─𝐅.𝐋𝐀𝐒𝐇𝐁𝐀𝐂𝐊
Sekitar 6 tahun yang lalu, 2014, Los Angeles.
Senyumnya mengembang ketika melihat lawan di depannya menggeram frustasi. Setelah dia mengeluarkan beberapa kartu mematikan, banyak orang di meja itu mulai mendesah pasrah. Bersiap-siap untuk menerima kekalahan mutlak.
Senyum miring terbentuk di bibirnya. "Come on guys, ini bukan pertama kalinya, kan?"
Pria itu bersandar sembari tangan kirinya meraih gelas berisikan wine dari nampan yang dibawa pelayan yang kebetulan melewati meja mereka. Segera ia teguk wine itu seakan sedang membersihkan tenggorokannya.
Kemudian dia memajukan tubuhnya, menatap semua lawannya satu persatu.
"Kenapa? Kalau kalian menyerah secepat ini, semua uang itu, itu, dan itu," telunjuknya menunjuk semua tumpukan uang dollar di atas meja. "Akan jadi milikku, lho."
Tidak bisa dipungkiri, bermain permainan Blackjack bersama pria ini memang sangat menantang adrenalin. Tangannya merapihkan urutan kartu yang ia pegang, sambil menunggu gilirannya untuk bermain.
"Kalau begini aku akan kalah."
"Siapa yang mengira Daniel datang dan ikut bermain? Kalau aku tahu sejak awal, aku tidak akan bertaruh disini."
"Jadi, maksudmu kamu tidak ingin bertaruh denganku?" Daniel tersenyum kecut. "Wah, aku merasa tersinggung. Padahal kalau kamu menang, kalian bisa membawa seribu dollar milikku."
"Cih, dasar." Semua orang langsung menatap sinis ke arah Daniel. Bukannya merasa kesal, tetapi sulit untuk menerima fakta jika mereka harus kalah di tangan orang paling kaya di Amerika.
Lagi pula, kenapa dia harus ikut bermain kasino setiap malam jika dia sudah punya gudang berisikan jutaan bahkan miliyaran lembaran dollar? Bukan Daniel jika dia datang ke kasino demi uang, dia hanya ingin bermain-main. Itupun untuk menghabiskan uangnya.
Daniel terkekeh pelan sebelum meneguk beberapa kali gelas winenya. Ketika gilirannya sudah tiba, Daniel mengeluarkan satu kartu yang akan mengakhiri permainan malam ini.
Namun, sebuah tangan lembut menarik semua kartu yang Daniel pegang. Lalu dilempar secara kasar ke tengah meja, semua orang yang duduk melingkari meja memperhatikan bagaimana kartu milik Daniel terekspos.
Daniel mengerutkan alisnya lalu melihat ke orang di sampingnya. Sigap Daniel berdiri dari duduknya, memberikan tatapan tidak kalah tajam. Kedua tangannya sudah terkepal kuat, dadanya terasa panas sebab rasa marah yang tidak bisa dibendung.
"Aku sudah menyuruhmu." Katanya.
"Kamu yang butuh, kenapa harus aku yang datang?" tanya Daniel.
"Pelelangan akan dimulai 20 menit lagi."
"Maaf, tapi masih ada permainan yang aku harus selesaikan." Daniel beralasan dan hendak untuk duduk.
Dengan cepat kaki orang itu menendang kuat kursi yang akan Daniel duduki. Alhasil Daniel yang sudah terlanjur bersiap untuk duduk langsung terjatuh di lantai. Hal itu membuat sedikit perhatian di sekitar.
"Bajingan!" umpat Daniel.
Masih berdesis kesakitan, Daniel menatap ke atas. Menatap tepat ke kedua mata monolid yang seakan-akan mengeluarkan laser ke arahnya.
"Aku bilang aku sudah menyuruhmu." Orang itu menekuk satu kakinya. "Pelelangan kali ini ada di tanganmu, Kang Daniel."
Astaga, padahal Daniel sudah berhasil kabur dari asisten pribadinya agar bisa diam-diam pergi berjudi dengan teman-temannya. Pada akhirnya, Sang Kakak tetap datang dan menyuruhnya untuk menghadari pelelangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal ─ Seulrene ✓
Fanfic❝Alasan aku melakukan ini tidak seperti yang terlihat. Jadi, untuk sekarang, kumohon percayalah padaku.❞ Tentang Irene yang mengira hidupnya akan dipenuhi pria nafsu, hingga suatu malam dia melihat dirinya dibeli oleh seorang wanita. ©Seulgibaechuu...