja membunuh wanita itu seketika, karena smirk Datta merupakan senjata ampuh untuk melemahkan pertahanan seorang perempuan.
“Terima kasih semuanya, Mosca harus undur diri setelah menyanyikan banyak lagu malam ini, sampai ketemu lagi dan tetap setia kunjungi Ollas ya.” Tutup Datta, lalu gegas berkemas.
“Masa mau balik aja sih, bisa reques selagu nggak?”
Anggota Mosca langsung teralih oleh suara yang tidak familiar ditelinga mereka.
“Milla,” lirih Tiyo, wajahnya mlempem saat gadis itu melambai kecil sembari senyum riang.
“Lo kok balik? Padahal baru beberapa bulan di Jakarta,” kata Datta keheranan tapi tetap melanjutkan berkemas, Miranda bersiap masuk ke tasnya.
“Emmm, ternyata merantau itu nggak enak, kangenan mulu sama kampung halaman, jadi gue memutuskan buat stay disini aja.”
“Serius? Tiba-tiba banget?” kata Joni yang rada gimana gitu, seperti tahu kalau alasan Milla kembali kayanya bukan karena kangen tempat lahirnya.
“Serius Jon— Runa... gimana enak nggak join Mosca?”
“Iya Kak, enak.”
“Santai aja Run, gue nggak bakalan masuk Mosca lagi, kalo udah out ya permanen, sekarang gue bakalan jadi penikmat Mosca.”
“Terus lo mau kerja dimana?” tanya Jeffin.
“Gue mau nerusin S2 dan jadi asdos Pak Firhan.”
“Hah? Pak Firhan? Dosen arrasement? Serius? Eh emang kampus kita ada program S2nya?” Jeffin menoleh ke Datta yang seakan bisa memberinya jawaban, namun Datta hanya menghendikan bahu.
“Mana gue tahu.”
“Gue S2nya nggak di INS kok, gue ambil jurusan melenceng, nggak nerusin musik.”
“Terus lo stay dimana?” tanya Tiyo.
“Rumah tante gue, sementara tinggal disana sambil nyari kos-an.”
“Rajawali?” Milla merespon anggukan ucapan Tiyo. “Kenapa nggak balik ke kos-an lama? Se-kos kan sama Runa.”
“Emm, nggak efesien, emang sih deket tempat kerja nantinya, tapi jauh banget dari kampus gue ntar.”
“Ya udah gue anterin lo ke Rajawali.” Tiyo acap berkemas kilat sampai-sampai yang lain bengong.
“Eh Yo, gue baru dateng masa gue nggak pesen minum dulu.”
“Mau tutup kafenya, lagian udah malam banget, napa sih baru dateng, nggak dari tadi-tadi.”
Runa sedikit terperangah liat bagaimana cerewetnya Tiyo, karena semasa barengan, Tiyo cenderung diem nggak banyak omong, tiba-tiba segitu cerewet dan perhatian bikin Runa kaya, wah, Tiyo ternyata manusia bukan batu.
Datta, Jeffin dan Joni hanya diam, saat Tiyo sudah menarik tangan Milla keluar dari kafe.
“Kesambet apa sih Tiyo, biasanya lo Ta yang nganterin Milla.” Tandas Jeffin, lalu mata Datta mengarah pada Runa yang kebetulan sedang menatapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA DATTA ✔
Fanfiction[SELESAI] "Suara lo bagus juga." Start : 22/06/2020 Ends : 08/04/2021